03. Kebun Ketela

Hari itu, seminggu semenjak meninggalnya Wangsa, orang paling di cintai seluruh penduduk.

Kepergiannya meninggalkan kesedihan yang mendalam. Dimata penduduk Wangsa adalah sosok pekerja keras, senang membatu, peduli, ramah, dan senang bergaul dengan penduduk. Bagi sebagian penduduk desa kehadiran Wangsa adalah sebuah berkat. Anugrah yang luar biasa.

Namun, ketika manusia paling di muliakan itu pergi selamanya, para penduduk pun terguncang hebat seakan tidak percaya. Kesedihan berlarut-larut memenuhi penjuru desa. Para remaja, orang tua, anak-anak, dewasa, kesemuanya merasa sukar merelakan Wangsa.

Dibalik itu semua tersisa sekelompok yang menggunakan kesedihan ini untuk membalikkan keadaan. Mereka menyebar kabar jahat, menebar fitnah dan permusuhan. Hampir saja terjadi perpecahan besar-besar diantara penduduk desa karena orang-orang tidak bertanggung jawab tersebut.

Hanah merangkul putranya erat-erat saat itu dengan air mata yang deras mengalir. Siapa lagi kalau bukan dirinya yang difitnah kala itu. Sekelompok orang mengatakan bahwa kepergian Wangsa, orang yang dicintai seluruh penduduk karena menerima kutukan dari Hanah yang merupakan manusia berambut putih.

Tentunya Hanah membalas mati-matian, air matanya mengalir, suaranya sampai serak, tubuhnya terkulai lemas. Tindakan Hanah membela adalah keputusana yang benar, sayangnya tindakannya itu tidak bisa merubah hati yang sudah berkarat. Hanah sangat terlambat menyerukannya, orang-orang sudah berpindah pihak, tidak mau berada disisi manusia berambut putih.

Mereka menunjukkan tatapan itu lagi padanya, tatapan tidak peduli, benci, dan jijik seakan-akan Hanah adalah monster yang tidak patut di dekati. Hanah tidak bisa berbuat banyak, pilihannya adalah kesabaran dan kepasrahan. Hanah pulang dengan hati penuh luka.

Hanya kehadiran Arif yang bisa menghiburnya kala itu. Hanah bisa mengusap air matanya ketika Arif mendadak ikutan menangis seakan tahu kesedihan ibundanya. Hanah langsung menghibur Arif dan menina-bobokannya dalam pelukan penuh kasih.

Masih di hari yang sama ketika gelap membungkus langit dan bulan bersemayam di angkasa. Terdengar beberapa kali ketukan pintu. Hanah yang kala itu sudah terlelap terbangun demi membukakan pintu.

Sebenarnya Hanah enggan melakukan ini, kejadian tadi siang membuat sebagian dirinya berseru untuk membiarkan tamu tetap di luar. Bagaimana kalau yang datang adalah orang yang ingin membuat keributan dengannya, pastinya urusan menjadi sangat membingungkan.

Kendati demikian, Hanah tetap membukakan pintu untuk si tamu. Itu adalah adap, tidak selayak seorang tuan rumah pura-pura tidak tahu ada tamu yang datang. Menyambut tamu adalah kemuliaan, itulah yang diajarkan Wangsa.

Hanah membuka pintu perlahan agar tidak menganggu Arif yang sudah lelap. Dengan lampu minyak yang kembali dinyalakan, Hanah memperjelas wajah tamu yang datang padanya. Itu adalah Nilam.

Nilam datang dengan senyum dan keramahan. Berbeda dengan penduduk yang datang padanya dengan kebeciand an permusuhan. Tidak cuma itu, Nilam juga membawa beberapa buah tangan untuk Hanah. Katanya untuk menghibur Hanah.

Tindakan Nilam sebenarnya sangat beresiko, jika ada yang tahu bisa-bisa diacap sama sebagaimana Hanah. Namun bersahabat keduanya meniadakan ketakutan tersebut, bahkan Nilam berkata lantang dihadapannya jika hal itu sampai terjadi, Nilam akan tetap berada disisinya.

Hanah sangat bersyukur sampai-sampai air matanya kembali mengalir. Hanah sadar, Tuhan tidak akan pernah meninggalkannya. Melalui perantara Nilam, Tuhan sampaikan kasih, sayang, dan kesempatan untuk terus berjuang.

@@@

Hari ini umur Arif hampir satu tahun. Arif berada di rumah bermain bersama dengan Nilam, sementara Hanah berada di ladang ketela warisan Wangsa. Ladang itu baru saja panen dan hasilnya dijual lewat perantara Nilam, kalau Hanah yang menjual mungkin tidak ada yang mau membeli.

Sebagian ketela dia simpan untuk persediaan makanan dan sebagian yang lain Hanah berikan kepada Nilam sebagai rasa terimakasih. Nilam menerima dengan suka cita, kondisi ekonomi keluarganya memang pas-pasan, sedikit lebih baik dibanding Hanah.

