Ego-18 Penat dikepala

Zeo masih sibuk berbalas chat dengan ketiga teman nya ketika tiba-tiba Adhira datang merebut dan membanting ponselnya.

"Apa-an sih lo Dhir!" bentak Zeo melihat ponselnya yang retak karena bantingan kuat itu.

"Lo yang apa-an, maksud lo apa coba!" teriak Adhira menggebu.

Zeo menggeleng. Ia berusaha menahan emosi yang sudah diubun-ubun. Ia tak mau kelepasan emosi dan melayangkan tangan yang sudah mengepal kuat ini.

Mengusap wajahnya kasar, Zeo menunduk untuk mengambil ponselnya, namun dengan sigap Adhira menendang ponsel itu sampai menatap dinding kamar.

"Adhira!" bentak Zeo kelepasan. Adhira benar-benar kelewatan. Zeo tak tau apa masalahnya yang membuat perempuan itu mengamuk dan memancing emosinya.

"Apa!"

"Bisa gak sih lo pakai otak lo itu, punya mulut kan lo, coba sesekali mulut lo itu dipake buat ngomong secara baik-baik, lo ngomong sama gue apa masalahnya jangan sesuka lo-" Zeo mengatur napasnya. " Bangs*t lo." maki Zeo.

Adhira mendorong dada Zeo, "Lo yang bangsat, lo yang gak punya mulut bukan gue baj*ngan. "

Zeo membiarkan Adhira mendorong dan memukuli dadanya. Pemuda itu terlalu emosi hanya untuk sekedar menatap mata Adhira.

"Maksud lo apa mau pindah rumah hah, lo mau bawa gue pergi? Lo buat mama sama ayah gue ngusir gue. Lo mau apa sih Zeo!" amuk Adhira.

Zeo menatap Adhira, ah, sekarang ia tau apa alasan perempuan itu mengamuk. Ini sudah dua hari berlalu setelah ia meminta izin kepada dua mertuanya. Tapi Zeo memang belum membicarakannya dengan Adhira. Mungkin perempuan itu tau dari kedua orang tuanya.

"Setelah lo hancurin gue, lo juga mau nguasain hidup gue sialan! Gue gak mau ikut lo, lo tau itu." kata Adhira menggebu. Emosinya terus meningkat saat kedua orang tuanya menanyakan niatan pindah nya yang katanya sudah didiskusikan dengan Zeo.

"Lo harus ikut gue!"

"Gue gak mau, lo gak berhak atur hidup gue. Kalau lo mau pergi, pergi aja gue juga gak butuh cowok brengsek kayak lo disini."

"Lo istri gue." tekan zeo.

"Oya? Gue gak ngerasa tuh, "

"Adhira!"

"Apa!"

"Lo ikut gue pindah!"

"Gue gak mau!! Gue gak sudi hidup sama lo."

Zeo mengangguk, "Gue gak nanyak atau nawarin, gue cuma ngasih tau, sekarang beresin barang-barang lo, setelah gue kelulusan besok, kita langsung pindah."

"Gue gak mau, ini rumah gue!"

"Lo itu istri gue bangsat! Lo harus ikut gue. Jangan buat hidup gue makin ribet bisa! Kepala gue uda pusing mikirin banyak hal lo tau itu!" ujar zeo menunjuk Adhira.

"Gue bukan istri lo brengsek, kita cuma keiket sama anak ini kan? Ok, dari pada gue ikut lo pindah mending gue gugurin aja ini anak. Dia cuma nyusahin gue aja. Lagian gue juga gak sudi berbagi darah brengsek lo itu ke anak sia- Akh Zeo!" Adhira menjerit kesakitan saat Zeo mencengkram pipinya.

"Lo berani nyakitin anak gue, Mati lo ditangan gue. Ngerti lo-" ujar Zeo yang sekarang sudah ke mode dingin dan iblisnya.

"Ngerti gak lo Adhira!"

"S-sakit Zeo!"

