Ego- 6 Bayaran

"Kalian ngerasa ada yang aneh gak sih sama Dhira?" tanya Windi yang membuat Febi dan Intan saling pandang karena setelah pertanyaan Windi itu terlontar, mereka pun langsung merasakan hal yang sama.

Ada yang berubah dengan sikap Adhira.

***

Sepulang jam sekolah, Adhira pergi ke lapangan basket indoor yang cukup luas.

Gadis beralmameter itu mendengus jengkel, melemparkan tasnya kesalah satu bangku tribun penonton, sebelum mulai mengambil peralatan yang digunakan untuk melaksanakan hukumannya.

"Apa mereka gak tau waktu sampai gak ada yang datang kemari, " Desis nya dengan dendam.

Adhira mengepel lantai lapangan basket ketika keempat pemuda itu datang menemuinya. Mereka telat 30 menit.

"Eh, lo uda mulai sendiri? Sorry not sorry lah ya, kita-kita ada jam tambahan tadi." Kata Bastian yang justru terdengar mengejek Adhira.

Adhira berdecih, ia menjatuhkan kain pelnya kelantai dengan sedikit gertakan gigi.

" Iya Bagus dong, Gue jadi gak perlu papasan sama muka-muka sampah kayak kalian, gue uda ngerjain setengahnya sisanya kalian yang lanjutin, gue mau balik." Kata Adhira meraih tasnya hendak pergi.

"Eh, bangs*t, lo ditolong gak tau ditolong ya, masih syukur kita mau bantuin lo ini woi." Teriak Neo yang menggema karena dalam ruangan.

"Bantuin? Heh gue gak salah denger nih? Yang ada Gue malah yang bantuin manusia sampah kayak kalian, ngerti kalian? Jadi selesaiin sisanya, gue mau balik, bay!" ejek Adhira.

"Heh, belagak banget lo ya, Sok berkuasa banget, uda bekasan juga." maki Bastian melempar tasnya.

Adhira berdecih. Tak niat membalas, gadis itu mengambil tasnya dan berniat pulang.

Ketika yang lainnya sibuk saling memaki dan mulai membereskan ruangan. Zeo masih setia berdiri diambang pintu ruang olahraga tanpa niat masuk ataupun keluar, membuat Adhira mau tak mau harus berhadapan dengan pemuda itu.

"Minggir," kata Adhira dingin.

"Gue mau ngomong sama lo" kata Zeo to the point.

"Gue gak mau, ck, awas!" Adhira menyentak tangan Zeo, namun tak menghasilkan apapun, lengan Zeo lebih kuat daripada sentakan nya.

"Gue bilang gue mau ngomong sama lo." Kata Zeo lebih dingin sambil menguatkan pergelangan tangannya yang menghadang pintu.

Adhira memalingkan wajahnya. Enggan menatap Zeo yang ntah bagaimana bisa mengintimdasinya. Bahkan Adhira dapat merasakan tubuhnya sedikit trauma dengan Zeo yang sedang bersikap dingin begini. Hal itu mengingatkannya dengan kejadian beberapa hari yang lalu.

"Kemari!" Zeo manarik tangan Adhira yang tentunya dibalas pemberontakan. Tapi lagi-lagi kekuatan Zeo yang lebih besar darinya membuat Adhira berakhir mengikutinya saja.

Mereka kelorong yang sepi.

"Lepas bangs*t!" Adhira menyentak tangannya yang dipegang Zeo, kali ini Zeo melepaskannya.

"Mau ngomong apa lo!" Bentak Adhira meluap.

Zeo mendekat, "M-mundur! Jangan ma-macam-macam lo ya a-atau gue teriak!"

Zeo menaikkan alisnya saat melihat Adhira bergemetar hebat. Gadis itu ketakutan. Melihat itu, Zeo agak memundurkan langkahnya. Memberi ruang agar Adhira tidak gemetar seperti itu, ntah kenapa Zeo agak kasihan melihatnya.

