Ego-15 Semarak pagi

Dan tak memperdulikan banyak hal lagi, Zeo mencoba memejam mata, berharap semua hal yang ia lalui hari ini adalah sebuah ilusi semata.

*****

Zeo terbangun dari tidurnya ketika mendengar suara muntahan dikamar mandi.

Pemuda itu bangun lalu melirik keranjang Adhira yang kosong. Tadi malam ia memang tidur dilantai karena enggan berdebat dengan Adhira. Rasanya Zeo tak bisa marah saat ia melihat Adhira menangis tadi malam walaupun karena hal itu ia harus tidur tanpa selimut ataupun bantal.

Zeo memegang lengannya, masih sedikit agak nyeri. Tapi tak separah tadi malam, sambil membenarkan perban ditangannya, Zeo pun bangkit dari lantai. Ia mengikuti suara gemercik air dikamar mandi Adhira.

"Dhir, lo muntah lagi?" tanya Zeo mendekati Adhira yang duduk dilantai dekat closet. Tampak memeprihatinkan seperti semalam.

Adhira meliriknya sekilas, "Kenapa? Lo mau ngetawain gue? Mau ngejek gue?"

"Ck," kata Zeo berjongkok hendak membantu Adhira mengikat rambutnya, tapi perempuan itu menghentak tangannya.

"Sini gue bantu. ntar rambut lo kotor" Kata Zeo mencoba sabar.

"Gue gak butuh," bengis Adhira mengusap mulutnya yang basah.

Zeo menahan emosinya, "Gue cuma mau bantuin lo"

"Gue bilang gak butuh ya nggak butuh." kata Adhira keras.

"Lo nggak ada makasih-makasih nya ya sama gue." Desis Zeo kesal.

"Makasih? Makasih buat apa? Makasih uda buat gue hancur gitu, makasih uda buat kehidupan gue kayak gini! Iya!"

"Ck, lo ngomong seolah-olah cuma lo yang hancur disini! Cuma lo yang dirugikan disini ha!" balas Zeo marah. Ini masih pagi dan Adhira sudah memancing emosinya.

"Emang iya kan! Gue yang dirugikan disini sialan!"

"Terserah!" ketus Zeo mencuci mukanya diwastafel. Tak mau terlarut dalam emosi karena ini adalah rumah Adhira.

Adhira yang melihat Zeo tak mau membalasnya lagi pun, menghentakkan kakinya keluar. Kepalanya pusing dan Zeo semakin membuatnya pusing.

***

"Suami kamu kemana?" tanya Mira begitu melihat Adhira yang turun sendiri.

"Apa-an sih ma," kesal Adhira menarik salah satu kursi diruang makan, menelungkupkan kepalanya dimeja. Sungguh kepalanya benar-benar pusing.

"Apa-an gimana?" Bingung Mira pada anak perempuannya itu.

"Suami-suami, Ih, Kakak jijik tau ma"

"Loh, kan emang dia suami kamu." kata Mira sambil sibuk membereskan sisa-sisa acara tadi malam.

"Ck," Adhira berdecak tak terima tapi malas untuk membalas.

"Dimana suami mu?" tanya Deni yang baru saja datang. Ayah Adhira itu sudah siap dengan baju kerjanya yang disusul Devan yang rapi dengan baju seragamnya. Anak itu akan mengikuti ujian sekolah.

Adhira tak menjawab, ia kesal sendiri karena semua orang membahas Zeo. Zeo dan Zeo.

"Adhira?" tegur Deni.

"Gak tau yah, mati kali." ketus Adhira.

"Kamu-"

"Itu bang Zeo." kata Devan memotong perdebatan Ayah dan kakaknya.

Zeo yang menjadi pusat perhatian tersenyum canggung, ia mendekat lalu duduk disebelah Adhira yang menatapnya bengis.

"Pagi Om, Tan, Dev"

Deni hanya berdehem, Mira tersenyum tipis sedangkan Devan tak menyahut. Mereka semua tak begitu menganggapnya ada.

Zeo memakluminya, semua orang masih berpikir buruk tentangnya.

"Yaudah kita sarapan dulu ya," kata Mira memecah keheningan yang melanda.

Zeo tak berani bersuara, terutama saat ia dikelilingi orang-orang yang seperti ingin mengulitinya hidup-hidup.