Zeo mendorong Adhira pelan, pemuda itu mengusap wajahnya, mengambil ponselnya yang pecah dan keluar dari kamar. Meninggalkan Adhira yang terisak-isak memukuli perutnya. Ia benci anak ini sedalam-dalamnya.

***

"Lo mau ikut gue?" tanya Zeo keesokan paginya. Hari ini ia akan menerima pengumuman kelulusan serta perpisahan sekolah. Dan ini juga hari terakhir ia berjumpa dengan teman-temannya. Ketiga temannya itu akan melanjutkan hidup seperti yng sudah diatur orang tua mereka masing-masing.

Mungkin, mereka tak akan pernah bertemu lagi, mungkin mereka akan benar-benar terpisah. Karena pada dasarnya mereka hanya sekadar remaja-remaja yang tersesat bersama sebelumnya. Dan karena hal itu, Zeo tak mau melewatkan hari ini.

"Adhira!" panggil Zeo.

"Apa! Lo mau gue jadi bahan olokan disana? Kalau lo mau itu sorry aja gue gak sebodoh itu." sinis Adhira. Perempuan itu masih marah dengan Zeo. Bahkan saat mengalami morning sickness tadi pagi pun, Adhira enggan dibantu.

Zeo mendengus, "Terserah, tapi setelah gue pulang nanti, lo harus uda siap. Nanti bakal ada orang yang ambil barang-barang lo kemari. Kita pindah hari ini juga, apartemen juga uda gue beresin"

Adhira tak bersuara, ia diam seribu bahasa. Sedangkan Zeo berdecak saat tak mendapat tanggapan dari perempuan itu.

"Lo denger gak sih?" kesal Zeo, pemuda itu memejamkan matanya menahan emosi nya. Lalu lagi-lagi mengambil langkah biasa saat tersulut emosi. Tentunya saja keluar kamar. Ia tak mau merusak mood kelulusannya hari ini hanya karena pertengkarannya dengan Adhira.

***

"Jadi lo mau tinggal di apartemen bokap lo?" tanya Bastian setelah mendengar Zeo bercerita. Sekarang keempat pemuda itu berada durumah tempat tinggal mereka dulu. Selesai mendapat pengumuman bahwa mereka lulus, keempatnya langsung berkumpul dan enggan bergabung dengan acara perpisahan lainnya.

Menurut mereka hal itu terlalu membuang waktu, lagian mereka juga tak memiliki kenangan manis dengan teman-teman sekolah mereka. Lagi pula Mana ada yang mau berteman dengan berandalan yang namanya sudah terkenal dimana-mana itu.

"Hm" kata Zeo menuang alkohol kegelasnya.

"Lo yakin?" gumam Neo, Zeo menatap Neo seolah mencomooh pertanyaan tak berguna pemuda itu.

"Maksud gue, lo yakin mau tinggal sama iblis kayak Adhira itu selamanya?"

"Dia istri gue bay the way." kata Zeo dingin.

"A-" Neo tergagap, pemuda itu langsung meminum alkoholnya enggan melanjutkan. Melihat itu Dean dan Bastian langsung terbahak.

"Mampus lo, lakinya marah." ejek Dean.

"Kurang ajar lo" Kesal Neo menjitak kepala Dean yang lagi-lagi membuat semua orang tertawa.

Namun tawa itu tak bertahan lama, karena perlahan semuanya terdiam saat menyadari tak ada yang bisa mereka tertawakan lagi selanjutnya.

"Setelah anak lo lahir, lo masih mau lanjutin hubungan lo sama Adhira?" tanya Bastian.

Zeo menghela napas, hal itu juga yang sebenarnya tak ia tahu. "Apa menurut lo bisa?"

"Jadi kalian mau langsung cerai?"

Zeo menggeleng, "Maksud gue apa gue bisa lanjutin hubungan gue sama Adhira sampai seterusnya?"

Ketiga teman Zeo menatap Zeo horor, pemuda itu mau hidup bersama Adhira selamanya begitu?

