Zeo melirik ponselnya, ia ingin mengabari Adhira kalau mereka akan menunda kepindahan tapi Zeo mengurungkan niatnya saat ia baru ingat tak memiliki nomor perempuan itu.
Baiklah, hari ini Zeo ingin melepas semua penat dikepalanya.
***
Adhira menatap kosong dinding apartemen. Ini sudah pukul 11 malam tapi Zeo belum juga pulang ke apartemen.
Adhira tak tau apa-apa tentang apartemen ini, tadi sore Adhira memilih ikut oleh orang yang mengambil barangnya untuk dibawa ke apartemen. Dalam bayangan perempuan itu, lebih baik ia pergi ke Apartemen terlebih dahulu dari pada harus berangkat bareng dengan Zeo.
Tapi sayangnya, bahkan sampai hampir tengah malam begini, Zeo belum juga pulang. Apa pemuda itu lupa?
Adhira menunduk saat rasa lapar mulai menggerogotinya, tapi tak ada makanan di apartemen yang benar-benar masih kosong ini. Adhira juga tak tau kemana ia harus pergi, daerah ini benar-benar asing untuknya.
Lagian, kalau Adhira pergi ia juga tak tau harus membeli apa dan menggunakan apa karena ia tak memiliki uang sepeserpun.
Jadi Adhira hanya duduk dikursi sofa itu dengan pikiran yang benar-benar kosong. Ia ingin pulang, tapi bagaimama caranya, jarak rumah dan apartemen nya hampir memakan waktu 2 jam lebih. Adhira benar-benar dibuat frustasi.
Lagian tadi sore kenapa mama dan Ayahnya menuruti egonya sih, kenapa mereka dengan lapang dada membiarkan anak perempuan satu-satunya pindah dari rumah tanpa suami. Justru mendukungnya dan mengatakan agar Zeo tak perlu putar balik untuk menjemputnya. Pikir Adhira terus menyalahkan kedua orang tuanya.
Masih untung Zeo sempat meninggalkan password apartemen ini dikertas selembar di tempat tidur mereka sebelum pemuda itu berangkat ke acara kelulusannya, kalau saja tidak, mungkin Adhira sudah benar-benar menjadi gelandangan disekitar apartemen ini.
Adhira mengernyit saat ia merasakan perih diperutnya, ia lapar. Tapi tak ada makanan di apartemen yang disebagian tempatnya dipenuhi tumpukan kerdus ini.
Adhira menatap perutnya yang mulai terasa keras seperti orang kekenyangan. Adhira jadi bertanya-tanya berapa usia anak Zeo itu dirahimnya.
2 bulan kah?
Adhira mengedikkan bahunya tak peduli, lagian apa untungnya juga ia tau.
Menghilangkan rasa bosan dan juga rasa kantuk yang tak kunjung datang, Adhira memainkan media sosialnya. Selama berselancar di media sosialnya yang sekarang semua akunnya dibuat privat, Adhira menelan ludah kecewa saat melihat anggota osisnya yang memposting berbagai kegiatan perpisahan. Mereka tampak kelelahan tapi juga gembira disatu waktu. Mata Adhira memanas, seharusnya ia yang ada disana.
"Kamu tau , seharusnya aku yang ada disana. Lagi sibuk ngurusin banyak kegiatan ku. Nyiapin mentalku buat ujian. Bareng temen-temen ku. Bukannya disini, bareng kamu sama ayah brengsekmu itu." kata Adhira meremas baju kaos yang ia gunakan. Menunjukkan bahwa ia sedang berbicara dengan janinnya.
"Kalian itu sebenernya sama aja. Sama-sama brengsek. Kenapa Sih kamu harus dateng di aku. Kenapa gak orang-orang diluar sana. Lagian sama aku juga kamu gak bakal keurus." monolog Adhira.
"Kenapa kamu itu betah banget ngerusuhin hidup ku? Aku benci kamu, benci ayah kamu, aku benci kalian hiks " kata Adhira lagi, kali ini disertai isakan pilu. Adhira benar-benar membenci situasi ini.
Tanda terasa, perempuan itu menangis sampai ia terbawa kealam mimpi. Melupakan kesdihannya, melupakan rasa laparnya. Dan melupakan kepanikannya walau hanya sejenak saja.
***
"Bay Boss, gatau kapan kumpul lagi, tapi semoga secepatnya." kata Bastian merangkul Zeo.
