05 Dimana Kepedulian Terletak?

Arif benar-benar membuka pintu itu, menatap dunia yang tidak pernah dia lihat sebelumnya. Arif membuka matanya lebar-lebar. Tubuhnya mendadak mematung karena kekaguman luar biasa yang belum pernah ia rasakan.

“Apa itu putih-putih di langit?” Arif bertanya pada dirinya sendiri. Pandangan matanya tidak bisa terlepas dari benda ajaib itu. Ini pertama kalinya Arif melihat awan.

“Benda itu berubah bentuk.” Seru Arif dalam hatinya ketika memperhatikan awan-awan yang tertiup angin. Arif menghadap sisi yang lain, ada sesuatu yang sanagt berkilauan, sangat bercahaya, dan terasa panas.

Arif memperhatikannya baik-baik yang malah membuat matanya terasa perih dan berair. “Apa itu.” Ucapnya sambil menahan perih di matanya, benda yang hanya dengan dilihat saja bisa membuat matanya menjadi perih. Arif baru saja melihat matahari secara langsung.

Kulitnya juga terasa aneh. Di dalam eunah twrasa teduh, sementara disini terasa panas. Ada apa dengan permukaan kulit ini?

Hilang rasa perih di mata, Arif seketika ingat dengan tujuannya. Cepat-cepat ia ambil langkah berlari, keluar rumah.

Dalam dongengnya, Bibi Nilam pernah menceritakan seseorang yang ahli dalam mengangai orang sakit. Namanya dokter, maka dari itu Arif berencana mencarinya sampai menghantarkannya pada pemukiman penduduk.

Orang-orang melihat yang kehadiran Arif seketika menyingkir, menjauh, bahkan ada yang ketakutan melarikan diri. Anak-anak yang sedang bermain-main di jalanan segera diangkat orang tua masing-masing untuk dijauhkan dari Arif. Para orang tua khwatir bilamana anak-anaknya akan menerima kutukan dari anak berambut putih itu.

Setiap orang memandangnya dengan tatapan takut dan marah. Beberapa ada yang melempar kalimat sarkasme kepada Arif, bahkan ada yang menyiapkan aritnya kalau-kalau Arif mendekat. Tidak ada satu pun dari mereka yang mau menerima manusia berambut putih.

Arif memperhatikan semua itu dengan keheranan, mengapa orang-orang menjauh? Namun Arif tidak sempay memikirkan hal tersebut. Fokusnya hanya terarah pada pencarian dokter. Sepanjang dia berlari, mulutnya terus menyerukan dengan lantang. “Dokter! Dokter! Saya perlu bantuan.”

Arif terus mengucapkan kalimat itu sambil terus berlari di bawah terik matahari. Tubuhnya sudah banjir keringat, nafas patah-patah, tubuhnya sangat kelelahan. Arif beristirahat di salah satu pohon rindang.

Dia menyeka peluh di dahi kemudian dia sentuh tenggorokannya, rasanya sangat kering disana. Arif berusaha menstabilkan tubuhnya yang kelalahn dan kepanasan dengan beristirahat sebentar di bawah pohon ini. Tidak ada yang melarang bukan?

Tanpa dia sadar, seketika Arif tertidur sambil menyandar pohon. Arif terlalu lelal dia juag kurang makan dan tidur. Belum pernah Arif merasa sepayah ini. Matanya sudah terpejam, kesadaran sudah pergi dari tubuhnya, tetapi tidak lama. Terdengar seruan dari jauh. Sangat keras dan tentunya dengan cara yang kasar tanpa memandangnya manusia.

“Kau yang disana! Hus, hus, hus, pergi!” Teriak seorang lelaki bertubuh gempal. Di tangannya dia membawa semacam batang kayu yang difungsikan sebagai senjata. Di belakangnya bersembunyi dua anak kecil, mungkin itu putranya yang ketakutan karena kehadiran Arif.

“Kenapa?” Arif yang masih dalam posisi setengah sadar dan tidak mengusap matanya yang merah.

“Pergi! Pergi! Sekarang juga!” Teriak lelaki bertubuh gempal itu lebih keras. Dia mengacung-ngacungkan sejatanya, mengancam Arif.

Arif berdiri dengan malas, bersiap menyingkir dari sana. Baru satu langkah, batang kayu itu terlempar kearahnya, nyaris saja mengenai wajah. Arif menghadap kearah lelaki yang melemparkan batang kayu tersebut. Wajahnya merah padam karena marah.

Arif yang tidak paham apa-apa memilih untuk tidak memahami apa-apa. Dia ambil seribu langkah untuk pergi dari sana, secepatnya.

Begitu pergi dari tempat itu, Arif langsung teringat dengan tugasnya. Arif berlarian lagi untuk mencari dokter. Langkah demi langkahnya belum menuai apapun. Setiap orang yang ditemui menjauh. Arif tidak tahu alasan mereka melakukan itu, yang pasti itu membuatnya semakin kesulitan. Arif tidak bisa bertanya pada orang-orang dimana orang yang beranama dokter.

