08 Raksasa Batu

Dokter Jago terlalu semangat sampai melupakan hal lain. Satu, Arif adalah anak rumahan yang tidak tahu dunia luar. Dua, Arif kemungkinan besar dilarang keluar rumah oleh ibunya. Tiga, Arif enggan keluar rumah karena banyak alasan.

Melihat kejadian kemarin, ketika Arif pulang ke rumah dalam kondisi ketakutan dan gemetaran. Pastinya dia baru saja menghadapi sesuatu yang mengerikan di luar sana. Dokter Jago memahami hal ini, manusia rambut putih tidak di terima penduduk.

“Ayo Arif, diluar tidak buruk kok. Dokter Jago berjanji akan melindungi Arif.” Ucapnya sambil memberikan janji kelingkin kepada Arif.

Arif mendongak sebentar dan kembali tertunduk. Dia masih enggan. Alasannya untuk tidak keluar rumah pasti lebih besar dari sekedar rambut putihnya. Dokter Jago kembali mencari hipotesis dalam kepalanya.

Kemungkinan Arif mematuhi perintah ibunya. Iya, pasti itu sebabnya. Kalau dipikir lagi orang yang Arif kenal dekat adalah ibunya. Hal itu pastinya menumbuhkan rasa hormat dan sayang yang tinggi kepada ibunya.

Kemudian ibunya melarang Arif keluar rumah adalah hal wajar, malahan dalam posisi seperti ini tindakan itu adalah yang utama. Dokter Jago lalu memikirkan kemungkinan lain dengan cepat, sementera Arif masih tertunduk di hadapannya.

Tidak ada. Dia yakin itu dikarenakan perintah ibunya.

“Arif.” Dokter Jago menyentuh pundak kiri Arif dengan telapak tangan kanannya. Dia merendahkan badannya hingga pundak keduanya nyaris sama tinggi. Arif sedetik melirik, kemudian kembali membuang muka.

“Apakah ibumu pernah berjanji untuk mengajak keluar rumah?” Tanya Dokter Jago.

Arif kembali ragu menjawab, lidahnya terasa membatu. Dokter Jago sabar menunggu, dia rasa ada sepuluh menit lebih menunggu sebelum Arif membalas dengan anggukan kecil. Dokter Jago kembali tersenyum, dia bisa melihat celah di dalam hati Arif.

Dokter Jago kemudian beralih pada posisi duduk bersilah. Hal itu membuat Arif terkesan lebih tinggi darinya. Selain itu juga karena kakinya terasa pegal. Dokter Jago mendongak untuk menatap wajah Arif yang masih muram.

“Tidak apa-apa Arif.” Dokter Jago mulai berkata sambil mengelus belakang kepala Arif, memberikan sentuhan kasih sayang.

“Saat ini ibumu sedang butuh istirahat, Arif. Jangan paksakan ibumu dengan janjinya. Dia bisa bertambah sakit. Sebab itu, Dokter Jago siap menemanimu keluar. Tidak perlu takut. Cukup melangkah dengan hati-hati, kau pasti tidak akan apa-apa.” Ucapan Dokter Jago sangat lembut di telinga Arif.

“Tapi di luar ada banyak orang jahat.” Balas Arif dengan tergesa dan setengah berteriak, dia lantas membuang wajah kembali. Dokter Jago sedikit terkejut terhadap reaksi Arif yang tiba-tiba.

Itu menandakan Arif sudah menaruh dinding besar diantaranya dan masyarakat. Arif ditolok maka dia pun ikut menolak, dan hal ini tentunya menjadikannya anti untuk keluar rumah. Astaga, ini menjadi merepotkan sekali.

Namun Dokter Jago merasa tertang terhadap hal ini, dia akan tetap membawa Arif keluar sebelum penyakitnya ini naik ketingkat trauma. Kalau sudah demikian, bertambah rumit lagi masalahnya.

