18 Menjadi Adik

Langit yang menjingga adalah kesenangan bagi Arif. Suasana hatinya selalu baik ketika datangnya waktu sore yang cerah. Menggembirakan, begitu pendapatnya.

“Selamat datang di kediamanku. Tidak perlu sungkan, anggaplah ruamh sendiri.” Haz membuka pintu rumahnya dan mempersilakan Arif masuk. Dengan langkah yang hati-hati dan sedikit waspada Arif memasukinya. Cahaya mentari jingga pun masuk bersama Arif.

Arif mengedarkan pandang, memperhatikan ruang demi ruang dalam rumah yang cukup besar ini. Rumah ini memiliki halaman depan yang luas, cukup untuk melakukan permainan kejar-kejaran. Disana juga tumbuh dua pohon besar dan berbagai tanaman yang ditata berseni.

Rumah Haz terpisah dengan pemukiman penduduk. Rumahnya bertepat di salah satu bukit di Desa Rakatta, sementara pusat desa berada di kaki bukit. Menurutnya dengan tinggal disini memudahkan dalam mencari bahan-bahan ramuan. Selain itu, Haz juga tidak begitu suka keramainya.

Rumah ini memiliki banyak ruang dan terdiri atas dua lantai. Lantainya terbuat dari kayu, begitu juga dengan langit-langitnya. Arif memperhatikan segala hal di rumah itu. Tidak seperti rumahnya yang sempit tanpa barang-barang, rumah Haz terbilang luas dan bermacan barang ada disana.

“Duduklah.” Ucap Haz setelah menuntun Arif ke ruang tamu. Arif menurut dan duduk dengan pandangan yang masih sibuk memperhatikan sekitar.

Ruang tamu itu berukuran lima kali empat meter. Di pojok ruangannya, terdapat beberapa rak kecil berisi buku-buku tebal. Di pusat ruangan ada sebuah meja bundar yang digunakan untuk menjamu tamu. Arif meletakan kedua lengannya di atas meja kemudian meletakkan kepala di atas kedua lengannya. Rasanya nyaman.

Haz bangkit setelah meletakan beberapa lembar catatan dalam rak tersebut. Dia menuju dapur. “Tunggulah, aku akan mengambil beberapa makanan.”

“Eh....tidak per_”

“Kau tamuku Arif. Sudah kukatan jangan sungkan.” Potong Haz. Arif diam, padahal dia tidak lapar.

Seumur hidup baru kali ini Arif bertamu ke rumah orang. Normal kalau dia gugup dan sedikit kesulitan menyesuaikan atmosfer disini. Bahkan ini pertama kalinya Arif mendengar istilah tamu. Apa itu tamu?

Beberapa saat menunggu dengan sedikit gelisah, Haz datang dengan beberapa cemilan berupa roti kering dan segelas teh.

Selama ini Arif selalu diperlakukan tidak layak, melihat apa Haz lakukan padanya membuat Arif sedikit merasa aneh dan sungkan. Disamping itu hatinya juga berbunga-bunga karena tindakan Haz tersebut.

Arif tertarik dengan gelas dari tanah liat berisi teh tersebut. Awalnya Arif malu-malu mengambil, setelah di dorong Haz dia mengambilnya sendiri. Baunya harum, rasanya manis. Keduanya adalah kombinasi yang belum pernah Arif rasakan. Matanya berbinar-binar senang ketika lidah mencicip minuman bernama teh.

“Cobalah ini, kau akan menyukainya.” Haz menggeser semangkuk roti kering. Rasanya sedikit hambar, tapi Arif menyukainya, apalagi ketika Haz menyuruhnya untuk mencelupkan roti tersebut kedalam teh. Perpaduan rasanya membuat lidahnya bisa meleleh. Sangat lezat.

Dulu, Arif dan Hanah tidak pernah makan kecuali ketela. Hanya ketika sedang beruntung seperti mendapat buah tangan dari Melati atau Bibi Nilam keduanya makan selain ketela. Arif menghentikan gerakan mengunyahnya.

Bibi Nilam. Mengingat nama itu membuat suasana hatinya kembali buruk.

“Dasar anak laknat!” Arif menutup mata dan kedua telinganya begitu kalimat itu merasuk ingatannya. Rasanya seperti tersambar, mengagetkan dan mengerikan.

Menyadari kegelisahan tamunya, Haz mencoba menghibur. “Jangan memikirkan sesuatu yang menyakitkan. Disini kau diterima, disini adalah rumah keduamu. Aku pun bersedia menjadi kakak untukmu.” Ucap Haz dengan santai. Dia kembali memamah roti kering di hadapannya.

Arif mendongak, terkejut. Kakak? Baru saja dia tidak salah dengar. Arif menatap Haz beberapa detik, memperhatikan lelaki itu lamat-lamat. Usia Haz memang belum jauh untuk dipanggil kakak oleh Arif, masih cocok-cocok saja. Tapi ini terlalu tiba-tiba.

“Tapi tentunya dengan beberapa syarat Arif.” Haz meletakan cangkir teh miliknya setelah dihabiskan separuh.