"Gue mau bahas masalah kita yang di Bar."Kata Sandi memelankan suaranya diujung kalimatnya.

Adhira tak merespon. Tapi Zeo dapat melihat tatapan mata Adhira tak fokus, tanda gadis itu sedang dalam kepanikan.

"Gue minta maaf, gue mabuk dan kebawa emosi, sorry juga kalau gue kasar ke lo malam itu. Mungkin hal itu ninggali trauma" Zeo merasakan tenggorokannya kering saat mengatakan hal itu.

Adhira membuang tatapannya.

"Bagi gue masalah itu bukan sebuah masalah besar, tapi liat lo yang masih virgin gue rasa itu bakal jadi masalah besar buat lo."

Adhira terkekeh, " Segampang itu yah lo ngomong."

"Jadi lo mau gimana? Gue tanggung jawab gitu?" kata Zeo masih mempertahankan nada dinginnya.

"Lo mau tanggung jawabin gue apa?" tantang Adhira. Kali ini gadis beralmameter osis itu menatap Zeo menantang.

"Uang. Lo mau berapa dari gue?" balas Zeo gampang.

Adhira menatap kosong kearah Zeo, "Uang? Lo nyamaratain harga diri gue sama uang?"

"Emang lo mau tanggung jawab dalam hal apa selain uang? Gak mungkin lo minta gue nikahin kan? " Zeo terkekeh diujung kalimatnya, merasa geli dengan kesarkasannya sendiri.

Adhira tak bersuara.

Zeo mendengus, Adhira diam berarti gadis utu tak mempersalahkan tanggung jawabnya. Ah, ternyata segampang itu menyelesaikan masalahnya. Zeo pun mengambil sebuah kartu pipih dari sakunya, "Ini tabungan gue, isinya sekitar beberapa ratus juta, bisa lo pake sebagai penyelesaian masalah kita, passwordnya-

Plak!

Tamparan sekuat tenaga itu Adhira lakukan dengan refleks karena tak tahan dengan tingkah Zeo yang mulai seenaknya.

"Ambil nih, gue gak butuh uang lo, asal lo tau ya. Secuil pun gue gak butuh itu, karena gue gak serendah yang lo pikir. Brengsek! Gue gak perlu pertanggung jawaban lo dalam bentuk apapun, karena gue yakin bahkan sangat-sangat yakin kalau gue juga gak butuh itu dari lo, asal lo tau itu. Lagian dari seoarang Banci kayak lo apa sih yang bisa gue dapat? Hah!" Adhira menunjuk wajah Zeo dengan jarinya.

"Anggap aja gue lagi ketiban sial waktu itu." Tambah Adhira sinis.

Zeo terkekeh, Pemuda itu mengusap wajahnya. "Wah, Bagus sih kalau lo mikir gitu gue jadi gak perlu keluar biaya, tapi lo yakin gak butuh gue? Emang masih ada yang mau sama lo? Emang Panji masih mau sama lo? Lo kan bekasan gue? " Zeo mengejek disetiap kalimatnya.

"Cih" Adhira meludah diwajah Zeo, Zeo menggeram menahan emosi.

"Gue gak butuh lo, dan lo gak perlu mikirin yang bukan urusan lo" kata Adhira melangkah pergi.

"Kalau lo hamil gimana? Jangan lo pikir gue pake pengaman semalam ya?" ucapan Zeo itu membuat Adhira tersentak beberapa detik.

"Percaya diri banget lo," decih Adhira.

Zeo yang awalnya berniat baik untuk mencari solusi dari masalah mereka pun dibuat semakin tersulut emosi saat Adhira berdecih dan meragukannya. Sebagai lelaki yang sudah dewasa, Zeo tersinggung dengan ucapan Adhira.

"Lo nyepelein gue?"

Adhira memutar bola matanya malas.

"Heh, kita lihat aja satu bulan kedepan, kalau gak lo dateng kegue sambil nangis-nangis minta tanggung jawab dari gue."