Zeo makan dalam diam, ia merasa bulu kuduknya merinding ketika Ayah mertuanya itu menatap nya dengan bengis sepanjang sarapan.

Uhuk-uhuk.

Adhira menutup mulutnya, ia memundurkan piringnya dengan mata memerah. Siap menangis,

Tubuhnya lemas karena jarang diberi asupan makanan, morning sickness  benar-benar membuatnya tak memiliki pengendalian emosi dan diri yang baik. Tubuhnya bahkan sudah mengurus dan ia sempat mengalami dehidrasi setelah percobaan bunuh dirinya, namun ntah kenapa, ia tetap tak bisa mencium bau makanan seberapapun ia berusaha. Adhira benci itu, benci ketika ia terlihat begitu lemah dimata semua orang, terutama Zeo yang kini menatapnya kasihan.

"Dhir," Panggil Zeo ketika melihat Adhira yang tampak frustasi.

"Ya ampun, tuh kan apa mama bilang semalam. Kamu sih ngeyel. Diminum dong resep obat yang dikasih dokter Lia semalam Kak, kamu itu uda gak ada tenaga, jarang bisa makan. Mau dapet tenaga dari mana coba!" cerewet Mira sambil mengelus pundak Adhira. Tiba-tiba emosi meletup didadanya. Ibu dua anak itu lelah, sejak semalam mentalnya terus diguncang karena ulah anak perempuannya itu.

"Resep dokter tan?" beo Zeo karena selama ini ia tak tau kalau Adhira periksa kandungan. Ia hanya tau Adhira dirawat dirumah sakit selama seminggu sebelum menikah dengannya semalam sore.

Mira menatap menantunya, tiba-tiba amarahnya menggumpal saat melihat menantunya itu. "Iya, Kamu juga sebagai suami ya harus kasih dukungan buat Adhira dong. Jangan berpangku tangan aja liat Adhira kayak gini. Ini juga kan anak kamu." kesal Mira meluapkan emosinya, selama ini ia selalu menahan emosi saat berhadapan dengan Zeo, tapi ntah kenapa ucapan ipar-ipar perempuannya itu selalu menghantuinya. Ia jadi semakin tak suka oleh Zeo. Deni jangan ditanya lagi. Ayah Adhira itu bahkan dengan terang-terangan menunjukkan wajah tak suka. Kalau saja Mira tidak melarang Adhira menggugurkan kandungannya. Deni pasti dengan senang hati membunuh Zeo saat itu juga.

"Kasih dukungan, ada usaha buat sesuatu gitu loh, Adhira itu masih muda, belum genep tujuh belas tahun. Kehamilan diusia belia gini kamu pikir gak banyak resikonya, coba Liat Adhira, karena terlalu banyak pikiran dia jadi makin menderita gini." kesal Mira, "Uda gitu kamu gak ada sadar dirinya jadi suami. Berani ngehancurin anak gadis orang ya harus bisa tanggung jawab"

Zeo membeku, tak berani menyahut. Ia tau pasti ibu mertuanya itu menahan marah sejak semalam. Mira lah yang mempertahankan kandungan Adhira sejak awal, Mira juga yang mengusulkan pernikahan, serta juga Miralah yang sejak semalam memperlakukannya dengan baik. Dan mungkin kali ini ia sudah tak tahan lagi dengan rasa marah didadanya.

"Devan ambilin minyak kayu putih dilaci meja itu." Suruh Mira Ke Devan masih terus mengusap pundak dan leher Adhira.

"Ini ma-" kata Devan yang langsung diterima Mira.

"Kamu sebenernya denger tante ngomong gak sih Zeo?"

"I-iya tan," jawab Zeo terintimindasi oleh semua orang.

"Oleskan ini diperut Adhira, pokoknya usahain ada yang dimakan Adhira hari ini. Denger kamu!" kesal Mira memberikan sebotol minyak kayu putih.

"Mama, ihk, ogah aku-" kata Adhira menolak.

"Adhira, Biar Zeo tau susahnya kamu hamil, biar dia bisa ngerasain apa yang kamu rasain." Tegas Mira yang pagi ini sedang berada dalam suasana hati yang buruk.

Zeo melirik Adhira.

"Yaudah, Devan pergi dulu ya ma, yuk yah. Oiya adeknya mau makan ya, biar mamanya gak lemes. Nanti makannya disuapi papa deh" kata Devan mengelus perut kakaknya dan berlari kencang karena enggan melihat kakak dan abang iparnya diceramahi lagi.

