Ego-1 pembelajaran

Zeo dan kedua temannya saling pandang.

"Gimana Ze?" Tanya Neo meminta persetujuan. Mau bagaimana pun Zeo adalah ketua mereka.

Zeo mengedikkan bahunya. "Gue ngikut aja"

Dan hari itu mereka menyusun rencana yang luar biasanya untuk membalaskan dendam mereka.

***

Sore sepulang sekolah, Keempat pemuda itu benar-benar melancarkan aksinya. Dean-selaku pembuat rencana pun mendatangi kelas Adhira, mengambil name tag Adhira dengan kasar yang langsung dibalas bentakan marah si ketua osis itu.

"Balikin!" Bentak Adhira menyodorkan tangannya, memberi gesture meminta.

Dean terbahak, "Balikin? Apa itu balikin? Ambil sendiri dong, Eitss nggak segampang itu" Dean mengangkat tinggi-tinggi tangannya. Perbedaan tinggi badan antara keduanya benar-benar menguntungkan Dean.

"Bast*rd!" Desis Adhira emosi.

Dean terkekeh, ia lalu menggoyang-goyangkan name tag itu, "Kalau lo emang punya nyali, ambil sendiri ya ditempat gue, eh, tapi kan lo cupu ya kan, yang berani disekolah pas pakai almameter Osis doang. Mana berani lo-

"Siapa bilang!"

"Oke, gue kirim alamat dari DM ntar, bay-bay galak" Dean melambaikan tangannya sambil berlalu, menyisahkan Adhira yang menggeram penuh emosi.

***

Sekarang disinilah mereka. Di Bar yang ramai.

Suara hingar bingar musik disco menyemarakkan manusia-manusia yang butuh kesenangan sementara, termasuk sekelompok anak muda yang duduk melingkar dimeja yang berisi banyak botol alkoh*l diatasnya. Menandakan sudah berapa banyak alkohol yang mereka konsumsi bersama.

"Dateng nggak tuh cewek Yan?" tanya Neo.

"Nggak dateng mabuk parah nih gue, lumutan nunggu tuh cewek gak dateng-dateng." kata Neo lagi hampir seperti meracau.

"Yoi, gue kali ini mabuk lah. Pusing gue mikirin bokap  gue yang ngamuk-ngamuk mulu." kata Bastian mengambil botol Alkoh*l. Menenggaknya santai.

"Gue juga," kata Zeo yang langsung meminum alk*hol dari botolnya langsung. Membuat ketiga temannya semakin bersemangat untuk menghabiskan banyak minuman haram itu karena ketua mereka melakukannya.

"Kalian minun gue juga minun lah, daripada jamuran gue nunggu tuh cewek." kata Dean mengikuti. Ia yang awalnya hanya berani meminum satu dua gelas karena ingin menunggu Adhira untuk melancarkan aksinya pun akhirnya longsor juga pertahanannya.

"Gue pusing banget njir," keluh Dean, setelah satu jam berlalu mereka mulai meminum-minuman keras itu.

"Gila, gue mau muntah!" teriak Neo memegangi tengkuk lehernya. Bersendawa karena terlalu banyak alkoh*l yang ia minum.

"Gue-nyerah" racau Bastian melambaikan tangannya pasrah. Kepalanya pusing sekali, mereka sering minum, namun tak pernah separah ini.

Sedangkan seorang pemuda lagi, Zeo . Sudah tampak tak mampu bersuara. Ia mabuk lebih parah dibanding ketiga temannya yang lain. Ketua dari ketiga pemuda lainnya itu memang lebih banyak diam, tak banyak berkomunikasi, ia bertingkah seolah tak memiliki masalah, padahal bebannya lah yang paling berat.

Keempat pemuda itu meracau masing-masing, seolah meluapkan semua emosi yang mereka pendam selama ini. Menjadi berandalan juga membuat tekanan psikis mereka agak terganggu tampaknya.

"Gila, ini jam berapa sih? Gue gak bisa liat." keluh Neo mengucek-ucek matanya sambil menatap jam tangannya.

"Gak tau, pusing akh" Dean yang sejak awal mengeluh pusing makin terlihat tak berdaya.

"Eh, Ze, cewek songong itu kemana? Belum dateng?" tanya Neo yang masih setengah sadar, mengingat tujuan utama mereka datang ketempat ini. Menemui ketua Osis mereka untuk memenuhi tantangan.

Zeo melambai tanda tak tau, "Paling gak berani dateng!" racaunya. "Jam segini mah, anak mami kayak dia uda bobo manis dirumah."

Jawaban yang hampir menyerupai racauan Zeo itu membuat ketiga temannya tertawa dan membenarkan dalam anggukan kepala.

Namun belum juga tawa mereka selesai, mereka semua dibuat tersentak saat suara teriakan Zeo terdengar karena jambakan seseorang.

Adhira pelakunya, Cewek songong yang baru saja mereka bahas.

"Siapa bilang gue gak berani datang kesini ha!" kata nya bengis, melepas jambakan nya. Lalu menatap keempat pemuda itu menantang.

"Berani juga lo dateng? Heh"  kata Dean mengangguk-angguk kan kepalanya. Sebelum terbatuk dan berlari keluar ruangan mencari kamar mandi, ia mau muntah.

"Gak dicariin nyokap kesayangan lo itu heh ?" Ejek Neo menatap Adhira dari atas kebawah dengan kepala pusing. Tampaknya ia juga akan muntah.

"Lo pakai Baju tidur!" Kata Neo lagi tak habis pikir, Adhira memakai piyama tidur berlengan panjang bergambar marsha and the baer yang bahkan mampu membuat Zeo dan Bastian yang sudah teler tertawa.

"Uluh-uluh, aturnya lo bobo manis aja dirumah gi sana. Gue-"

"Gak usah banyak omong lo, balikin name tag gue dan ya Gue uda berani dateng buat nepati janji gue. Sekarang giliran kalian yang nepati janji buat angkat kaki dari sekolah gue. Najis gue liat berandal kayak kalian."

"Mulut lo itu manis banget ya, tenang aja kita-kita bakal angkat kaki kok dari sekolah lo, tapi nanti kalau uda lulus." kata Neo terbahak.

"Berandal, mana name tag gue hah! balikin!"

"Santai dong, nih ambil," Kata Bastian setengah terpejam.

Adhira menarik name tag nya paksa, ia lalu menendang kaki meja bundar itu sebelum berlalu pergi yang menimbulkan pecahnya beberapa botol alkoh*l karena ulahnya.

Ketiga pemuda itu memaki. Sedangkan Adhira berjalan angkuh melewati kerumunan orang-orang itu, namun belum terlalu jauh ia melangkah lengannya ditarik tak sopam oleh salah seorang pria paruh baya. Adhira memberontak sambil memaki.

"Sial, lepasin gue gila." Berontak Adhira.

"Ck, mulut kamu ini pedes juga rupanya, gak ada sopan-sopannya." kata pria paruh baya itu hampir memeluk Adhira.

Adhira mendorong Pria gila itu lalu menghadiahinya tinjuan dan beberapa gerakan bela diri yang ia dapat dari les Karatenya.

Dan saat pria gila itu memanggil temannya. Adhira tak dapat berpokir selain memutar arah kembali keruangan dimana keempat pemuda yang ia sebut berandalan itu tadi berada, hanya meeka yang Adhira kenal dan mau tak mau Adhira pergi kesana.

Saat tiba disana Adhira bisa melihat hanya Zeo yang teler dimeja mereka. Ntah kemana ketiga temannya yang lain, mungkin pergi kekamar mandi untuk muntah atau ntahlah Adhira tak peduli.

Adhira menelan ludahnya ketika pria paruh baya tadi mengejaranya bersama kedua temannya yang tak mungkin Adhira lawan sendiri. Seperti nya pria paruh baya itu bos besar, karena ia membawa teman bertubuh tegap seperti bodyguard.

"Zeo, tolongin gue, " panik Adhira mendekati Zeo, agak mengguncang bahu pemuda mabuk itu dengan ketakutan. Lalu menarik pemuda itu untuk bangun.

Zeo agak linglung saat Adhira menariknya. matanya mengerjap, mencoba fokus.

"Ngapain lo" bentak pemuda itu saat sadar Adhira lah yang mengganggunya.

Adhira menormalkan wajah ketakutannya, ia tak mau disebut lemah oleh pemuda dihadapannya. "Ada yang ketinggalan, " Katanya pura-pura mencari sesuatu. Ia lalu bersembunyi dibalik punggung tegap Zeo.

Zeo yang setengah sadar menelengkan kepalanya, merasa bingung dengan tingkah gadis gadus itu, namun saar ia melihat pria paruh baya yang seperti mencari seseorang.

