"Lo-" Zeo sudah hampir kehilangan kontrol nya dan akan menampar Adhira jika saja pak Wisno tak datang tergopoh menengahi mereka. Tampaknya salah satu penjual kantin ada yang melapor.
"Keruang Bk kalian semua!" bentak guru itu yang dibalas decihan oleh ketiga pemuda lainnya.
Sedangkan Zeo dan Adhira masih bertatapan penuh emosi dan dendam.
****
Suasana ruang BK terasa memuakkan bagi siapapun yang disana, termasuk kelima siswa yang dihadapkan oleh guru BK sekolah mereka itu.
"Kalian berempat, terutama kamu Dean, ini bukan sekali dua kalinya kalian membuat onar disekolah ini ya. Sepertinya perlu saya tegaskan sekali lagi bahwa kalian diterima disekolah ini hanya karena hubungan baik antara orang tua kalian dengan kepala sekolah. Hanya hubungan baik, Dan kesempatan ini hanya diberikan sekali. Ingat sekali. Jika kalian masih membuat masalah lagi. Saya jamin, baik sekolah negeri dan swasta sekalipun tidak akan ada yang menerima kalian menjadi siswanya. Kalian paham itu." pak Wisnu menunjuk-nunjuk keempat pemuda yang berjejer dihadapannya.
"Bahkan sekolah besar milik keluarga Zeo saja membuang kalian, membuang kalian dari jangkauan mereka. Dan kalian masih berani membuat ulah!" Marah pak Wisnu menodong keempat pemuda itu dengan spidol ditangannya. Tampaknya guru BK ini terasa sangat marah.
Adhira yang berdiri disebelah Zeo mengernyitkan dahinya, dibuang dari sekolah keluarga sendiri? Wah? Adhira berdecih pelan. Ternyata mereka memang sesampah itu.
Keempat pemuda Itu diam saja walaupun jelas sekali dari ekspresi mereka tampak ingin membantah.
Tak seperti disekolah sebelumnya yang notabenya merupakan sekolah swasta elite internasional School milik keluarga Zeo, mereka masih berani melawan guru karena merasa memiliki kekuasaan.
Tapi semenjak mereka dikeluarkan dari sekolah keluarga Zeo karena tertangkap basah berpesta miras saat ujian sekolah sedang berlangsung. Kehidupan sekolah mereka berubah total, mereka dipindahkan kesekolah Adhira hanya untuk menyelesaikan empat bulan masa SMA dengan banyak syarat tegas yang harus mereka patuhi. Mereka berempat tak bisa bersuara sama sekali.
Karena apa yang diancamkan pak Wisnu semuanya adalah kebenaran, keluarga mereka, terutama Zeo pasti akan membuang nya jauh-jauh serta menutup semua akses pendidikan dan pekerjaannya sebagai hukuman karena mempermalukan papanya di sekolah keluarga sendiri yang terkenal dengan aturan ketatnya.
"Kali ini masih saya maklumi, Tapi, sekali lagi saya menangkap kalian berbuat onar saya tak segan-segan melapor kepada kepala sekolah untuk mengeluarkan kalian dari sekolah ini dan memblacklist nama kalian disemua sekolah lainnya."
"Dengar kalian!" Bentak pak Wisnu.
Keempatnya mendengus tak suka yang masih bisa didengar pak Wisnu,"Jangan macam-macam kalian, jaga sikap dan sifat kalian, dua bulan lagi adalah ujian kelulusan. Tingkah kalian adalah penentu kelulusan kalian mengerti!"
Kata pak Wisnu membanting spidolnya ke meja sebagai gertakan.
"Ngerti nggak!"
"Ngerti pak," jawab Neo, Bastian dan Dean kompak.
"Alzeo!"
"Ngerti pak!" kata Zeo menyugarkan rambutnya kebelakang, agak jengah sebenarnya.
"Dan untuk kamu Adhira, kenapa sampai ikut mengacau di kantin tadi. Kenapa tidak melapor?"
Zeo dan ketiga temannya langsung berdecih saat nada suara pak Wisnu turun beberapa oktaf saat menegur Adhira. Terkesan lembut malah. Diskriminasi sekali.
Adhira berdehem, "Maaf pak, saya kebawa emosi tadi, "
"Padahal dia yang mancing emosi!" desis Neo.
"Diam kamu Arneo, saya tidak bicara dengan kamu!" bentak pak Wisnu.
Neo yang mendapat teguran menyebalkan itupun memutar bola matanya malas.