Disisi lain kepalanya terasa berdenyut-denyut, pinggangnya sakit seperti sesuatu ada mencoba keluar dari sana setiap Arif melangkah. Hal ini karena Arif tidak pernah berolahraga. Tubuhnya tidak terlatih, cepat kelalahan.

Arif terus memacu kakinya. Berlari dan berlari, berlomba dengan waktu. Kegelisahan yang tidak terkontrol membuatnya dituntut harus cepat menemukan sang dokter.

Arif memang senang untuk pertama kalinya bisa keluar rumah. Di sisi yang lain dia juga sedih karena tidak mendapat hasil apa-apa. Langit sudah berwara jingga. Arif memutuskan beristirahat kembali. Dadanya rasanya mau meledak-ledak.

Arif duduk di salah satu sudut lapangan desa. Kondisinya sedikit ramai, belasan anak dan remaja bermain bola disana. Angin sore meniup rambut putihnya bersama jemari yang sedang memainkan poninya. Arif sedang memikirkan sesuatu. Hal yang membuatnya teralih beberapa saat dari tujuaanya keluar rumah.

“Kenapa semua orang berambut hitam?”

Arif memandang jauh kedepan, menuju petak-petak sawah yang luas. Para orang tua terlihat disana, mereka semua berambut hitam. Pandangannya menuju arah lain, pada salah satu rumah penduduk. Terlihat seorang anak seusianya, rambutnya pun hitam.

Arif mengalihkan pandangnya lagi kearah belasan remaja yang mengepungnya. Mereka semua juga berambut hitam. Oh, ekspresi mereka tidak bersahabat. Salah satu dari mereka mendekat kepada Arif. Sepertinya dia yang paling tua dibanding yang lain, usianya mungkin tujuh belas tahun.

Telunjuknya menunjuk Arif kemudian menunjuk arah yang lain. “Pergi.” Ucapnya dingin.

“Pergi, manusia rambut putih.” Tambahnya, lirih.

Arif meminta diulang, dia ingin memastikan tidak salah dengar.

“Pergi kataku! Kami bisa dicap yang tidak-tidak jika ada kau disini. Pergi sekarang juga!” Kali ini berteriak, seluruh orang disekitar lapangan pun mendengar teriakan remaja itu.

Arif beranjak dari duduknya. Tubuhnya mematung, bola matanya bergetar. Empat detik Arif kehilangan kemampuan motorik ketika semua orang memandangnya dengan tatapan aneh. Benci dan ketakutan, seakan-akan yang dihadapan mereka bukanlah manusia melainkan hewan buas.

Usia Arif masih terlalu dini untuk memahami semua itu, namun hatinya mampu menangkap perasaan yang muncul melalui tatapan-tatapan mereka, juga perasaan dalam hati terdalamnya. Getaran ketakutan, kerendahan diri, dan sendirian.

Arif langsung berpaling dari sana dengan mata berair. Dia berlari secepat mungkin, secepat yang dia bisa. Arif pun tersandung, lutut kanan dan sikunya berdarah. Arif tidak mempedulikan dan terus berlari.

Sepanjang perjalanan orang-orang yang disekitarnya menjauh, sama seperti sebelumnya. Tindakan itu menambah rasa sakit hatinya. Arif memilih menunduk dan menutup mata, pemandangan ini sangat menyakitkan.

Arif langsung masuk ruma dengan tergesa-gesa. Ditarik ganggang pintu itu dan ia tutup hingga menimbulkan suara keras. Arif lupa di dalam ibunya sedang terbaring sakit. Arif merasa seperti baru saja kesetanan. Dikepalanya masih terdengar ucapan menyakitkan dari semua orang. Arif menutup mata dan telinga. Ketakutan.

Arif merasa pundaknya di sentuh lembut oleh seseorang. Arif memberanikan diri untuk memeriksa. Ada seorang perempuan disana. Perempuan itu bukan Bibi Nilam, usianya belasan tahun. Dia tersenyum pada Arif, sesuatu yang membuat semakin sulit mencerna semua ini.

Pandangannya teralih pada sesuatu dibelakang perempuan itu. Hanah, ibunya.

Hanah tidak sendirian, didekatnya ada lelaki misterius yang sedang sibuk dengan sesuatu. “Apa yang dia lakukan pada ibu?” Arif bertanya pada dirinya sendiri.

“Pergi, manusia rambut putih.” Seketika kalimat itu berteriak dalam kepalanya.

Arif langsung beranjak dan melompat kearah lelaki itu. Arif menerkamnya seperti harimau dan memukul berkali-kali dengan amarah dan mata yang berair. Dia menggila.

“Apa salahnya rambut putih kami!”

