Ego- 7 satu bulan

Adhira terbahak, "Duh indahnya hayalannya, tapi sayangnya gue gak bakal lakuin apa yang lo hayalin itu karena satu, gue gak hamil. Dua, karena gue gak butuh lo, dan ketiga, seandainya gue hamil pun lo pikir gue mau biarin anak lo yang pasti sialan kayak lo itu numpang dibadan gue? Ogah kali. Uda puas, uda denger semua kan? Oke bay, oia kalau lo emang mau tanggung jawab masalah di bar, lo cukup pergi jauh-jauh dari gue." kata Adhira benar-benar berlalu pergi.

Zeo berdecih, ia bersandar ditembok, mengatur emosi nya yang meluap-luap.

***

Tak terasa Satu bulan lebih berlalu begitu saja.

Baik Zeo maupun Adhira tak pernah mengungkit atau membahas masalah mereka lagi. Kali ini Zeo dan teman-temannya pun lebih fokus untuk mengikuti ujian sekolah yang sudah mulai dilaksanakan. Tampaknya kesepakatan sekilas mereka dulu benar-benar mereka lakukan dengan baik.

"Yan, lo uda siap belum? Gantian oy," Teriak Neo menggedor pintu kamar mandi.

"Bentar," sahut Dean kesal.

"Ck, cepetanlah, gue mau ambil tali pinggang gue elah. Pala ambilin dah lempar kemari." gerutu Neo ikut kesal.

"Ogah, ambil sendiri."

"Ya makanya cepet anj*ng!" kesal Neo.

"Pakai tali pinggang gue aja Yo, ada satu lagi dikamar." teriak Zeo yang duduk dikursi makan sambil membaca buku tebal latihan soal ujian. Memberi solusi karena merasa begitu sangat terganggu.

"Ck, gitu lah, bukannya dari tadi. " gerutu Neo langsung berlari kekamar Zeo.

"Lo mau susu nggak Ze?" Tanya Bastian dari arah dapur.

Zeo menggeleng, "Gue minum jus jeruk aja"

"Pagi-pagi juga minun yang asem-asem, mana nih Dean sama Neo, gak sarapan?" kata Bastian membagi nasi goreng yang baru saja mereka masak.

"Bentar lagi kali," kata Zeo.

"Lo ujian apa pagi ini?"

"Matematika, kimia sama bahasa inggris." sahut Zeo lagi.

Bastian mengangguk, tak lama Dean dan Neo datang berkumpul. Dengan seragam lengkap. Semenjak seminggu selama ujian ini mereka memang benar-benar menjadi siswa teladan. Yah, setidaknya mereka harus menjadi siswa yang baik untuk seminggu terakhir masa sekolah kan?

"Mana nasi goreng gue?" tanya Neo yang dibalas Bastian dengan arahan.

"Gak kerasa uda ujian terakhir, ntar malam clubing yuk. Ngilangi stres" ajak Dean semangat.

"Gue oke banget, stress banget kepala gue." Kata Bastian terkekeh. Semua mata langsung menatap Bastian, pasalnya tak biasanya Bastian gampang diajak Minum-minum. Walaupun terkadang dia kalap seperti waktu itu. Tapi Bastian adalah orang yang paling malas diajak bersenang-senang selain Zeo.

"Ada masalah lo?" Tanya Zeo dingin, meletakkan buku latihan soal ujiannya.

Bastian terkekeh, "Sejak kapan kita gak ada masalah?"

Sejenak ruang makan menjadi senyap, mereka semua terdiam dengan pikiran masing-masing.

Mereka sudah tinggal bersama hampir 4 bulan lebih, dikota baru, disekolah baru dan tentu saja dilingkungan baru, dirumah dengan bangunan dua lantai ini mereka benar-benar menghabiskan waktu bersama setelah aksi pengeluaran mereka dari sekolah dengan tak terhormat. Hal itu membuat mereka saling mengerti satu sama lain. Mereka yang pada dasarnya memiliki nasib yang sama yaitu hidup bergelimang harta dikeluarga yang tak cukup baik. Menjadi saling memahami satu sama lain.

Mereka semua makan dengan diam, rasanya masih ingat dengan jelas bagaimana keluarga mereka mengamuk dan murka saat nama mereka berempat terpampang diberita online dan majalah bisnis dengan berbagai skandal yang mereka buat.