Arif memperbaiki posisi duduknya agar lebih tegak. Pandangan keduanya bertemu.

“Satu, Kau harus menjadi dirimu disini dan karena aku sebagai kakak kau harus benar-benar menjadi seorang adik. Jangan sungkan untuk meminta bantuan. Dua, sekarang kau menetap di rumah ini, jadilah anak yang mandiri dan cinta kebersihan. Tiga, harus bertindak sopan dalam berucap dan berbuat. Empat, bangunlah pagi-pagi sebelum fajar. Kalau tak mau, aku akan menggunakan caraku yang tentunya tidak kau suka. Dan lima, jangan sekali-sekali memasuki kamar di sebelah dapur.” Ucap Haz panjang lebar, sorot matanya tajam sekali. Nada suaranya terdengar lebih serius, lebih-lebih saat mengatakan syarat ke tiga, empat, dan lima. Dia memberikan penekanan seakan ketiganya harus totalitas dipatuhi.

Arif menelan ludah, entah sejak kapan percakapan ini berubah menegangkan. Arif berusaha menahan gemetaran di lengan dan kakinya. Dia memasang wajah mantap dan siap.

Kalau dipikir-pikir lagi, syarat yang diberikan Haz malahan menguntungkan dirinya. Syarat pertama pastinya akan melatih komunikasi Arif dan memperkuat ikatan antara keduanya. Haz bahkan menegaskan jangan sungkan-sungkan meminta bantuan.

Syarat kedua bukanlah masalah. Ketiga, mungkin akan membantu Arif belajar mengenai sopan santun dan adap. Dia ingat salah satu petikan dari catatan bapaknya. “Jika adapmu buruk, dunia pun akan bertindak buruk padamu.”

Syarat keempat, bangun pagi. Arif perlu berlatih dalam hal ini, sepertinya akan ada sedikit masalah. Kemudian syarat ke lima. Ini aneh. Kepala Arif berhasil menangkap sesuatu, sesuatu yang tidak boleh Arif sentuh di rumah ini. Apa itu?

Arif menggeleng kepala kuat-kuat. Memikirkan hal seperti itu tidaklah sopan. Haz sudah memberinya tempat tinggal, menjamin hidupnya, bahkan mau menerima sebagai adik walau tanpa ikatan darah. Kebaikan seperti itu sudah lebih dari cukup.

“Kau bisa memenuhinya, Arif?” Arif langsung mengangguk. Meski kepercayaan kepada Haz masih belum sempurna, menerima tawaran Haz adalah pilihan terbaik. Arif yakin Haz tidak akan mencelakainya.

“Apa benar aku diterima disini?” Tanya Arif lirih. Itu pertanyaan yang keluar dari relung hati terdalamnya. Pertanyaan yang menggambarkan betapa kejamnya dunia yang baru saja dia lalui. Menyadari kalimat itu keluar begitu saja, Arif menutup muka yang memerah, malu.

Haz tersenyum kecil, sebuah peristiwa langka dan sayang Arif malah tidak melihatnya. Ekspesinya kembali tegas dan dingin ketika Arif mengangkat kepala. “Kau diterima Arif. Aku akan mendidikmu disini dan menyediakan dunia yang lebih baik. Tugas guruku adalah tugasku juga.” Jawab Haz santai seperti biasa. Dia lantas menghabiskan teh miliknya.

Arif tersenyum. Mungkin inilah yang disebut bahagia

Tangannya kembali meraih satu demi satu roti kering buatan Haz. Keduanya melanjutkan dengan percakapan menyenangkan antar keduanya. Arif masih kesulitan untuk mengeluarkan kata dan pendapatan, namun dia tetap memaksakan lidah. Harus berlatih komunikasi dan inilah kesempatan yang tepat.

Selesai perbincangan pendek itu, Haz mengajak Arif berkeliling rumah. Sebelum itu, Haz berbaik hati memberikan pakaian ganti kepada Arif. Arif berterima kasih karena mendapat baju baru. Senang rasanya.

Bisakah hari ini menjadi lebih baik?

Haz menuntu Arif dari satu ruang ke ruang yang lain, dapur, teras, sampai halaman belakang rumah. Arif menemukan sesuatu yang mengejutkan disana. Diantara pot-pot tanaman bunga, nampak seorang wanita yang sedang duduk menikmati kelopak berwarna-warni.

Satu hal yang membuat Arif tidak bisa melepaskan pandangan darinya.

Wanita itu memiliki rambut putih.