"Adhira, saya tidak menyalahkan kamu sepenuhnya karena saya lebih tau kelakuan mereka. Tapi yang kamu lakukan tadi itu juga tak sepenuhnya benar, seharusnya kamu tidak bertindak sendiri. Mungkin kalau untuk tahap menegur kamu bisa melakukannya sendiri karena kamu adalah ketua Osis sekolah, tapi untuk menghakimi mereka, kamu tidak diwenangkan apalagi saya sempat mendengar kamu mengumpat kasar tadi-
"Belum tau aja dia murid kesayangan dan kecintaannya itu lebih parah dari itu." gerutu Neo yang langsung mendapat pelototan Bastian,
"-Hal itu tidak pantas untuk didengar oleh warga sekolah lainnya karena kamu adalah figur panutan semua warga sekolah. Kali ini saya maaf kan, tapi untuk kelanjutannya jika ada masalah serupa yang tidak bisa kamu atasi sebaiknya kamu konsultasi terlebih dahulu kepada guru piket atau saya."
"Baik pak, sekali lagi saya minta maaf." kata Adhira yang dibalas senyuman mengerti oleh pak Wisnu.
"Saya anggap masalah ini sampai disini, tapi sebagai hukuman karena kalian membuat keonaran dan bolos dijam pelajaran. Kalian semua, termasuk Adhira, menyapu lapangan dan membereskan ruang olahraga setelah pulang sekolah nanti."
"Hah, ruang olahraga bapak-
"Tanpa terkecuali, tanpa ada protes lagi Deandio-"
"Ya tapi yang wajar dong pak hukumannya, ini ruang olahraga-
"Baik pak, " kata Zeo memotong protes Dean. Dean memelototkan matanya tak terima. "Ze-
"Ya, kalian boleh keluar sekarang!" kata pak Wisnu yang langsung dibalas dengusan sebal oleh keempat pemuda itu. Namun tetap melangkah keluar Begitupun Adhira yang langsung keluar setelah berpamitan dengan sopan sebelumnya.
Begitu keluar ruang Bk, Adhira tersenyum mengejek, "Oh, rupanya ada yang dibuang sama keluarga sendiri ya"
Zeo dan ketiga temannya melirik Adhira kesal. Tapi berusaha mengabaikan.
"Jadi beneran ya kalian masuk sekolah ini karena belas kasihan. O-ow, gak nyangka, eh tapi wajar sih-" Adhira mendekati Zeo.
"Kalian kan sampah , eh, atau- Banci?" Ejek Adhira
Zeo mendengus, "Lo masih berani bikin masalah sama gue?"
Adhira menaikkan dagunya, "Gak ada alasan buat gue takut sama lo, malah sekarang gue gak bisa untuk gak liat dengan pandangan kasian buat orang yang uda dibuang keluarganya sendiri"
Bastian menelengkan kepalanya, "Kayaknya lo benar-benar gak tau milih lawan yang benar ya Dhir, lo gak sadar apa, tingkah lo itu lebih menjelaskan siapa yang pantas dikasihani saat ini. Dan sorry aja nih Dhir. kita kenal dekat sama pemilik Bar tempat kita jumpa semalam. Lo gak takut muka songong lo itu tersebar dijejaring sosial."
Adhira masih menampilkan wajah menantang, tapi hatinya mulai goyah.
"Bar itu ada CCTV nya kalau lo gak tau, jadi- Adhira Alindra, gimana? Masih mau nantangi kita?" Ancam Bastian,
Adhira mengepalkan tangannya, mata nyalangnya berkobar emosi.
Zeo tersenyum miring, Senyuman mengejek yang paling Adhira benci sampai titik nadi.
"Adhiraaaa!" Teriakan itu membuat mereka semua menoleh. Ada ketiga teman Adhira disana, lari tergopoh menghampirinya.
"Dhir, seriusan ini lo? Masuk Bk? Kenapa oy?" Tanya Febi heboh.
"Gak usah lebay kali, " sambung Dean.
"Dih, apa-an sih, oh kalian berempat toh, gak kaget sih, palingan Adhira masuk BK juga karena kebawa kalian kan?" tuding Febi.
"Eh, lo-"
"Ck," Zeo berdecak, pemuda itu lalu melangkah pergi yang mau tak mau diikuti teman-temannya.
"Idih, najis banget liat tingkahnya. Lo kenapa Dhir? Lo di apain?" Tanya Febi heboh yang dianggap angin lalu oleh Adhira. Gadis beralmameter itu melangkah meninggalkan ketiga temannya dengan tangan masih mengepal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments