Adhira makin membisu, ia tak sanggup untuk sekedar mengatakan sepatah kata pun. Saat matanya menatap ketiga teman yang menatapnya khawatir dalam hati ia mengutuk dirinya. Ia sampah, benar-benar sampah.
***
"Sadar woy Sadar!" teriak Bastian memukul bahu Zeo yang dibalas erangan marah. "Apa-an sih lo, mau mati apa gimana ha?" Bentak Zeo marah.
"Dih, makin hari makin sensi aja lo, Santai aja napa sih Ze, nih mau minum gak lo?" Tawar Bastian sambil menyodorkan minuman isotonik didepan wajah Zeo.
Zeo memutar bola matanya mendengar gerutuan Bastian. Ia menepis tangan teman Amerikanya itu kesal.
"Ck, gak mau yaudah sih, gak usah sensi, gue yang semalem diancam mau diseret pulang ke Amerika aja santai aja" Kata Bastian mendudukkan dirinya disebelah Dean dan Neo yang asik dengan ponselnya. Bermain game online bersama.
"Iya, lo kenapa sih? Kepikiran masalan di Bar waktu itu?" tanya Dean masih sibuk bermain game diponselnya.
Zeo diam saja, tapi pikirannya melayang dikejadian beberapa hari yang lalu. Awalnya ia tak terlalu peduli dengan kejadian yang menimpanya dengan gadis gila itu. Tapi ntah kenapa mengetahui kalau gadis angkuh itu sampai tidak masuk sekolah tiga hari berturut-turut, ntah mengapa hal itu 'sedikit' mengusik hati nya.
"Udah lah lupain aja, lagian cewek kayak dia mah gak mungkin ungkit-ungkit, gengsi lah, takut jatuh harga diri." sambung Neo menaik turun kan alisnya tanpa menoleh.
"Hm, bener tuh mereka Ze, Santai aja kali. Lo takut dilapor polisi atau gimana?" Kata Bastian lagi.
Zeo diam, pemuda berdarah Jepang itu memejamkan matanya, mengusak rambutnya kesal oleh pemikirannya sendiri.
"Ck, sayangnya kenapa gue teler ya, kalau aja nggak, mungkin gue vidio in tuh Ze, Lumayan kan buat tontonan " tawa Dean yang diikuti yang lain.
Zeo hanya berdecak, ia mengacak rambutnya yang berantakan saat lagi-lagi wajah ketakutan Adhira terlintas dibenaknya.
"Eh, tapi iya juga ya Yan, kalau kita ada Vidio nya gitu mungkin bisa alat buat si songong itu patuh." tambah Neo terbahak. Mereka mulai melupakan ponsel mereka. Merasa tertarik dengan pembicaraan ini.
"Tapi guys, melihat ekspresi seorang Zeo, ada kemungkinan gak buat ketua terhomat kita ini buat sesuatu?" tanya Dean lagi bertanya pada Bastian dan Neo.
"Sesuatu apa ini?" tanya Neo menaikkan alisnya.
"Tanggung jawab mungkin," Kata Dean yang langsung disambut tawa oleh yang lain.
"Sejak kapan seorang Alzeo immanuel merasakan tanggung jawab sama korbannya." dengus Bastian.
Zeo mengetuk-ngetuk kan jari ke meja kantin dengan pikiran kosong, dalam bayangannya, pemuda itu dapat mendengar teriakan dan makian Adhira yang berputar manis diotaknya. Benar-benar mengganggu pikiran.
"Kok gue ngerasa bersalah ya," katanya tiba-tiba.
Hening sesaat, Tampaknya teman-teman Zeo itu merasa kaget dengan respon Zeo. Mereka saling pandang sebelum mengedikkan bahu, "karena lo uda lama gak main-main kali, bisa dibilang semenjak kita pindah kemari kan kita uda tobat." kekeh Neo mencoba mencairkan suasana.
Zeo mengangguk, mencoba meng-iyakan dalam hati. Dalam benaknya, pemuda Jepang itu mencoba menyugesti dirinya sendiri, kalau rasa bersalah yang mengusik hatinya itu hanya sekadar ilusi.
"Sttt, bukannya itu sisongong ya." Kata Bastian memukul bahu Zeo, lalu mengedik kan wajah kesuatu arah.
Arah pintu masuk kantin,
Ah, mereka sekarang memang sedang berada dikantin sekolah, menikmati suasan kantin yang kosong di jam pelajaran yang sedang berlangsung ini. Lagi-lagi bolos.
