Ego-10 Rencana kelulusan

"Ma, mama gak tau gimana dia memperkosa Adhira, mama gak tau betapa iblisnya dia, mama-

"Berarti kamu ingat wajahnya kan?"

Adhira tak bersuara, ia keceplosan membicarakan Zeo dihadapan mamanya. Itu sangat bertolak belakang dari pengakuan Adhira sebelumnya yang mengatakan tak tau siapa ayah bayinya.

***

Ini sudah malam ketiga, keempat pemuda yang baru menyelesaikan ujiannya itu clubing. Lagi dan lagi, seolah Bar adalah tempat tinggal utama mereka. Bahkan semenjak selesainya ujian kelulusan tiga hari yang lalu, mereka benar-benar tidak pulang dan memilih menggadaikan kesadaran untuk beberapa jam dengan dunia hayalan. Dunia imaji yang menyenangkan dibanding kenyataan hidup setelah mereka resmi lulus nantinya.

"Gue liat lo galau aja, kenapa Ze?" Tanya Bastian.

Zeo menggeleng, "Gue mau balik ke Jepang, tapi Alina gak mau gue ke Jepang, dia mau lanjut kuliah di Jakarta dan gue harus ikut." Kata Zeo mengusap wajahnya. "Lo tau sendiri gimana hubungan gue sama keluarga gue di Jakarta, enek gue, Mending balik ke Jepang, tapi dilain sisi gue pingin bareng Alina, mau gimana pun tuh cewek uda rela nemeni gue dari dulu" Kata Zeo sambil mengusap wajahnya.

Rasanya kepalanya sangat pusing, Papanya meminta- ah, lebih tepatnya memerintahnya untuk pulang ke Jepang dan kuliah serta mengurus perusahaan di negeri asal nya itu, Sebenarnya Zeo tak masalah akan hal itu, toh ia juga memang ingin pulang ke Jepang. Tapi saat mendengar permintaan kekasihnya untuk tetap tinggal di indonesia dan pulang ke Jakarta, Zeo merasa kepalanya pecah.

"Lo mau ke Jepang?"

Zeo mengangguk, "Kayaknya cuma itu satu-satunya pilihan deh." kata Zeo tertawa hambar.

Bastian mengangguk, "Orang tua lo lagi yang ngatur? Jadi lo sama Alina bakal LDR lagi gitu?" Zeo mengedikkan bahunya tanda tak peduli, "Kalau Kalian pada mau kemana nih habis ujian?"

"Gue balik ke Jakarta, Perusahaan bokap gue ada masalah." kata Dean meneguk minumannya. "Bokap minta bantu, gue mau tunangan sama rekan bisnisnya sebagai jaminan."

"Tunangan?" Tanya Zeo geli.

Dean berdesis ia melempar kacang yang ia makan keaeah Zeo, " yah, mau gimana lagi, ujung-ujungnya anak laki juga yang diharapkan. Dia kira gue serba bisa apa" Kata Dean terkekeh.

"Good luck deh, jadi tunangan yang baik lo," Ejek Zeo, "Kalau kalian, Yo, Bas?"

"Gue balik ke Bali, kakak gue mau nikah, bokap gue selingkuh, nyokap gue depresi kayaknya." Kata Neo terkekeh.

Bastian mengangguk, "Gue juga mau balik ke Amerika. Ngapain lagi kalau gak ngurus perusahaan dan kembali menjadi boneka para orang tua kan? Gak usah tanya lagi, enek gue"

Ucapan Bastian itu membuat yang lainnya tertawa, lebih tepatnya menertawai nasib malang mereka sendiri. Yang orang lain lihat, mereka adalah sekumpulan remaja berandalan yang tak bisa diandalkan.Yang hanya bisa menghabiskan uang orang tua tanpa memikirkan masa depan. Padahal, semua kenakalan mereka itu semua disebabkan masalah internal keluarga. Keluarga mereka tak harmonis, keluarga mereka terlalu menuntut, keluarga mereka tak mendukung. Nakalnya mereka hanya sekadar mencari sensasi, nakalnya mereka hanya sekedar ingin menikmati imaji, nakalnya mereka karena tak ada yang mengarahkan, nakalnya mereka hanya karena kurang perhatian.