“Tidak ada orang jahat di luar sana, Arif. Kalau ada katakan saja pada dokter.” Arif tidak merespon apapun. Dia diam, lebih lama dari sebelumnya.

Dokter Jago mendekatkan wajahnya pada wajahnya Arif yang muram dan tertunduk. Dokter Jago lagi-lagi memberinya senyum bersemangat. Melihat itu, Arif membuang wajahnya lagi. Dokter Jago tidak menyerah.

“Apakah Arif pernah melihat gunung di langit?” Ucap dokter. Arif belum bereaksi.

“Atau naga biru?” Maksudnya sungai.

Arif mendengar kata baru, apa itu naga? Dia mendongak dengan wajah yang lebih baik, ada jejak penasaran disana. Arif berhasil terpikat. Anak-anak memang selalu ingin tahu bukan.

“Atau mungkin rakasasa batu yang tertidur selama ribuan tahun?” Dokter Jago menambahkan. Dari pertanyaan sebelumnya, Dokter Jago merasa Arif menyukai hal-hal berbau dongeng dan fantasi, tebakannya benar.

Sejenak raut wajah Arif santai. Nampaknya ia mulai melupakan beban-beban dikepalanya. Tapi ekspresi masih tetap sulit dibaca. Anak ini benar-benar membingungkan.

“Hei Arif, inginkan melihat raksasa batu?” Dokter Jago kembali menawarkan.

Lagi-lagi Arif kebingungan menjawab, dia diliputi keraguan. Dokter Jago segera memberinya berbagai sugesti yang secara tidak sadar berhasil menekan keraguannya dan rasa takutnya untuk keluar. Itu tidak sebentar dan tentunya sulit.

Pemilihan kata, penyampaian yang menyenangkan, membuat Arif penasaran, dan bisa memekarkan senyumnya itu. Memotivasi Arif cukup untuk membuat berkeringat. Dokter Jago senang dengan hasilnya, dua jam penuh dia berusaha menangani Arif dan hasilnya bisa langsung terlihat. Lebih cepat dari dugaan. Dokter Jago bisa menilainya dari nada suara dan tindak-tanduk Arif yang tidak sekaku sebelumnya.

“Baiklah, ayo kita keluar sekarang.” Seru Dokter Jago bersemangat.

Tanpa memberitahu, dia segera memberi kejutan berikutnya. Tubuh Arif diangkat dan ia letakkan diatas pundak. Arif yang tidak diberi kesempatan untuk ancang-ancang tentunya kaget. Setelah duduk pun dia merengek minta turun, eksprsinya lucu sekali. Pencampuran antara kagum, takut, dan senang.

Dokter Jago segera membawa Arif menuju di depan pintu. Dengan membawanya begini akan membuat Arif tidak punya kesempatan untuk berbalik dan menolak.

Di depan pintu kayu ini Dokter Jago berhenti. “Perhatikan Arif.” Nada bicara dokter sedikit serius.

Arif yang sudah terlepas dari beban-beban pikiran bisa mendengarkan kalimat demi kalimat Dokter Jago dengan lebih baik.

“Dibalik pintu ini kau akan melihat dunia yang indah. Naga biru dan raksasa batu yang kau kagumi ada disana. Mereka pasti senang mengetahui kehadiranmu.” Dokter Jago meneruskan kalimatnya. Arif yang duduk di atas pundak dokter merasa seakan ada angin kencang berhembus di wajahnya.

Setelah sekian lama, akhirnya Arif menyadari ini adalah pertama kalinya dirinya mengutarakan keinginan pribadi kepada selain ibunya dan Bibi Nilam. Arif tidak lagi menilai Dokter Jago sebagai orang asing.

Dokter Jago membuka pintu, mempersilahkan cahaya mentari masuk dan Arif menutup matanya, ketakutanya kembali. Dokter Jago yang menyadari hal itu berkata, “Bukalah matamu Arif.” Perlahan ia membuka matanya yang terasa berat.

Mata Arif terbuka lebar-lebar. Dunia ini terlihat tidak jauh beda dengan sehari yang lalu. Semuanya sama, letak pohon, tanah, pemandangannya. Namun kali ini Arif datang dengan hati yang berbeda. Arif tidak bisa berkedip.

Dokter Jago melirik pada Arif. Anak ini menikmatinya, menyukainya. Baiklah saatnya masuk ke sesi berikutnya. Tanpa aba-abap Dokter Jago melangkah kedepan. Arif yang sedang melamun menjadi terkaget. Dia sempat berteriak dan memeluk dahi dokter erat-erat.

Dokter Jago membawa Arif kebelakang rumah. Selama perjalana dokter berusaha untuk membuat Arif terus menjawab pertanyaan. Dia ingin agar Arif bisa meningkatkan kemampuan bersosialnya, membuat lidahnya lebih lemas pada siapa saja.

Dokter Jago membawa Arfi di atas pundaknnya kebelakang rumah. Melewati ladang milik ibu-bapaknya dan memasuki hutan yang lumayan lebat. Ini adalah jalan dilalui Dokter Jago untuk kesini sehingga dia cukup hafal. Ada sesuatu yang ingin dia tunjukan.

“Kita mau kemana?” Tanya Arif mendekatkan kepalanya kepada kepala Dokter Jago.

Dokter Jago membalas dengan senyum, “Tempat kita akan bermain. Tempat yang sangat indah.”

Disamping keduanya, terlihat suang yang berair jernih. Sungai yang dangkal, ditepiannya terlihat dasar sungai yang berbatu. Alirannya tenang dan menenankan. Terlihat burung-burung yang menari indah di atas sungai. Burung-burung itu berburu serangga sungai. Arif tidak bisa mengalihkan pandangan dari sungai tersebut.

“Inilah naga biru. Pusat kehidupan berputar.”

Pepohonan berdaun lebat keduanya. Jalanan yang semula mudah, mulai menjadi sukar. Hutan semakin lebat, jalanan menanjak, akar-akar pohon menjalar kemana-mana. Alas hutan ini dipenuhi semak-semak dan daun-daun yang gugur. Terlihat kadal yang berlari menjauh dari kedunya.

Di langit-langit terdengar kicau burung yang menghibur telinga. Arif menutup mata, mencoba menikmati dan terbang dalam nyanyian burung-burung tersebut. “Itu adalah kicau burung. Suara mereka indah kan.” Arif mengangguk kegirangan.

Keduanya meneruskan perjalanan sampai tanah yang menanjak itu berhenti pada suatu tanah terbuka. Dokter Jago meraih pinggang Arif, menurunkannya. Wajah Arif mematung, pemandangan di hadapannya berhasil menyihirnya.

Hari itu langit cerah, awan-awan putih memenuhi samudra angkasa. Cahaya mentari yang menuju sore terasa hangat di kulit. Arif sudah membiasakan dirinya terhadap sinar matahari tersebut. Arif masih mematung di tempatnya.

Dari ketinggian ini, Arif bisa melihat hutan yang terbentang begitu luas dihadapannya. Sebuah lautan daun yang penuh kedamaian. Angin memainkan rambut putihnya, mengelus pipi, dan mendapati matanya berkaca-kaca oleh aura kesyukuran.

Dokter Jago duduk di sebelah Arif, biarlah Arif menikmati ini terlebih dahulu.

“Dokter, dokter, apa itu?” Arif berseru penasaran seakan itu bukan dirinya. Jari telunjuk menunjuk sebuah gunung yang berada di ujung cakrawala. Gunung besar yang berdiri agung di tempatnya.

“Apakah itu raksasa batu?” Arif menambahkan dengan antusias. Wajahnya penuh, jelas sekali dia ingin cepat-cepat tahu.

“Benar itulah raksasa batu. Sekarang dia sedang tidur. Jadi jangan diganggu ya.” Jawan Dokter Jago senang. Berkembangan Arif begitu cepat disini.

“Kalau yang itu?” Arif menunjuk sisi yang lain. Telunjuknya terarah pada deret perbukitan yang dipenuhi pohon-pohon hijau. Dokter Jago membuka matanya lebar-lebar, melihat Arif begitu antusias menujuk deretan perbukitan membuatnya teringat pada masa kecilnya, juga sebuah kisah.

“Itu namanya perbukitan Arif.”

“Perbukitan?” Raut Arif masih bertanya-tanya. Dokter Jago memperhatikan ekspresi anak itu.

“Tanah yang lebih tinggi dan tempat pohon-pohon tumbuh. Seperti tanah di bawah kita ini. Ada kisah tentang perbukitan, ingin dengar?” Arif langsung mengangguk dengan semangat.

“Arif suka cerita.” Seru Arif bersemangat. Dokter Jago menatap perbukitan tersebut, lantas bercerita.

“Perbukitan termasuk dalam enam Dewa Alam atau disebut Petapa Agung.”

Arif memiringkan kepalanya, kebingungan. Dewa, apa itu? Sejenis permainan? Lalu apa itu Petapa Agung? Seseorang yang kerjanya duduk-duduk manis? Arif memilih tidak bertanya dan mendengarkan cerita Dokter Jago sampai habis.

“Mereka mendapat tugas dari Tuhan Yang Maha Tunggal untuk menjaga keseimbangan alam, Arif. Dewa Naga bukit adalah salah satunya. Dia bertugas mengikat negeri ini dengan tubuhnya agar tidak tercerai berai. Perbukitan itu adalah punggungnya. Sangat hebat ya.”

Dewa, mengikat agar tidak tercerai-berai, perbukitan adalah punggungnya. Arif belum bisa mencerna semua itu. Kepalanya belum bisa melepaskan imajinasi menuju negeri fantasi.

Kini pandangan Arif hanya tertuju pada perbukitan tersebut. Terlepas dari ketidakpahamannya terhadap cerita Dokter Jago, Arif yakin. Pastinya hal yang baru di dengarnya sangatlah luar biasa.

Terpopuler

Comments

Yan Jorelat

Yan Jorelat

teu rame

2021-04-19

0

Li Na

Li Na

next

2020-06-12

0

PADISTRIA

PADISTRIA

neXt

2020-05-09

0

lihat semua
Episodes
1 01. Keajaiban
2 02. Segelas Air Keruh
3 03. Kebun Ketela
4 04 Dosa Hanah
5 05 Dimana Kepedulian Terletak?
6 06 Melati dan Jago
7 07. Bola dari Akar Kering
8 08 Raksasa Batu
9 09 Bermain Petak Umpet
10 10 Bukan Anak Terkutuk
11 11. Anak Iblis
12 12 Anak Iblis II
13 13 Anak Iblis III
14 14. Di bawah Malam Purnama
15 15. Mengabu
16 16 Keping Harapan
17 17 Manusia Rambut Puith
18 18 Menjadi Adik
19 19 Apa itu Sahabat?
20 20 Kebangkitan Dewa Langit
21 21 Kesalahan
22 22 Cara Mendapat Sahabat
23 23 Cara Mendapat Sahabat II
24 24 Cara Mendapat Sahabat III
25 25 Waktunya Terjun ke Lapangan
26 26 Sheiny
27 27 Tarian Surgawi
28 28 Kembali ke Lapangan
29 29 Aku Adalah Manusia Rambut Putih
30 30 Sesuatu Yang Harus Disyukuri
31 31 Pergi Memancing
32 32 Awal Petualangan
33 33 Siapa Pencurinya?
34 34 Selamat Datang
35 35 Persembahan
36 36 Sang Penerus
37 37 Kembali
38 38 Bunga Purnama
39 39 Anggota Ke tiga.
40 40 Kota Arkkana
41 41 Kota Arkkana II
42 42 Kota Arkkana III
43 43 Senior Tein
44 44 Kesungguhan
45 45 Kesungguhan II
46 46 Jurang Besar
47 47 Penduduk Lokal
48 48 Kecurigaan
49 49 Musuh Sebenarnya
50 50 Orang-orang yang cemas
51 51 Impian
52 52 Persiapan
53 53 Pertarungan di Wilayah Luas
54 54 Kekuatan Manusia
55 55 Sang Pembebas Melawan Si Penggenggam Matahari
56 56 Pahlawan
57 57 Pahlawan II
58 58 Pahlawan III
59 59 Kembali ke kehidupan normal ?
60 60 Sahabat Dari Masa Lalu
61 61 Seseorang yang memikat hati
62 62 Tanpa Keraguan
63 63 Pasangan Baru
64 64 Kampung Halaman
65 65 Hantu Masa Lalu
66 66 Hantu Masa Lalu II
67 67 Hantu Masa Lalu III
68 68 Campur Tangan
69 69 Tabir yang Terbuka
70 70 Menyerahkan Diri
71 71 Datangnya Sang Penghancur
72 72 Zeg Sang Iblis Putih
Episodes