Di ladang itu Hanah bekerja sangat keras. Tidak mungkin dia mengajak Nilam karena akan membahayakan posisinya di mata penduduk. Hanah yang seorang ibu rumah tangga bekerja sendirian di ladang tanpa alas kaki dan alat seadanya. Hanah sudah terbiasa dengan semua keterbatasan ini.

Lengannya bermandikan keringat dan tanah. Tangannaya cekatan menggali lubang demi lubang untuk menanam batang ketela yang telah dia setek. Hanah bisa melakukannya dengan cepat, Wangsa yang mengajarinya cara berladang yang baik.

Di ladang juga ada sebuah sumur tua. Tidak ada yang tahu milik siapa, sumur itu sudah ada disana sejak lama bahkan sebelum Hanah lahir. Orang-orang tidak mau menimba air disana meski Hanah mempersilahkan. Itu pasti, penduduk desa beranggapan sumur itu pun sudah tercemar oleh kutukan Hanah.

Kedua tangan Hanah mencangkul ladang yang belum sesuai tatanan. Tangan Hanah sudah terasa lelah semenjak tadi tapi itu tidak dia hiraukan. Dari ladang inilah makanan Hanah dapatkan, dari ladang ini Hanah bisa hidup mandiri. Tidak mungkin Hanah membebankan hidup pada Nilam. Harus bekerja keras, apapun yang terjadi.

Hanah tiba-tiba berhenti ketika mengurus tepian ladang. Ladangnya dibatasi dengan pagar anyaman bambu dari ladang tetangga. Dia melihat seorang lelaki tua yang mengenakan camping berkaos dan bercelana pendek menatapnya dengan sebal. Wajahnya sangat tidak ramah.

Lelaki tua itu meludah kedepan walau tidak sampai terkena Hanah. “Dasar kau, jangan dekat-dekat ladangku. Bisa mati semua tanamanku nanti.” Ucap lelaki itu setengah berteriak. Dia meruncingkan alis dan menatap tajam kepada Hanah, kemudian berlalu sambil menggendong cangkul

Ini hanyalah sebagian kecil dari gangguan yang Hanah terima. Pernah sekali penduduk beramain-ramain menganggunya yang sedang bekerja dari luar ladang. Mereka lempar umpatan tidak patut dan bermacam perkataan buruk yang intinya Hanah harus pergi, angkat kaki dari desa ini.

Hanah tidak menghiraukan dan menutup telinga hingga orang-orang berlisan pisau itu pergi dengan sendiri. Di kasus terburuk tanaman Hanah pernah sampai dicabuti, dirusak, dan ladangnya dijadikani tempat menimbun sampah.

Hanah marah tapi lebih memilih kendali diri.

Penduduk tidak akan berubah pikiran hanya karena dia berteriak-teriakan menyerukan bahwa manusia berambut putih adalah manusia yang sama sebagaimana manusia normal. Dalam hal ini, hati manusia sulit condong kepada hakikat kebenaran.

Hanah membuang muka dari lelaki tua itu dan beralih menggarap ladang yang berada di tengah-tengah. Dia tidak mau ambil pusing hanya kerana ucapan lelaki tua tersebut. Hanah kembali sibuk mengurus ladangnya. Bermandikan sinar yang semakin panas dan keringat membuat Hanah beristirahat sementara.

Hanah duduk di salah satu sudut ladang sambil menegak kantung kulit yang berisi air bening. Dia mengusap keningnya yang basah oleh keringat. Pekerjaan ini sebentara lagi selesai dan Hanah bisa bertemu lagi dengan putranya, Arif.

“Tunggu ibu Arif, ibu sebengtar lagi pulang.” Hanah menatap ladang di depannya dengan semangat yang telah kembali.

Terpopuler

Comments

Maulana Malik Ibrahim

Maulana Malik Ibrahim

semangat thor

2021-05-15

0

Li Na

Li Na

semangaat

2020-06-10

0

Ogute

Ogute

Nompang promo Thor

Mampir juga di ceritaku ya teman teman

1. PENDEKAR KEMBAR
2. CINTA 3 GENERASI
3. ORANG KETIGA / MERI

jangan lupa ya... .