Zeo tersenyum devil, ia menutupi Adhira dengan jaketnya. Lalu memberi gelengan pada pria paru baya itu bahwa tak ada orang lain diruangan ini selain dirinya.

Adhira terkejut bukan main, saat Zeo tiba-tiba menjatuhkan jaketnya diatas kepalanya. Lalu Adhira mendengar langkah kaki seseorang menjauh.

"Udah pergi, " Kata Zeo menarik kembali jaketnya.

Adhira berdehem, "Pergi apanya?" Kata Adhira mencoba menormalkan ketakutannya, sehebat apapun ia, rasanya dikejar tiga orang bertubuh tegap tetap membuat nyalinya ciut. Apalagi ditempat asing ini.

Zeo mendengus, "Gak usah mancing emosi lo. Apa salahnya bilang makasih." Kata pemuda Jepang itu santai.

"Dih, najis gue gak ngerasa terhutang apa pun."

Zeo bangkit dari duduknya, pemuda itu berdiri dengan sempoyongan.

"Mulut cabe lo ini kayaknya emang perlu dikasih pelajaran ya." kata Zeo yang membuat Adhira berjengit kaget karena Zeo yang tiba-tiba menciumnya.

Mata Adhira membulat, ia memberontak dan memaki semampunya. Malam itu untuk pertama kalinya Adhira tak mampu membela dirinya sendiri.