"Oke, ntar malam clubing, buang stress dulu. Gue juga banyak pikiran." kata Neo memecah keheningan, Mereka berempat terdiam sejenak, melirik Zeo meminta persetujuan dan saat Zeomengangguk tanda setuju, mereka tersenyum sepakat.

***

Adhira mendorong piring makannya yang langsung mendapat tatapan penuh tanya Ayah, mama dan adiknya.

"Gak selera lagi? Ini kari ayam kesukaan kamu loh kak." kata Mira seperti putus asa. Sudah lebih seminggu Adhira tak berselera makan, membuat tubuh anak gadisnya itu kian kurus.

"Kakak pusing ma," kata Adhira menempelkan kepalanya kemeja makan.

"Mau cek kedokter nggak? Biar ayah antar." kata Deni mengelus pelan rambut anak gadisnya itu sayang.

Adhira menggeleng, ia terlalu pusing dan malas untuk bersuara.

"Kamu kayaknya kena magh deh kak," kata Mira mendiagnosa.

"Magh?" kata Deni meminta penjelasan keistrinya.

"Kayak nya gitu mas, kakak kan sering ngeluh perih diulu hati sama mual. Pasti ini karena kebiasaan kakak yang makan gak teratur" jelas Mira.

"Emang kamu gak makan teratur kak?" tanya Deni keputrinya agak menuntut.

Adhira mengangguk, "Loh kenapa? Kalau uda gini baru kerasa kan gimana akibatnya, kamu ini." gerutu Deni.

"Dia kan sibuk ngurusin Osis nya mas, apalagi ini uda mau kelulusan, pasti sibuk bikin acara buat kelulusan kakak kelasnya, ya kan kak?"

Lagi-lagi Adhira mengangguk. Dan saat mendapat jawaban itu, Deni perlahan mengubah raut wajahnya menjadi lebih bersahabat. Ayah dua anak itu mengelus rambut putrinya sayang, "Nanti kita periksa ya" bisiknya lembut, Adhira hanya bergumam pelan sebagai responnya.

" Oia Kakak ditanyain coach Ando semalam lho." kata Devan, anak laki-laki berusia 9 tahun itu memberi tahu perihal guru karate mereka yang menanyakan ke alfaan Adhira selama sebulan lebih terakhir.

"Katanya kakak kok sekarang gak pernah ikut latihan lagi?" kata Devan mengingat ucapan guru karate mereka itu.

Adhira tercenung, Memang, semenjak ia gagal menjaga dan membela dirinya hampir dua bulan yang lalu, Adhira menghentikan aktivitas latihan karatenya karena ia malu. Malu dengan ilmu yang ia miliki, malu dengan guru dan teman-teman nya.

Malu dengan dengan dirinya sendiri yang tak bisa mengamal kan ilmu nya dengan baik saat bersama Zeo waktu itu.

"Gak mood," katanya pelan.

"Tapi emang iya ya, kakak uda lama gak latihan, kakak juga jarang keluar deh mama rasa. Semalam mamanya Panji sampek nelpon mama katanya kamu sekarang jarang main kerumah nya." Kata Mira mengingat percakapannya semalam dengan ibu pacar anak gadisnya itu.

Adhira membisu, sebulan terakhir banyak yang berubah dengannya. Tanpa sadar ia sudah membatasi pergaulannya. Bahkan pada pacarnya sekalipun.

"Eh iya, Panji semalam titip cokelat buat kamu waktu jumpa Ayah sepulang dari kantor." kata Deni yang membuat Adhira menatap ayahnya.

"Kok ayah bisa jumpa dia?"

"Ayah mampir keminimarket semalam, terus jumpa Panji, dia baru pulang dari main katanya." Kata Deni lagi.

"Oh," Kata Adhira mencoba tersenyum.

"Kak, kalian gak berantem kan?" Tanya Mira curiga, pasalnya Adhira seperti menutupi sesuatu pada dirinya.

Adhira menggeleng, "Nggak, Panji kan ujian, jadi kakak gak mau ganggu mama. Uda ah, gak usah bahas Panji lagi, kakak pusing" Kata Adhira memijit pelipisnya.

Kedua orang tua Adhira saling pandang, mereka seolah-olah tak percaya dengan ucapan putri mereka.

"Ma, Devan uda siap, Devan pergi kerumah coach Jihan ya." kata Devan hendak pergi.

"Ngapain kerumah coach Jihan? Masih pagi banget juga."

"Mau latihan ma, Devan kan mau ikut  O2SN bentar lagi, biar jadi atlit badminton kayak Anthony Ginting." Kata Devan yang disambut kekehan kecil semua orang.

"Kak, kamu beneran gak mau kedokter? Kalau kedokter ayo ayah antar biar sekalian kekantor." Kata Deni yang bersiap-siap pergi.

Adhira menggeleng, "Nggak yah, kakak mau tidur aja, kepala kakak pusing." Katanya pelan.

"Ck, yaudah, tidur sana, liburan bukannya ngerefreshingin otak buat ujian malah sakit," Kata Deni mengusap rambut Adhira.

"Yaudah ayah pergi ya!" pamit Deni.

Sepeninggal Deni, Adhira langsung pergi kekamarnya setelah kembali menolak tawaran kedokter dari mamanya.

Sudah seminggu semenjak libur sekolah karena anak kelas tiga ujian, Adhira merasakan tubuhnya tidak enak, ia kehilangan selera makan, lemas dan mengantuk sepanjang hari.

Adhira bahkan sampai kehilangan beberapa kilo berat badannya yang membuatnya tampak kian pucat dan lemas.

Adhira bahkan bertanya-tanya ada apa dengan tubuhnya yang biasanya jarang sakit ini.