"Gue cuma mikir, apa gue bisa misahin anak gue sama mamanya?" Zeo terkekeh pelan. "Mungkin Adhira gak merasa keberatan gue ambil hak asuh kedepannya, tapi apa anak gue bisa tanpa mamanya? " lanjut Zeo pelan.

"Ck, udalah gak usah dibahas, hari ini kita happy-happy aja sebelum kita pada pisah kan? Ngurusin hidup masing-masing." Kata Bastian mengangkat gelasnya yang diikuti yang lain.

Zeo melirik ponselnya, ia ingin mengabari Adhira kalau mereka akan menunda kepindahan tapi Zeo mengurungkan niatnya saat ia baru ingat tak memiliki nomor perempuan itu.

Baiklah, hari ini Zeo ingin melepas semua penat dikepalanya.

***

Terpopuler

Comments

Falina Adhianthi

Falina Adhianthi

by the way

2022-11-29

0

lihat semua
Episodes
1 Ego- 0 Namanya Adhira Alindra
2 Ego-1 pembelajaran
3 Ego-2 Sampah
4 Ego-3 Sedikit mengusik
5 Ego-4 Sedikit hal tentang mereka
6 Ego-5 Ada yang beda
7 Ego- 6 Bayaran
8 Ego- 7 satu bulan
9 Ego-8 Empat gadis Angkuh
10 Ego-9
11 Ego-10 Rencana kelulusan
12 Ego-11 Panji
13 Ego-12 Tuntutan
14 Ego-13 Tanggung jawab
15 Ego-14 Butuh istirahat
16 Ego-15 Semarak pagi
17 Ego-16 Seminggu
18 Ego-17 pembicaraan mertua dan menantu
19 Ego-18 Penat dikepala
20 Ego-19 Apartemen
21 Ego-20 Kemungkinan yang menyenangkan
22 Ego-21 Penerapan hidup sehat
23 Ego-22 Gara-gara sibakso
24 Ego-23 Panic attack
25 Ego-24 Menantu kesayangan.
26 Ego-26 Keluarga Zeo
27 Ego-26 Perperangan ego
28 Ego-27 Tak mau mengalah
29 Ego-28 Sarapan pagi
30 Ego-29 Sama seperti om
31 Ego-30 Adhira dan gelisahnya
32 Ego-31 Pagi dan Alina
33 Ego-32 Pertengkaran dan Alina
34 Ego-33 Mulai pasif oleh rutinitas baru
35 Ego-34 Sedikit Tak rela
36 Ego-35 Sindiran untuk Adhira
37 Ego-36 Alasan kuat Zeo
38 Ego-37 Girl's Talk
39 Ego-38 Harapan yang langsung pupus
40 Ego-39 Adhira dan kesedihannya
41 Ego-40 Zeo dan masalahanya
42 Ego-41 Mood keduanya yang berbeda
43 Ego-42 Sosok ibu yang lain
44 43- Side story- Rahasai Takahashi
45 Ego-44 Kenapa jadi bertengkar
46 Ego-45 Ego yang sulit ditaklukan
47 Ego-46 Hai sayang
48 Ego-47 Respon yang tak diharapkan
49 Ego-48 Merasa asing
50 Ego-49 Adhira dan Depresinya
51 Ego-50 Kesabaran yang menipis
52 Ego-51 Hai, ini mama
53 Ego-52 Kenapa harus pura-pura
54 Ego-53 Alasan Adhira
55 Ego-54 Sedikit memberi pelajaran
56 Ego-55 Kelapangan Panji
57 Ego-56 Menenangkan diri
58 Ego-57 Suara Zeo
59 Ego-58 Lima tahun pernikahan
60 Ego-59 Dirudung ketakutan
61 Ego-60 Nasihat
62 Ego-61 Perasaan yang tak ingin dirasa
63 Ego-62 Aizel
64 Zeo-63 Berkat Saran
65 Zeo-64 Perubahan
66 Zeo- 65 Boleh?
67 Zeo-66 Pentingnya Diskusi
68 67- Takahashi yang berbeda