Terpopuler

Comments

PADISTRIA

PADISTRIA

calon mertua

2020-05-10

2

PADISTRIA

PADISTRIA

sanes

2020-05-10

2

PADISTRIA

PADISTRIA

eh

2020-05-10

2

lihat semua
Episodes
1 01. Keajaiban
2 02. Segelas Air Keruh
3 03. Kebun Ketela
4 04 Dosa Hanah
5 05 Dimana Kepedulian Terletak?
6 06 Melati dan Jago
7 07. Bola dari Akar Kering
8 08 Raksasa Batu
9 09 Bermain Petak Umpet
10 10 Bukan Anak Terkutuk
11 11. Anak Iblis
12 12 Anak Iblis II
13 13 Anak Iblis III
14 14. Di bawah Malam Purnama
15 15. Mengabu
16 16 Keping Harapan
17 17 Manusia Rambut Puith
18 18 Menjadi Adik
19 19 Apa itu Sahabat?
20 20 Kebangkitan Dewa Langit
21 21 Kesalahan
22 22 Cara Mendapat Sahabat
23 23 Cara Mendapat Sahabat II
24 24 Cara Mendapat Sahabat III
25 25 Waktunya Terjun ke Lapangan
26 26 Sheiny
27 27 Tarian Surgawi
28 28 Kembali ke Lapangan
29 29 Aku Adalah Manusia Rambut Putih
30 30 Sesuatu Yang Harus Disyukuri
31 31 Pergi Memancing
32 32 Awal Petualangan
33 33 Siapa Pencurinya?
34 34 Selamat Datang
35 35 Persembahan
36 36 Sang Penerus
37 37 Kembali
38 38 Bunga Purnama
39 39 Anggota Ke tiga.
40 40 Kota Arkkana
41 41 Kota Arkkana II
42 42 Kota Arkkana III
43 43 Senior Tein
44 44 Kesungguhan
45 45 Kesungguhan II
46 46 Jurang Besar
47 47 Penduduk Lokal
48 48 Kecurigaan
49 49 Musuh Sebenarnya
50 50 Orang-orang yang cemas
51 51 Impian
52 52 Persiapan
53 53 Pertarungan di Wilayah Luas
54 54 Kekuatan Manusia
55 55 Sang Pembebas Melawan Si Penggenggam Matahari
56 56 Pahlawan
57 57 Pahlawan II
58 58 Pahlawan III
59 59 Kembali ke kehidupan normal ?
60 60 Sahabat Dari Masa Lalu
61 61 Seseorang yang memikat hati
62 62 Tanpa Keraguan
63 63 Pasangan Baru
64 64 Kampung Halaman
65 65 Hantu Masa Lalu
66 66 Hantu Masa Lalu II
67 67 Hantu Masa Lalu III
68 68 Campur Tangan
69 69 Tabir yang Terbuka
70 70 Menyerahkan Diri
71 71 Datangnya Sang Penghancur
72 72 Zeg Sang Iblis Putih
Episodes

Updated 72 Episodes

1
01. Keajaiban
2
02. Segelas Air Keruh
3
03. Kebun Ketela
4
04 Dosa Hanah
5
05 Dimana Kepedulian Terletak?
6
06 Melati dan Jago
7
07. Bola dari Akar Kering
8
08 Raksasa Batu
9
09 Bermain Petak Umpet
10
10 Bukan Anak Terkutuk
11
11. Anak Iblis
12
12 Anak Iblis II
13
13 Anak Iblis III
14
14. Di bawah Malam Purnama
15
15. Mengabu
16
16 Keping Harapan
17
17 Manusia Rambut Puith
18
18 Menjadi Adik
19
19 Apa itu Sahabat?
20
20 Kebangkitan Dewa Langit
21
21 Kesalahan
22
22 Cara Mendapat Sahabat
23
23 Cara Mendapat Sahabat II
24
24 Cara Mendapat Sahabat III
25
25 Waktunya Terjun ke Lapangan
26
26 Sheiny
27
27 Tarian Surgawi
28
28 Kembali ke Lapangan
29
29 Aku Adalah Manusia Rambut Putih
30
30 Sesuatu Yang Harus Disyukuri
31
31 Pergi Memancing
32
32 Awal Petualangan
33
33 Siapa Pencurinya?
34
34 Selamat Datang
35
35 Persembahan
36
36 Sang Penerus
37
37 Kembali
38
38 Bunga Purnama
39
39 Anggota Ke tiga.
40
40 Kota Arkkana
41
41 Kota Arkkana II
42
42 Kota Arkkana III
43
43 Senior Tein
44
44 Kesungguhan
45
45 Kesungguhan II
46
46 Jurang Besar
47
47 Penduduk Lokal
48
48 Kecurigaan
49
49 Musuh Sebenarnya
50
50 Orang-orang yang cemas
51
51 Impian
52
52 Persiapan
53
53 Pertarungan di Wilayah Luas
54
54 Kekuatan Manusia
55
55 Sang Pembebas Melawan Si Penggenggam Matahari
56
56 Pahlawan
57
57 Pahlawan II
58
58 Pahlawan III
59
59 Kembali ke kehidupan normal ?
60
60 Sahabat Dari Masa Lalu
61
61 Seseorang yang memikat hati
62
62 Tanpa Keraguan
63
63 Pasangan Baru
64
64 Kampung Halaman
65
65 Hantu Masa Lalu
66
66 Hantu Masa Lalu II
67
67 Hantu Masa Lalu III
68
68 Campur Tangan
69
69 Tabir yang Terbuka
70
70 Menyerahkan Diri
71
71 Datangnya Sang Penghancur
72
72 Zeg Sang Iblis Putih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!