Adhira terbahak, "Duh indahnya hayalannya, tapi sayangnya gue gak bakal lakuin apa yang lo hayalin itu karena satu, gue gak hamil. Dua, karena gue gak butuh lo, dan ketiga, seandainya gue hamil pun lo pikir gue mau biarin anak lo yang pasti sialan kayak lo itu numpang dibadan gue? Ogah kali. Uda puas, uda denger semua kan? Oke bay, oia kalau lo emang mau tanggung jawab masalah di bar, lo cukup pergi jauh-jauh dari gue." kata Adhira benar-benar berlalu pergi.

Zeo berdecih, ia bersandar ditembok, mengatur emosi nya yang meluap-luap.

***

Terpopuler

Comments

IK

IK

kli ini gw dukung Adhira buat caci maki sama Zeo, karena Zeo udh mngmbil khormatan Adhira scara paksa

2022-12-20

0

Malika

Malika

sandi? Zeo kali thorr. itu typo

2022-11-06

0

lihat semua
Episodes
1 Ego- 0 Namanya Adhira Alindra
2 Ego-1 pembelajaran
3 Ego-2 Sampah
4 Ego-3 Sedikit mengusik
5 Ego-4 Sedikit hal tentang mereka
6 Ego-5 Ada yang beda
7 Ego- 6 Bayaran
8 Ego- 7 satu bulan
9 Ego-8 Empat gadis Angkuh
10 Ego-9
11 Ego-10 Rencana kelulusan
12 Ego-11 Panji
13 Ego-12 Tuntutan
14 Ego-13 Tanggung jawab
15 Ego-14 Butuh istirahat
16 Ego-15 Semarak pagi
17 Ego-16 Seminggu
18 Ego-17 pembicaraan mertua dan menantu
19 Ego-18 Penat dikepala
20 Ego-19 Apartemen
21 Ego-20 Kemungkinan yang menyenangkan
22 Ego-21 Penerapan hidup sehat
23 Ego-22 Gara-gara sibakso
24 Ego-23 Panic attack
25 Ego-24 Menantu kesayangan.
26 Ego-26 Keluarga Zeo
27 Ego-26 Perperangan ego
28 Ego-27 Tak mau mengalah
29 Ego-28 Sarapan pagi
30 Ego-29 Sama seperti om
31 Ego-30 Adhira dan gelisahnya
32 Ego-31 Pagi dan Alina
33 Ego-32 Pertengkaran dan Alina
34 Ego-33 Mulai pasif oleh rutinitas baru
35 Ego-34 Sedikit Tak rela
36 Ego-35 Sindiran untuk Adhira
37 Ego-36 Alasan kuat Zeo
38 Ego-37 Girl's Talk
39 Ego-38 Harapan yang langsung pupus
40 Ego-39 Adhira dan kesedihannya
41 Ego-40 Zeo dan masalahanya
42 Ego-41 Mood keduanya yang berbeda
43 Ego-42 Sosok ibu yang lain
44 43- Side story- Rahasai Takahashi
45 Ego-44 Kenapa jadi bertengkar
46 Ego-45 Ego yang sulit ditaklukan
47 Ego-46 Hai sayang
48 Ego-47 Respon yang tak diharapkan
49 Ego-48 Merasa asing
50 Ego-49 Adhira dan Depresinya
51 Ego-50 Kesabaran yang menipis
52 Ego-51 Hai, ini mama
53 Ego-52 Kenapa harus pura-pura
54 Ego-53 Alasan Adhira
55 Ego-54 Sedikit memberi pelajaran
56 Ego-55 Kelapangan Panji
57 Ego-56 Menenangkan diri
58 Ego-57 Suara Zeo
59 Ego-58 Lima tahun pernikahan
60 Ego-59 Dirudung ketakutan
61 Ego-60 Nasihat
62 Ego-61 Perasaan yang tak ingin dirasa
63 Ego-62 Aizel
64 Zeo-63 Berkat Saran
65 Zeo-64 Perubahan
66 Zeo- 65 Boleh?
67 Zeo-66 Pentingnya Diskusi
68 67- Takahashi yang berbeda