Pagi ini mereka benar-benar akan berpencar, Zeo tetap tinggal di Bandung bersama Adhira, Dean pulang ke Jakarta, Neo kembali ke Bali dan Bastian pulang ke Amerika. Dan sebagai orang yang tetap tinggal, Zeo pun mengantar ketiga temannya ke Bandara.
"Gak usah lebay lo pada, ntar juga jumpa. " kata Zeo terkekeh.
"Tapi seriusan ini Ze, sori-sori aja kita gak tau kapan bisa kumpul. Gatau kan sebulan kemudian gue bunuh diri karena gak sanggup jadi boneka hidup." tawa Dean.
"Omongan lo kadang ada benernya juga Yan, gue kok jadi berpikir pendek gini." kata Neo yang sejak tiba dibandara diam saja.
"Ck, jangan gitu lah, emang yakin lo pada bakal masuk surga?" kelakar Zeo. "Jalani aja yang ada, setidaknya kalian masih bisa bebaskan?" kata Zeo menyindir dirinya sendiri.
Ketiga temannya menatapnya. "Lo juga, jaga anak istri lo baik-baik, jadi bapak yang baik. Bimbing istri lo kejalan yang benar," ujar Neo terbahak. "Ajakin istri lo itu ibadah, biar tobat itu, ck, pedesnya luar biasa kalau ngomong" Tawa Neo, Dean dan Bastian.
Zeo pun ikut tertawa, "Ya gue usahain sih, Good luck buat lo semua. Jadiin masalah gue pelajaran" kata Zeo .
"Iya pelajaran yang gue dapet adalah pentingnya menggunakan pengaman saat- Aw, bangsat sakit." kata Dean memegangi kepala nya yang dijitak Bastian.
"Lo itu gak bisa banget dikasih nasihat." kata Bastian berdecak,
"Ya kan memang iya kan"
"Ya, tapi gak gitu juga konsepnya peang"
Dean sudah akan kembali protes ketika Zeo segera merangkul ketiga temannya yang akan kembali ke keluarganya masing-masing itu. Dan juga yang pasti meninggalkannya sendiri dikota ini.
"Jangan bunuh diri ya lo pada" Tawa Zeo saat pelukan itu terlepas. Mereka kembali tertawa, tawa yang mungkin akan mereka ingat sebagai salam perpisahan mereka.
***
Zeo sudah akan masuk keperumahan Adhira ketika ia melihat mobil kedua mertuanya dan adik iparnya melewati taksi yang ia gunakan.
"Pak, pak berhenti pak." Kata Zeo saat melihat mertuanya pergi. Apa itu tandanya Adhira juga ikut orang tuanya? Lalu bagaimana cara ia masuk rumah kalau semua orang pergi.
Zeo langsung menghubungi nomor Devan, disaat seperti ini Zeo mensyukuri memiliki adik ipar seperti Devan yang walau kaku namun bisa diajak kompromi.
"Halo bang?"
"Halo, Dev, kamu dimana?" tanya Zeo langsung.
"Aku, ini, mau ke apartemen abang kenapa emangnya bang? "
"Oya?" Zeo agak terkejut saat adik iparnya itu tau alamat apartemennya.
"Iya, abang mau titip sesuatu nggak? Mumpung aku diluar, tanya kakak juga. Nomornya dari tadi malem gak bisa dihubungi, nomor abang juga"
"O-oh, nggak, nggak ada kok. Abang kira kamu masih dirumah tadi abang mau minta bawaain jaket abang yang ketinggalan." Kata Zeo agak tergagap.
"Oh, "
"Tapi yaudah, hati-hati Dev" kata Zeo langsung mematikan panggilannya.
Sialan, Kalau Devan bilang coba tanya kakaknya. Itu berarti akh- jangan bilang Adhira sudah diapartemen sejak tadi malam.
Sialan.
Sialan.
Zeo ingin terus memaki rasanya, kenapa perempuan itu tidak bilang padanya?
"Pak putar balik pak, tolong kealamat ini ya." kata Zeo memberikam alamat apartemennya.
***.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Nisaaaazqdt
untuk KK author nya semangat KK 💜
2021-12-27
2
✦:𝓦⃟֯𝓓𝐞𝐥𝐯𝒚𝒐𝒐𝒏𝒂𐀔¡!
semangat thor!!
2021-12-27
3