2020-05-06

0

lihat semua
Episodes
1 01. Keajaiban
2 02. Segelas Air Keruh
3 03. Kebun Ketela
4 04 Dosa Hanah
5 05 Dimana Kepedulian Terletak?
6 06 Melati dan Jago
7 07. Bola dari Akar Kering
8 08 Raksasa Batu
9 09 Bermain Petak Umpet
10 10 Bukan Anak Terkutuk
11 11. Anak Iblis
12 12 Anak Iblis II
13 13 Anak Iblis III
14 14. Di bawah Malam Purnama
15 15. Mengabu
16 16 Keping Harapan
17 17 Manusia Rambut Puith
18 18 Menjadi Adik
19 19 Apa itu Sahabat?
20 20 Kebangkitan Dewa Langit
21 21 Kesalahan
22 22 Cara Mendapat Sahabat
23 23 Cara Mendapat Sahabat II
24 24 Cara Mendapat Sahabat III
25 25 Waktunya Terjun ke Lapangan
26 26 Sheiny
27 27 Tarian Surgawi
28 28 Kembali ke Lapangan
29 29 Aku Adalah Manusia Rambut Putih
30 30 Sesuatu Yang Harus Disyukuri
31 31 Pergi Memancing
32 32 Awal Petualangan
33 33 Siapa Pencurinya?
34 34 Selamat Datang
35 35 Persembahan
36 36 Sang Penerus
37 37 Kembali
38 38 Bunga Purnama
39 39 Anggota Ke tiga.
40 40 Kota Arkkana
41 41 Kota Arkkana II
42 42 Kota Arkkana III
43 43 Senior Tein
44 44 Kesungguhan
45 45 Kesungguhan II
46 46 Jurang Besar
47 47 Penduduk Lokal
48 48 Kecurigaan
49 49 Musuh Sebenarnya
50 50 Orang-orang yang cemas
51 51 Impian
52 52 Persiapan
53 53 Pertarungan di Wilayah Luas
54 54 Kekuatan Manusia
55 55 Sang Pembebas Melawan Si Penggenggam Matahari
56 56 Pahlawan
57 57 Pahlawan II
58 58 Pahlawan III
59 59 Kembali ke kehidupan normal ?
60 60 Sahabat Dari Masa Lalu
61 61 Seseorang yang memikat hati
62 62 Tanpa Keraguan
63 63 Pasangan Baru
64 64 Kampung Halaman
65 65 Hantu Masa Lalu
66 66 Hantu Masa Lalu II
67 67 Hantu Masa Lalu III
68 68 Campur Tangan
69 69 Tabir yang Terbuka
70 70 Menyerahkan Diri
71 71 Datangnya Sang Penghancur
72 72 Zeg Sang Iblis Putih
Episodes

Updated 72 Episodes

1
01. Keajaiban
2
02. Segelas Air Keruh
3
03. Kebun Ketela
4
04 Dosa Hanah
5
05 Dimana Kepedulian Terletak?
6
06 Melati dan Jago
7
07. Bola dari Akar Kering
8
08 Raksasa Batu
9
09 Bermain Petak Umpet
10
10 Bukan Anak Terkutuk
11
11. Anak Iblis
12
12 Anak Iblis II
13
13 Anak Iblis III
14
14. Di bawah Malam Purnama
15
15. Mengabu
16
16 Keping Harapan
17
17 Manusia Rambut Puith
18
18 Menjadi Adik
19
19 Apa itu Sahabat?
20
20 Kebangkitan Dewa Langit
21
21 Kesalahan
22
22 Cara Mendapat Sahabat
23
23 Cara Mendapat Sahabat II
24
24 Cara Mendapat Sahabat III
25
25 Waktunya Terjun ke Lapangan
26
26 Sheiny
27
27 Tarian Surgawi
28
28 Kembali ke Lapangan
29
29 Aku Adalah Manusia Rambut Putih
30
30 Sesuatu Yang Harus Disyukuri
31
31 Pergi Memancing
32
32 Awal Petualangan
33
33 Siapa Pencurinya?
34
34 Selamat Datang
35
35 Persembahan
36
36 Sang Penerus
37
37 Kembali
38
38 Bunga Purnama
39
39 Anggota Ke tiga.
40
40 Kota Arkkana
41
41 Kota Arkkana II
42
42 Kota Arkkana III
43
43 Senior Tein
44
44 Kesungguhan
45
45 Kesungguhan II
46
46 Jurang Besar
47
47 Penduduk Lokal
48
48 Kecurigaan
49
49 Musuh Sebenarnya
50
50 Orang-orang yang cemas
51
51 Impian
52
52 Persiapan
53
53 Pertarungan di Wilayah Luas
54
54 Kekuatan Manusia
55
55 Sang Pembebas Melawan Si Penggenggam Matahari
56
56 Pahlawan
57
57 Pahlawan II
58
58 Pahlawan III
59
59 Kembali ke kehidupan normal ?
60
60 Sahabat Dari Masa Lalu
61
61 Seseorang yang memikat hati
62
62 Tanpa Keraguan
63
63 Pasangan Baru
64
64 Kampung Halaman
65
65 Hantu Masa Lalu
66
66 Hantu Masa Lalu II
67
67 Hantu Masa Lalu III
68
68 Campur Tangan
69
69 Tabir yang Terbuka
70
70 Menyerahkan Diri
71
71 Datangnya Sang Penghancur
72
72 Zeg Sang Iblis Putih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!