69 68 - Drama minggu (Ekstra part)
70 69- Permintaan tiga Takahashi (Extra part)
71 70 - Kembar Takahashi yang merasa terasingkan
72 71 -Sulit untuk saling mengerti
73 72 -Suasana pelik yang membeku
74 73- Sesal yang tak lagi berarti
75 74 - Saling menyakiti dan tersakiti
76 75 - Kembali memulai
77 76 - Kepercayaan diri
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Ego- 0 Namanya Adhira Alindra
2
Ego-1 pembelajaran
3
Ego-2 Sampah
4
Ego-3 Sedikit mengusik
5
Ego-4 Sedikit hal tentang mereka
6
Ego-5 Ada yang beda
7
Ego- 6 Bayaran
8
Ego- 7 satu bulan
9
Ego-8 Empat gadis Angkuh
10
Ego-9
11
Ego-10 Rencana kelulusan
12
Ego-11 Panji
13
Ego-12 Tuntutan
14
Ego-13 Tanggung jawab
15
Ego-14 Butuh istirahat
16
Ego-15 Semarak pagi
17
Ego-16 Seminggu
18
Ego-17 pembicaraan mertua dan menantu
19
Ego-18 Penat dikepala
20
Ego-19 Apartemen
21
Ego-20 Kemungkinan yang menyenangkan
22
Ego-21 Penerapan hidup sehat
23
Ego-22 Gara-gara sibakso
24
Ego-23 Panic attack
25
Ego-24 Menantu kesayangan.
26
Ego-26 Keluarga Zeo
27
Ego-26 Perperangan ego
28
Ego-27 Tak mau mengalah
29
Ego-28 Sarapan pagi
30
Ego-29 Sama seperti om
31
Ego-30 Adhira dan gelisahnya
32
Ego-31 Pagi dan Alina
33
Ego-32 Pertengkaran dan Alina
34
Ego-33 Mulai pasif oleh rutinitas baru
35
Ego-34 Sedikit Tak rela
36
Ego-35 Sindiran untuk Adhira
37
Ego-36 Alasan kuat Zeo
38
Ego-37 Girl's Talk
39
Ego-38 Harapan yang langsung pupus
40
Ego-39 Adhira dan kesedihannya
41
Ego-40 Zeo dan masalahanya
42
Ego-41 Mood keduanya yang berbeda
43
Ego-42 Sosok ibu yang lain
44
43- Side story- Rahasai Takahashi
45
Ego-44 Kenapa jadi bertengkar
46
Ego-45 Ego yang sulit ditaklukan
47
Ego-46 Hai sayang
48
Ego-47 Respon yang tak diharapkan
49
Ego-48 Merasa asing
50
Ego-49 Adhira dan Depresinya
51
Ego-50 Kesabaran yang menipis
52
Ego-51 Hai, ini mama
53
Ego-52 Kenapa harus pura-pura
54
Ego-53 Alasan Adhira
55
Ego-54 Sedikit memberi pelajaran
56
Ego-55 Kelapangan Panji
57
Ego-56 Menenangkan diri
58
Ego-57 Suara Zeo
59
Ego-58 Lima tahun pernikahan
60
Ego-59 Dirudung ketakutan
61
Ego-60 Nasihat
62
Ego-61 Perasaan yang tak ingin dirasa
63
Ego-62 Aizel
64
Zeo-63 Berkat Saran
65
Zeo-64 Perubahan
66
Zeo- 65 Boleh?
67
Zeo-66 Pentingnya Diskusi
68
67- Takahashi yang berbeda
69
68 - Drama minggu (Ekstra part)
70
69- Permintaan tiga Takahashi (Extra part)
71
70 - Kembar Takahashi yang merasa terasingkan
72
71 -Sulit untuk saling mengerti
73
72 -Suasana pelik yang membeku
74
73- Sesal yang tak lagi berarti
75
74 - Saling menyakiti dan tersakiti
76
75 - Kembali memulai
77
76 - Kepercayaan diri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!