69 68 - Drama minggu (Ekstra part)
70 69- Permintaan tiga Takahashi (Extra part)
71 70 - Kembar Takahashi yang merasa terasingkan
72 71 -Sulit untuk saling mengerti
73 72 -Suasana pelik yang membeku
74 73- Sesal yang tak lagi berarti
75 74 - Saling menyakiti dan tersakiti
76 75 - Kembali memulai
77 76 - Kepercayaan diri
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Ego- 0 Namanya Adhira Alindra
2
Ego-1 pembelajaran
3
Ego-2 Sampah
4
Ego-3 Sedikit mengusik
5
Ego-4 Sedikit hal tentang mereka
6
Ego-5 Ada yang beda
7
Ego- 6 Bayaran
8
Ego- 7 satu bulan
9
Ego-8 Empat gadis Angkuh
10
Ego-9
11
Ego-10 Rencana kelulusan
12
Ego-11 Panji
13
Ego-12 Tuntutan
14
Ego-13 Tanggung jawab
15
Ego-14 Butuh istirahat
16
Ego-15 Semarak pagi
17
Ego-16 Seminggu
18
Ego-17 pembicaraan mertua dan menantu
19
Ego-18 Penat dikepala
20
Ego-19 Apartemen
21
Ego-20 Kemungkinan yang menyenangkan
22
Ego-21 Penerapan hidup sehat
23
Ego-22 Gara-gara sibakso
24
Ego-23 Panic attack
25
Ego-24 Menantu kesayangan.
26
Ego-26 Keluarga Zeo
27
Ego-26 Perperangan ego
28
Ego-27 Tak mau mengalah
29
Ego-28 Sarapan pagi
30
Ego-29 Sama seperti om
31
Ego-30 Adhira dan gelisahnya
32
Ego-31 Pagi dan Alina
33
Ego-32 Pertengkaran dan Alina
34
Ego-33 Mulai pasif oleh rutinitas baru
35
Ego-34 Sedikit Tak rela
36
Ego-35 Sindiran untuk Adhira
37
Ego-36 Alasan kuat Zeo
38
Ego-37 Girl's Talk
39
Ego-38 Harapan yang langsung pupus
40
Ego-39 Adhira dan kesedihannya
41
Ego-40 Zeo dan masalahanya
42
Ego-41 Mood keduanya yang berbeda
43
Ego-42 Sosok ibu yang lain
44
43- Side story- Rahasai Takahashi
45
Ego-44 Kenapa jadi bertengkar
46
Ego-45 Ego yang sulit ditaklukan
47
Ego-46 Hai sayang
48
Ego-47 Respon yang tak diharapkan
49
Ego-48 Merasa asing
50
Ego-49 Adhira dan Depresinya
51
Ego-50 Kesabaran yang menipis
52
Ego-51 Hai, ini mama
53
Ego-52 Kenapa harus pura-pura
54
Ego-53 Alasan Adhira
55
Ego-54 Sedikit memberi pelajaran
56
Ego-55 Kelapangan Panji
57
Ego-56 Menenangkan diri
58
Ego-57 Suara Zeo
59
Ego-58 Lima tahun pernikahan
60
Ego-59 Dirudung ketakutan
61
Ego-60 Nasihat
62
Ego-61 Perasaan yang tak ingin dirasa
63
Ego-62 Aizel
64
Zeo-63 Berkat Saran
65
Zeo-64 Perubahan
66
Zeo- 65 Boleh?
67
Zeo-66 Pentingnya Diskusi
68
67- Takahashi yang berbeda
69
68 - Drama minggu (Ekstra part)
70
69- Permintaan tiga Takahashi (Extra part)
71
70 - Kembar Takahashi yang merasa terasingkan
72
71 -Sulit untuk saling mengerti
73
72 -Suasana pelik yang membeku
74
73- Sesal yang tak lagi berarti
75
74 - Saling menyakiti dan tersakiti
76
75 - Kembali memulai
77
76 - Kepercayaan diri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!