"Kapan lo ke Jepang Ze?"Tanya Dean sambil menuang alkoh*l kegelas kecilnya.

"Palingan minggu depan."

"Gak nunggu kelulusan?" Tanya Neo.

"Emang gue bisa? Kayak yang Bastian bilang tadi, kita ini cuma boneka, right?"

Mereka mengangguk, cukup lama mereka diam, sibuk dengan minuman dan pikirannya masing-masing. Mereka semua adalah anak orang kaya yang tak bisa memilih jalan hidupnya sendiri.

"Gue denger-denger Adhira keluar dari sekolah?" kata Dean tiba-tiba setelah mereka lam diam.

"kenapa? Manusia sok suci itu bisa juga lepas sekolah kena kasus atau gimana?" Tanya Bastian pelan.

"Kurang tau sih, cuma gosip gak sengaja denger waktu lewat anak-anak cewek aja. Alasan dia keluar gue juga kurang tau,"

"Keluar atau dikeluarin" Tanya Neo bingung.

"Gak tau, yang pasti sekarang ketua osis sementara diganti, Adhira gak sekolah lagi, Gue sih males cari tau. Gak penting juga" Kata Dean santai,

"Kena karma palingan," sambung Zeo ketus yang disambut tawa ketiga temannya.

"Huss, sama selingkuhan gak boleh ketus-ketus gitu deh Ze, kualat ntar lo" Ejek Neo

Zeo mendengus, rasanya ia masih saja kesal jika mengingat kejadian dimana gadis sombong itu merendahkannya.

"Oya, masalah lo sama dia gimana Ze?" tanya Bastian yang mengingat zeo merasa bersalah saat itu, Ah, omong-omong Zeo belum menceritakan penolakan Adhira tentang pertanggung jawabannya.

"Eh, iya lo uda ngomong sama Adhira kan Ze, kayaknya waktu kita dihukum lo sempet narik Adhira kan?" Sambung Dean mengingat-ingat.

"Hm,"

"Terus? Gimana? Lo bayar atau gimana? Yah mau gimana pun dia cewek kan, kasian juga kalau dipikir-pikir" Kata Bastian terkekeh.

"Gue uda ngomong, gue kasih tabungan gue. Cuma yah uda taulah, Dia gak mau apapun dari gue, biasalah." Kata Zeo memegangi kepalanya yang mulai pusing.

"Dan selesai?" tanya Bastian lagi.

Zeo terkekeh, "Dan Selesai lah, dia bilang gak butuh gue juga. Gue sih its oke aja. Yang penting selesai kan. Gue uda berusaha tanggung jawab."

"Gila bener tuh gengsi cewek, Tabungan seorang Alzeo loh"

Bastian ikut terkekeh, "enak Bener hidup lo. Dapet perawan, gratis pulak, gue jadi kasian sama Panji dapet bekasan lo. Tapi yaudah lah ya, kita mau lulus, mau ninggali Bandung, jangan bikin masalah lagi kalau kata pak Wisnu"

Zeo hanya mengangguk- ngangguk karena efek minumannya. Sedangkan Neo dan Dean terdiam, namun dalam diam mereka membenarkan ucapan Bastian. Dan sangking seriusnya mereka berbicara. Mereka berempat bahkan sampai tak menyadari ada seorang pemuda lainnya yang langsung terpaku saat mendengar percakapan mereka.

Dia Panji, kekasih Adhira Alindra.

Niat awal Panji datang ke club tak lain tak bukan adalah untuk meredakan stres setelah ujian dan stres karena hubungannya dengan Adhira yang kian renggang. Gadis itu bahkan sudah tak ada kabar hampir dua minggu terakhir. Padahal seingat Panji ia selalu perhatian walaupun secara tak langsung, ia biasanya selalu mengirim apapun melalalui ojek atau grab. Tapi tetap saja tak ada respon dari kekasih yang ia pacari sejak SMP itu.