"Dah tuh, uda masuk tuh ayang beb lo Ze, katanya dari kemarin nanyain si doi mulu." ejek Dean, mengingatkan nya dengan tingkah Zeo yang seperti orang kebingungan saat Adhira tak masuk tiga hari terakhir.
Zeo mendengus tak suka sebagai responnya. Tapi ia mulai memperhatikan Adhira yang sedang mengedarkan pandangannya mengintari kantin, sepertinya ia sedang patroli kantin saat jam pelajaran sedang berlangsung. Itu memang sering dilakukan gadis gila kekuasaan itu dengan mengatas namakan Osis dan pengganti guru piket.
Zeo masih memperhatikan Adhira ketika gadis itu tiba-tiba menoleh kearahnya dan menuju kemeja mereka.
Brak!
"Kalian tau ini jam berapa ha!" bentak Adhira begitu mendapati keempat pemuda itu berada dikantin saat jam pelajaran berlangsung.
"Jam 9" kata Dean gamblang sambil terkekeh.
"Gak usah main-main lo, masuk kelas kalian semua sana!" Bentak Adhira.
" Lah kok lo marah, Kan emang bener kan ini jam 9, apa salah nya coba." kata Dean lagi.
"Lagian kok lo ngatur-ngatur sih? Sok berkuasa banget" sambung Neo.
"Kalian-"
"Eh, omong-omong katanya lo sama Zeo waktu itu uda ekhem ya, gue jadi penasaran itu yang pertama atau yang-"
"Yang apa nih?" Kata Bastian mengompori.
"Yang apa yah? Kalau dari lagaknya gini yang itu lah." kata Dean lagi.
"Gue pikir sama Panji udah -udah."
Adhira mengepalkan tangannya. Ia melirik Zeo yang tampak tak peduli sama sekali. Pemuda sialan itu malah menonton dengan santai. Seolah menikmati setiap sulutan emosinya. Apa pemuda itu berpikir hal tabu seperti itu layak dibuat bercanda seperti ini.
"Apa maksud lo!" Desis Adhira mengepalkan tangannya.
"Eh, maksud apa nih Dhir? Maksud omongan gue yang lo sama Sandi ekhem-ekhem di bar atau maksud omongan Dean yang lo sama Panji udah-udah. Jadi yang mana nih?" Tanya Neo santai.
"Brengs*k! Maki Adhira membuang makanan dan minuman yang ada diatas meja keempat pemuda itu. Melemparinya kearah keempat pemuda gila yang menyulut emosinya sejak tadi.
"D*mn!" Maki Neo saat minuman yang baru ia beli tumpah mengenai seragamnya. Pemuda itu mengibaskan seragamnya.
"Heh, bisa ngamuk juga lo," Ujar Dean lagi, sambil terkekeh mengejek.
"Keluar kalian dari sekolah ini, dasar sampah!" amuk Adhira emosi, Gadis beralamameter Osis itu menatap keempat kakak kelasnya marah.
"Waktu gini aja lo ngamuk, udah lah gak usah sok suci, lo juga uda jadi bagian dari sampah kok, malah lebih menjijikkan lagi opss keceplosan. Gimana dong Dhir" Kekeh Dean, merasa puas dengan raut marah dan sakit hati Adhira.
Plak!
Dean memegang pipinya. Agak terkejut saat Adhira menamparnya.
"O-ow, sakit Yan?" tanya Bastian mengejek.
"Brengsek, sialan, kalian semua, gue gak serendah itu s*alan. Temen lo aja itu yang bejat uda berani nyentuh gue! Dia- Dia yang sampah dia yang rendah asal lo tau itu" amuk Adhira menunjuk Zeo yang masih saja menampilkan wajah dingin
"Banci!" Maki Adhira meludahi wajah Zeo.
Bruk!
Meja kantin berguling ketika Zeo menendangnya, " Siapa yang lo bilang Banci Anj*ng!"
"Lo, lo yang gue bilang Banci, kenapa? marah ha? Banci, banci, banci gak guna"
"Lo-" Zeo sudah hampir kehilangan kontrol nya dan akan menampar Adhira jika saja pak Wisno tak datang tergopoh menengahi mereka. Tampaknya salah satu penjual kantin ada yang melapor.
"Keruang Bk kalian semua!" bentak guru itu yang dibalas decihan oleh ketiga pemuda lainnya.
Sedangkan Zeo dan Adhira masih bertatapan penuh emosi dan dendam.
**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Rai Nurhikmah
KK author mau donk e book ya
2024-11-11
0
IK
c Adhira mulut ny pdes bngt level 100
2022-12-20
0
Joveni
jangan saling bencii... awas ntar saling jatuh cinta loh..
2022-10-28
1