Updated 72 Episodes

1
01. Keajaiban
2
02. Segelas Air Keruh
3
03. Kebun Ketela
4
04 Dosa Hanah
5
05 Dimana Kepedulian Terletak?
6
06 Melati dan Jago
7
07. Bola dari Akar Kering
8
08 Raksasa Batu
9
09 Bermain Petak Umpet
10
10 Bukan Anak Terkutuk
11
11. Anak Iblis
12
12 Anak Iblis II
13
13 Anak Iblis III
14
14. Di bawah Malam Purnama
15
15. Mengabu
16
16 Keping Harapan
17
17 Manusia Rambut Puith
18
18 Menjadi Adik
19
19 Apa itu Sahabat?
20
20 Kebangkitan Dewa Langit
21
21 Kesalahan
22
22 Cara Mendapat Sahabat
23
23 Cara Mendapat Sahabat II
24
24 Cara Mendapat Sahabat III
25
25 Waktunya Terjun ke Lapangan
26
26 Sheiny
27
27 Tarian Surgawi
28
28 Kembali ke Lapangan
29
29 Aku Adalah Manusia Rambut Putih
30
30 Sesuatu Yang Harus Disyukuri
31
31 Pergi Memancing
32
32 Awal Petualangan
33
33 Siapa Pencurinya?
34
34 Selamat Datang
35
35 Persembahan
36
36 Sang Penerus
37
37 Kembali
38
38 Bunga Purnama
39
39 Anggota Ke tiga.
40
40 Kota Arkkana
41
41 Kota Arkkana II
42
42 Kota Arkkana III
43
43 Senior Tein
44
44 Kesungguhan
45
45 Kesungguhan II
46
46 Jurang Besar
47
47 Penduduk Lokal
48
48 Kecurigaan
49
49 Musuh Sebenarnya
50
50 Orang-orang yang cemas
51
51 Impian
52
52 Persiapan
53
53 Pertarungan di Wilayah Luas
54
54 Kekuatan Manusia
55
55 Sang Pembebas Melawan Si Penggenggam Matahari
56
56 Pahlawan
57
57 Pahlawan II
58
58 Pahlawan III
59
59 Kembali ke kehidupan normal ?
60
60 Sahabat Dari Masa Lalu
61
61 Seseorang yang memikat hati
62
62 Tanpa Keraguan
63
63 Pasangan Baru
64
64 Kampung Halaman
65
65 Hantu Masa Lalu
66
66 Hantu Masa Lalu II
67
67 Hantu Masa Lalu III
68
68 Campur Tangan
69
69 Tabir yang Terbuka
70
70 Menyerahkan Diri
71
71 Datangnya Sang Penghancur
72
72 Zeg Sang Iblis Putih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!