Jadwal sekolah yang berbeda membuat mereka tak sering bertemu.Awalnya Panji tak masalah akan hal itu, mungkin saja Adhira tak lagi menghubunginya karena ia yang pernah bilang ingin fokus ujian, dan mungkin Adhira juga sibuk dengan acara kelulusan sekolahnya. Namun tampaknya semesta sedang bermain-main dengannya saat tak sengaja ia melihat keempat pemuda musuh bebuyutan gengnya ketika di Jakarta dulu berada ditempat yang sama dengan nya.

Sebenarnya, saat melihat mereka tadi, Panji tak ingin ikut campur. Zeo dan gengnya adalah musuh bebuyutannya. Ia juga tau kalau Zeo dan ketiga temannya pindah kesekolah Adhira. Karena Adhira sempat bercerita beberapa hal dengannya.

Namun saat pembicaraan Zeo dan gengnya sudah membawa nama Adhira dan dirinya. Panji rasa ia harus ikut campur.

Panji mengepalkan tangannya, ia harus meluruskan masalah ini. Ia harus menemui Adhira segera. Harus.

****

Episodes
1 Ego- 0 Namanya Adhira Alindra
2 Ego-1 pembelajaran
3 Ego-2 Sampah
4 Ego-3 Sedikit mengusik
5 Ego-4 Sedikit hal tentang mereka
6 Ego-5 Ada yang beda
7 Ego- 6 Bayaran
8 Ego- 7 satu bulan
9 Ego-8 Empat gadis Angkuh
10 Ego-9
11 Ego-10 Rencana kelulusan
12 Ego-11 Panji
13 Ego-12 Tuntutan
14 Ego-13 Tanggung jawab
15 Ego-14 Butuh istirahat
16 Ego-15 Semarak pagi
17 Ego-16 Seminggu
18 Ego-17 pembicaraan mertua dan menantu
19 Ego-18 Penat dikepala
20 Ego-19 Apartemen
21 Ego-20 Kemungkinan yang menyenangkan
22 Ego-21 Penerapan hidup sehat
23 Ego-22 Gara-gara sibakso
24 Ego-23 Panic attack
25 Ego-24 Menantu kesayangan.
26 Ego-26 Keluarga Zeo
27 Ego-26 Perperangan ego
28 Ego-27 Tak mau mengalah
29 Ego-28 Sarapan pagi
30 Ego-29 Sama seperti om
31 Ego-30 Adhira dan gelisahnya
32 Ego-31 Pagi dan Alina
33 Ego-32 Pertengkaran dan Alina
34 Ego-33 Mulai pasif oleh rutinitas baru
35 Ego-34 Sedikit Tak rela
36 Ego-35 Sindiran untuk Adhira
37 Ego-36 Alasan kuat Zeo
38 Ego-37 Girl's Talk
39 Ego-38 Harapan yang langsung pupus
40 Ego-39 Adhira dan kesedihannya
41 Ego-40 Zeo dan masalahanya
42 Ego-41 Mood keduanya yang berbeda
43 Ego-42 Sosok ibu yang lain
44 43- Side story- Rahasai Takahashi
45 Ego-44 Kenapa jadi bertengkar
46 Ego-45 Ego yang sulit ditaklukan
47 Ego-46 Hai sayang
48 Ego-47 Respon yang tak diharapkan
49 Ego-48 Merasa asing
50 Ego-49 Adhira dan Depresinya
51 Ego-50 Kesabaran yang menipis
52 Ego-51 Hai, ini mama
53 Ego-52 Kenapa harus pura-pura
54 Ego-53 Alasan Adhira
55 Ego-54 Sedikit memberi pelajaran
56 Ego-55 Kelapangan Panji
57 Ego-56 Menenangkan diri
58 Ego-57 Suara Zeo
59 Ego-58 Lima tahun pernikahan
60 Ego-59 Dirudung ketakutan
61 Ego-60 Nasihat
62 Ego-61 Perasaan yang tak ingin dirasa
63 Ego-62 Aizel
64 Zeo-63 Berkat Saran
65 Zeo-64 Perubahan