-

Terpopuler

Comments

teyuksha

teyuksha

semangat kakak

2023-12-01

1

IK

IK

lanjut yaa say

2022-12-20

0

n

n

next kak semangat

2021-12-14

3

lihat semua
Episodes
1 Ego- 0 Namanya Adhira Alindra
2 Ego-1 pembelajaran
3 Ego-2 Sampah
4 Ego-3 Sedikit mengusik
5 Ego-4 Sedikit hal tentang mereka
6 Ego-5 Ada yang beda
7 Ego- 6 Bayaran
8 Ego- 7 satu bulan
9 Ego-8 Empat gadis Angkuh
10 Ego-9
11 Ego-10 Rencana kelulusan
12 Ego-11 Panji
13 Ego-12 Tuntutan
14 Ego-13 Tanggung jawab
15 Ego-14 Butuh istirahat
16 Ego-15 Semarak pagi
17 Ego-16 Seminggu
18 Ego-17 pembicaraan mertua dan menantu
19 Ego-18 Penat dikepala
20 Ego-19 Apartemen
21 Ego-20 Kemungkinan yang menyenangkan
22 Ego-21 Penerapan hidup sehat
23 Ego-22 Gara-gara sibakso
24 Ego-23 Panic attack
25 Ego-24 Menantu kesayangan.
26 Ego-26 Keluarga Zeo
27 Ego-26 Perperangan ego
28 Ego-27 Tak mau mengalah
29 Ego-28 Sarapan pagi
30 Ego-29 Sama seperti om
31 Ego-30 Adhira dan gelisahnya
32 Ego-31 Pagi dan Alina
33 Ego-32 Pertengkaran dan Alina
34 Ego-33 Mulai pasif oleh rutinitas baru
35 Ego-34 Sedikit Tak rela
36 Ego-35 Sindiran untuk Adhira
37 Ego-36 Alasan kuat Zeo
38 Ego-37 Girl's Talk
39 Ego-38 Harapan yang langsung pupus
40 Ego-39 Adhira dan kesedihannya
41 Ego-40 Zeo dan masalahanya
42 Ego-41 Mood keduanya yang berbeda
43 Ego-42 Sosok ibu yang lain
44 43- Side story- Rahasai Takahashi
45 Ego-44 Kenapa jadi bertengkar
46 Ego-45 Ego yang sulit ditaklukan
47 Ego-46 Hai sayang
48 Ego-47 Respon yang tak diharapkan
49 Ego-48 Merasa asing
50 Ego-49 Adhira dan Depresinya
51 Ego-50 Kesabaran yang menipis
52 Ego-51 Hai, ini mama
53 Ego-52 Kenapa harus pura-pura
54 Ego-53 Alasan Adhira
55 Ego-54 Sedikit memberi pelajaran
56 Ego-55 Kelapangan Panji
57 Ego-56 Menenangkan diri
58 Ego-57 Suara Zeo
59 Ego-58 Lima tahun pernikahan
60 Ego-59 Dirudung ketakutan
61 Ego-60 Nasihat
62 Ego-61 Perasaan yang tak ingin dirasa
63 Ego-62 Aizel
64 Zeo-63 Berkat Saran
65 Zeo-64 Perubahan
66 Zeo- 65 Boleh?
67 Zeo-66 Pentingnya Diskusi
68 67- Takahashi yang berbeda
69 68 - Drama minggu (Ekstra part)
70 69- Permintaan tiga Takahashi (Extra part)
71 70 - Kembar Takahashi yang merasa terasingkan
72 71 -Sulit untuk saling mengerti
73 72 -Suasana pelik yang membeku
74 73- Sesal yang tak lagi berarti
75 74 - Saling menyakiti dan tersakiti
76 75 - Kembali memulai
77 76 - Kepercayaan diri
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Ego- 0 Namanya Adhira Alindra
2
Ego-1 pembelajaran
3
Ego-2 Sampah
4
Ego-3 Sedikit mengusik
5
Ego-4 Sedikit hal tentang mereka
6
Ego-5 Ada yang beda
7
Ego- 6 Bayaran
8
Ego- 7 satu bulan
9
Ego-8 Empat gadis Angkuh
10
Ego-9
11
Ego-10 Rencana kelulusan
12
Ego-11 Panji
13
Ego-12 Tuntutan
14
Ego-13 Tanggung jawab
15
Ego-14 Butuh istirahat
16
Ego-15 Semarak pagi
17
Ego-16 Seminggu
18
Ego-17 pembicaraan mertua dan menantu
19
Ego-18 Penat dikepala
20
Ego-19 Apartemen
21
Ego-20 Kemungkinan yang menyenangkan
22
Ego-21 Penerapan hidup sehat
23
Ego-22 Gara-gara sibakso
24
Ego-23 Panic attack
25
Ego-24 Menantu kesayangan.
26
Ego-26 Keluarga Zeo
27
Ego-26 Perperangan ego
28
Ego-27 Tak mau mengalah
29
Ego-28 Sarapan pagi
30
Ego-29 Sama seperti om
31
Ego-30 Adhira dan gelisahnya
32
Ego-31 Pagi dan Alina
33
Ego-32 Pertengkaran dan Alina
34
Ego-33 Mulai pasif oleh rutinitas baru
35
Ego-34 Sedikit Tak rela
36
Ego-35 Sindiran untuk Adhira
37
Ego-36 Alasan kuat Zeo
38
Ego-37 Girl's Talk
39
Ego-38 Harapan yang langsung pupus
40
Ego-39 Adhira dan kesedihannya
41
Ego-40 Zeo dan masalahanya
42
Ego-41 Mood keduanya yang berbeda
43
Ego-42 Sosok ibu yang lain
44
43- Side story- Rahasai Takahashi
45
Ego-44 Kenapa jadi bertengkar
46
Ego-45 Ego yang sulit ditaklukan
47
Ego-46 Hai sayang
48
Ego-47 Respon yang tak diharapkan
49
Ego-48 Merasa asing
50
Ego-49 Adhira dan Depresinya
51
Ego-50 Kesabaran yang menipis
52
Ego-51 Hai, ini mama
53
Ego-52 Kenapa harus pura-pura
54
Ego-53 Alasan Adhira
55
Ego-54 Sedikit memberi pelajaran
56
Ego-55 Kelapangan Panji
57
Ego-56 Menenangkan diri
58
Ego-57 Suara Zeo
59
Ego-58 Lima tahun pernikahan
60
Ego-59 Dirudung ketakutan
61
Ego-60 Nasihat
62
Ego-61 Perasaan yang tak ingin dirasa
63
Ego-62 Aizel
64
Zeo-63 Berkat Saran
65
Zeo-64 Perubahan
66
Zeo- 65 Boleh?
67
Zeo-66 Pentingnya Diskusi
68
67- Takahashi yang berbeda
69
68 - Drama minggu (Ekstra part)
70
69- Permintaan tiga Takahashi (Extra part)
71
70 - Kembar Takahashi yang merasa terasingkan
72
71 -Sulit untuk saling mengerti
73
72 -Suasana pelik yang membeku
74
73- Sesal yang tak lagi berarti
75
74 - Saling menyakiti dan tersakiti
76
75 - Kembali memulai
77
76 - Kepercayaan diri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!