Episodes
1 01. Keajaiban
2 02. Segelas Air Keruh
3 03. Kebun Ketela
4 04 Dosa Hanah
5 05 Dimana Kepedulian Terletak?
6 06 Melati dan Jago
7 07. Bola dari Akar Kering
8 08 Raksasa Batu
9 09 Bermain Petak Umpet
10 10 Bukan Anak Terkutuk
11 11. Anak Iblis
12 12 Anak Iblis II
13 13 Anak Iblis III
14 14. Di bawah Malam Purnama
15 15. Mengabu
16 16 Keping Harapan
17 17 Manusia Rambut Puith
18 18 Menjadi Adik
19 19 Apa itu Sahabat?
20 20 Kebangkitan Dewa Langit
21 21 Kesalahan
22 22 Cara Mendapat Sahabat
23 23 Cara Mendapat Sahabat II
24 24 Cara Mendapat Sahabat III
25 25 Waktunya Terjun ke Lapangan
26 26 Sheiny
27 27 Tarian Surgawi
28 28 Kembali ke Lapangan
29 29 Aku Adalah Manusia Rambut Putih
30 30 Sesuatu Yang Harus Disyukuri
31 31 Pergi Memancing
32 32 Awal Petualangan
33 33 Siapa Pencurinya?
34 34 Selamat Datang
35 35 Persembahan
36 36 Sang Penerus
37 37 Kembali
38 38 Bunga Purnama
39 39 Anggota Ke tiga.
40 40 Kota Arkkana
41 41 Kota Arkkana II
42 42 Kota Arkkana III
43 43 Senior Tein
44 44 Kesungguhan
45 45 Kesungguhan II
46 46 Jurang Besar
47 47 Penduduk Lokal
48 48 Kecurigaan
49 49 Musuh Sebenarnya
50 50 Orang-orang yang cemas
51 51 Impian
52 52 Persiapan
53 53 Pertarungan di Wilayah Luas
54 54 Kekuatan Manusia
55 55 Sang Pembebas Melawan Si Penggenggam Matahari
56 56 Pahlawan
57 57 Pahlawan II
58 58 Pahlawan III
59 59 Kembali ke kehidupan normal ?
60 60 Sahabat Dari Masa Lalu
61 61 Seseorang yang memikat hati
62 62 Tanpa Keraguan
63 63 Pasangan Baru
64 64 Kampung Halaman
65 65 Hantu Masa Lalu
66 66 Hantu Masa Lalu II
67 67 Hantu Masa Lalu III
68 68 Campur Tangan
69 69 Tabir yang Terbuka
70 70 Menyerahkan Diri
71 71 Datangnya Sang Penghancur
72 72 Zeg Sang Iblis Putih
Episodes

Updated 72 Episodes

1
01. Keajaiban
2
02. Segelas Air Keruh
3
03. Kebun Ketela
4
04 Dosa Hanah
5
05 Dimana Kepedulian Terletak?
6
06 Melati dan Jago
7
07. Bola dari Akar Kering
8
08 Raksasa Batu
9
09 Bermain Petak Umpet
10
10 Bukan Anak Terkutuk
11
11. Anak Iblis
12
12 Anak Iblis II
13
13 Anak Iblis III
14
14. Di bawah Malam Purnama
15
15. Mengabu
16
16 Keping Harapan
17
17 Manusia Rambut Puith
18
18 Menjadi Adik
19
19 Apa itu Sahabat?
20
20 Kebangkitan Dewa Langit
21
21 Kesalahan
22
22 Cara Mendapat Sahabat
23
23 Cara Mendapat Sahabat II
24
24 Cara Mendapat Sahabat III
25
25 Waktunya Terjun ke Lapangan
26
26 Sheiny
27
27 Tarian Surgawi
28
28 Kembali ke Lapangan
29
29 Aku Adalah Manusia Rambut Putih
30
30 Sesuatu Yang Harus Disyukuri
31
31 Pergi Memancing
32
32 Awal Petualangan
33
33 Siapa Pencurinya?
34
34 Selamat Datang
35
35 Persembahan
36
36 Sang Penerus
37
37 Kembali
38
38 Bunga Purnama
39
39 Anggota Ke tiga.
40
40 Kota Arkkana
41
41 Kota Arkkana II
42
42 Kota Arkkana III
43
43 Senior Tein
44
44 Kesungguhan
45
45 Kesungguhan II
46
46 Jurang Besar
47
47 Penduduk Lokal
48
48 Kecurigaan
49
49 Musuh Sebenarnya
50
50 Orang-orang yang cemas
51
51 Impian
52
52 Persiapan
53
53 Pertarungan di Wilayah Luas
54
54 Kekuatan Manusia
55
55 Sang Pembebas Melawan Si Penggenggam Matahari
56
56 Pahlawan
57
57 Pahlawan II
58
58 Pahlawan III
59
59 Kembali ke kehidupan normal ?
60
60 Sahabat Dari Masa Lalu
61
61 Seseorang yang memikat hati
62
62 Tanpa Keraguan
63
63 Pasangan Baru
64
64 Kampung Halaman
65
65 Hantu Masa Lalu
66
66 Hantu Masa Lalu II
67
67 Hantu Masa Lalu III
68
68 Campur Tangan
69
69 Tabir yang Terbuka
70
70 Menyerahkan Diri
71
71 Datangnya Sang Penghancur
72
72 Zeg Sang Iblis Putih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!