***

Terpopuler

Comments

Joveni

Joveni

waahhh... mungkin adhira hamil yg ngidam zeo...wkwkwk

2022-10-28

3

lihat semua
Episodes
1 Ego- 0 Namanya Adhira Alindra
2 Ego-1 pembelajaran
3 Ego-2 Sampah
4 Ego-3 Sedikit mengusik
5 Ego-4 Sedikit hal tentang mereka
6 Ego-5 Ada yang beda
7 Ego- 6 Bayaran
8 Ego- 7 satu bulan
9 Ego-8 Empat gadis Angkuh
10 Ego-9
11 Ego-10 Rencana kelulusan
12 Ego-11 Panji
13 Ego-12 Tuntutan
14 Ego-13 Tanggung jawab
15 Ego-14 Butuh istirahat
16 Ego-15 Semarak pagi
17 Ego-16 Seminggu
18 Ego-17 pembicaraan mertua dan menantu
19 Ego-18 Penat dikepala
20 Ego-19 Apartemen
21 Ego-20 Kemungkinan yang menyenangkan
22 Ego-21 Penerapan hidup sehat
23 Ego-22 Gara-gara sibakso
24 Ego-23 Panic attack
25 Ego-24 Menantu kesayangan.
26 Ego-26 Keluarga Zeo
27 Ego-26 Perperangan ego
28 Ego-27 Tak mau mengalah
29 Ego-28 Sarapan pagi
30 Ego-29 Sama seperti om
31 Ego-30 Adhira dan gelisahnya
32 Ego-31 Pagi dan Alina
33 Ego-32 Pertengkaran dan Alina
34 Ego-33 Mulai pasif oleh rutinitas baru
35 Ego-34 Sedikit Tak rela
36 Ego-35 Sindiran untuk Adhira
37 Ego-36 Alasan kuat Zeo
38 Ego-37 Girl's Talk
39 Ego-38 Harapan yang langsung pupus
40 Ego-39 Adhira dan kesedihannya
41 Ego-40 Zeo dan masalahanya
42 Ego-41 Mood keduanya yang berbeda
43 Ego-42 Sosok ibu yang lain
44 43- Side story- Rahasai Takahashi
45 Ego-44 Kenapa jadi bertengkar
46 Ego-45 Ego yang sulit ditaklukan
47 Ego-46 Hai sayang
48 Ego-47 Respon yang tak diharapkan
49 Ego-48 Merasa asing
50 Ego-49 Adhira dan Depresinya
51 Ego-50 Kesabaran yang menipis
52 Ego-51 Hai, ini mama
53 Ego-52 Kenapa harus pura-pura
54 Ego-53 Alasan Adhira
55 Ego-54 Sedikit memberi pelajaran
56 Ego-55 Kelapangan Panji
57 Ego-56 Menenangkan diri
58 Ego-57 Suara Zeo
59 Ego-58 Lima tahun pernikahan
60 Ego-59 Dirudung ketakutan
61 Ego-60 Nasihat
62 Ego-61 Perasaan yang tak ingin dirasa
63 Ego-62 Aizel
64 Zeo-63 Berkat Saran
65 Zeo-64 Perubahan
66 Zeo- 65 Boleh?
67 Zeo-66 Pentingnya Diskusi
68 67- Takahashi yang berbeda
69 68 - Drama minggu (Ekstra part)
70 69- Permintaan tiga Takahashi (Extra part)
71 70 - Kembar Takahashi yang merasa terasingkan
72 71 -Sulit untuk saling mengerti
73 72 -Suasana pelik yang membeku
74 73- Sesal yang tak lagi berarti
75 74 - Saling menyakiti dan tersakiti
76 75 - Kembali memulai
77 76 - Kepercayaan diri
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Ego- 0 Namanya Adhira Alindra
2
Ego-1 pembelajaran
3
Ego-2 Sampah
4
Ego-3 Sedikit mengusik
5
Ego-4 Sedikit hal tentang mereka
6
Ego-5 Ada yang beda
7
Ego- 6 Bayaran
8
Ego- 7 satu bulan
9
Ego-8 Empat gadis Angkuh
10
Ego-9
11
Ego-10 Rencana kelulusan
12
Ego-11 Panji
13
Ego-12 Tuntutan
14
Ego-13 Tanggung jawab
15
Ego-14 Butuh istirahat
16
Ego-15 Semarak pagi
17
Ego-16 Seminggu
18
Ego-17 pembicaraan mertua dan menantu
19
Ego-18 Penat dikepala
20
Ego-19 Apartemen
21
Ego-20 Kemungkinan yang menyenangkan
22
Ego-21 Penerapan hidup sehat
23
Ego-22 Gara-gara sibakso
24
Ego-23 Panic attack
25
Ego-24 Menantu kesayangan.
26
Ego-26 Keluarga Zeo
27
Ego-26 Perperangan ego
28
Ego-27 Tak mau mengalah
29
Ego-28 Sarapan pagi
30
Ego-29 Sama seperti om
31
Ego-30 Adhira dan gelisahnya
32
Ego-31 Pagi dan Alina
33
Ego-32 Pertengkaran dan Alina
34
Ego-33 Mulai pasif oleh rutinitas baru
35
Ego-34 Sedikit Tak rela
36
Ego-35 Sindiran untuk Adhira
37
Ego-36 Alasan kuat Zeo
38
Ego-37 Girl's Talk
39
Ego-38 Harapan yang langsung pupus
40
Ego-39 Adhira dan kesedihannya
41
Ego-40 Zeo dan masalahanya
42
Ego-41 Mood keduanya yang berbeda
43
Ego-42 Sosok ibu yang lain
44
43- Side story- Rahasai Takahashi
45
Ego-44 Kenapa jadi bertengkar
46
Ego-45 Ego yang sulit ditaklukan
47
Ego-46 Hai sayang
48
Ego-47 Respon yang tak diharapkan
49
Ego-48 Merasa asing
50
Ego-49 Adhira dan Depresinya
51
Ego-50 Kesabaran yang menipis
52
Ego-51 Hai, ini mama
53
Ego-52 Kenapa harus pura-pura
54
Ego-53 Alasan Adhira
55
Ego-54 Sedikit memberi pelajaran
56
Ego-55 Kelapangan Panji
57
Ego-56 Menenangkan diri
58
Ego-57 Suara Zeo
59
Ego-58 Lima tahun pernikahan
60
Ego-59 Dirudung ketakutan
61
Ego-60 Nasihat
62
Ego-61 Perasaan yang tak ingin dirasa
63
Ego-62 Aizel
64
Zeo-63 Berkat Saran
65
Zeo-64 Perubahan
66
Zeo- 65 Boleh?
67
Zeo-66 Pentingnya Diskusi
68
67- Takahashi yang berbeda
69
68 - Drama minggu (Ekstra part)
70
69- Permintaan tiga Takahashi (Extra part)
71
70 - Kembar Takahashi yang merasa terasingkan
72
71 -Sulit untuk saling mengerti
73
72 -Suasana pelik yang membeku
74
73- Sesal yang tak lagi berarti
75
74 - Saling menyakiti dan tersakiti
76
75 - Kembali memulai
77
76 - Kepercayaan diri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!