66 Zeo- 65 Boleh?
67 Zeo-66 Pentingnya Diskusi
68 67- Takahashi yang berbeda
69 68 - Drama minggu (Ekstra part)
70 69- Permintaan tiga Takahashi (Extra part)
71 70 - Kembar Takahashi yang merasa terasingkan
72 71 -Sulit untuk saling mengerti
73 72 -Suasana pelik yang membeku
74 73- Sesal yang tak lagi berarti
75 74 - Saling menyakiti dan tersakiti
76 75 - Kembali memulai
77 76 - Kepercayaan diri
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Ego- 0 Namanya Adhira Alindra
2
Ego-1 pembelajaran
3
Ego-2 Sampah
4
Ego-3 Sedikit mengusik
5
Ego-4 Sedikit hal tentang mereka
6
Ego-5 Ada yang beda
7
Ego- 6 Bayaran
8
Ego- 7 satu bulan
9
Ego-8 Empat gadis Angkuh
10
Ego-9
11
Ego-10 Rencana kelulusan
12
Ego-11 Panji
13
Ego-12 Tuntutan
14
Ego-13 Tanggung jawab
15
Ego-14 Butuh istirahat
16
Ego-15 Semarak pagi
17
Ego-16 Seminggu
18
Ego-17 pembicaraan mertua dan menantu
19
Ego-18 Penat dikepala
20
Ego-19 Apartemen
21
Ego-20 Kemungkinan yang menyenangkan
22
Ego-21 Penerapan hidup sehat
23
Ego-22 Gara-gara sibakso
24
Ego-23 Panic attack
25
Ego-24 Menantu kesayangan.
26
Ego-26 Keluarga Zeo
27
Ego-26 Perperangan ego
28
Ego-27 Tak mau mengalah
29
Ego-28 Sarapan pagi
30
Ego-29 Sama seperti om
31
Ego-30 Adhira dan gelisahnya
32
Ego-31 Pagi dan Alina
33
Ego-32 Pertengkaran dan Alina
34
Ego-33 Mulai pasif oleh rutinitas baru
35
Ego-34 Sedikit Tak rela
36
Ego-35 Sindiran untuk Adhira
37
Ego-36 Alasan kuat Zeo
38
Ego-37 Girl's Talk
39
Ego-38 Harapan yang langsung pupus
40
Ego-39 Adhira dan kesedihannya
41
Ego-40 Zeo dan masalahanya
42
Ego-41 Mood keduanya yang berbeda
43
Ego-42 Sosok ibu yang lain
44
43- Side story- Rahasai Takahashi
45
Ego-44 Kenapa jadi bertengkar
46
Ego-45 Ego yang sulit ditaklukan
47
Ego-46 Hai sayang
48
Ego-47 Respon yang tak diharapkan
49
Ego-48 Merasa asing
50
Ego-49 Adhira dan Depresinya
51
Ego-50 Kesabaran yang menipis
52
Ego-51 Hai, ini mama
53
Ego-52 Kenapa harus pura-pura
54
Ego-53 Alasan Adhira
55
Ego-54 Sedikit memberi pelajaran
56
Ego-55 Kelapangan Panji
57
Ego-56 Menenangkan diri
58
Ego-57 Suara Zeo
59
Ego-58 Lima tahun pernikahan
60
Ego-59 Dirudung ketakutan
61
Ego-60 Nasihat
62
Ego-61 Perasaan yang tak ingin dirasa
63
Ego-62 Aizel
64
Zeo-63 Berkat Saran
65
Zeo-64 Perubahan
66
Zeo- 65 Boleh?
67
Zeo-66 Pentingnya Diskusi
68
67- Takahashi yang berbeda
69
68 - Drama minggu (Ekstra part)
70
69- Permintaan tiga Takahashi (Extra part)
71
70 - Kembar Takahashi yang merasa terasingkan
72
71 -Sulit untuk saling mengerti
73
72 -Suasana pelik yang membeku
74
73- Sesal yang tak lagi berarti
75
74 - Saling menyakiti dan tersakiti
76
75 - Kembali memulai
77
76 - Kepercayaan diri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!