Deni yang sejak awal berusaha tak peduli itu pun langsung beranjak pergi yang diikuti Mira untuk mengantar suami dan anaknya kedepan. Tinggallah sepasang suami istri muda itu diruang makan.

"Dhir,"

"Jangan sentuh gue bangs*t."

Zeo memejamkan matanya menahan emosi.

"Dhir, bisa nggak pagi ini gak bikin gue naik pitam?" ucap Zeo dingin tanpa ekspresi. Tampaknya pemuda itu benar-benar marah saat ini.

Adhira berdehem, ia sangat takut jika Zeo sudah seperti ini, hal itu mengingatkan Adhira tentang kejadian kala itu.

Zeo mengambil minyak kayu putih, mengangkat dengan agak paksa baju tidur Adhira, ia lalu mengusapkan minyak kayu putih itu diperut datar Adhira.

Adhira menahan napasnya, sedangkan jantung Zeo berdesir kencang.

"Udah" kata Adhira menarik tangan Zeo dari perutnya.

Zeo terkesiap. " Sekarang makan!"

"Apa-an sih loh." tepis Adhira saat Zeo menyendokkan nasi dari piring pemuda itu.

"Dulu mama gue, cuma bisa makan sesuatu dari bekas papa gue, mana tau itu berhasilkan!" ketus Zeo.

"Buka mulut lo anj*ng, Atau gue buka paksa mulut lo itu mau?" tekan zeo berbisik.

Adhira langsung membuka mulutnya, ia melahap suapan itu.

Zeo tersenyum dingin, sedangkan Adhira memegang mulutnya tak percaya. Ia makan bekas Zeo?

***

Terpopuler

Comments

Joveni

Joveni

adhira nya terlalu jutek.. kyknya zeo dah mulai bersikap nekan ego...

2022-10-28

1

✦:𝓦⃟֯𝓓𝐞𝐥𝐯𝒚𝒐𝒐𝒏𝒂𐀔¡!

✦:𝓦⃟֯𝓓𝐞𝐥𝐯𝒚𝒐𝒐𝒏𝒂𐀔¡!

hadeuhh, masih dingin-dingin pasangannya😌

2021-12-24

3

lihat semua
Episodes
1 Ego- 0 Namanya Adhira Alindra
2 Ego-1 pembelajaran
3 Ego-2 Sampah
4 Ego-3 Sedikit mengusik
5 Ego-4 Sedikit hal tentang mereka
6 Ego-5 Ada yang beda
7 Ego- 6 Bayaran
8 Ego- 7 satu bulan
9 Ego-8 Empat gadis Angkuh
10 Ego-9
11 Ego-10 Rencana kelulusan
12 Ego-11 Panji
13 Ego-12 Tuntutan
14 Ego-13 Tanggung jawab
15 Ego-14 Butuh istirahat
16 Ego-15 Semarak pagi
17 Ego-16 Seminggu
18 Ego-17 pembicaraan mertua dan menantu
19 Ego-18 Penat dikepala
20 Ego-19 Apartemen
21 Ego-20 Kemungkinan yang menyenangkan
22 Ego-21 Penerapan hidup sehat
23 Ego-22 Gara-gara sibakso
24 Ego-23 Panic attack
25 Ego-24 Menantu kesayangan.
26 Ego-26 Keluarga Zeo
27 Ego-26 Perperangan ego
28 Ego-27 Tak mau mengalah
29 Ego-28 Sarapan pagi
30 Ego-29 Sama seperti om
31 Ego-30 Adhira dan gelisahnya
32 Ego-31 Pagi dan Alina
33 Ego-32 Pertengkaran dan Alina
34 Ego-33 Mulai pasif oleh rutinitas baru
35 Ego-34 Sedikit Tak rela
36 Ego-35 Sindiran untuk Adhira
37 Ego-36 Alasan kuat Zeo
38 Ego-37 Girl's Talk
39 Ego-38 Harapan yang langsung pupus
40 Ego-39 Adhira dan kesedihannya
41 Ego-40 Zeo dan masalahanya
42 Ego-41 Mood keduanya yang berbeda
43 Ego-42 Sosok ibu yang lain
44 43- Side story- Rahasai Takahashi
45 Ego-44 Kenapa jadi bertengkar
46 Ego-45 Ego yang sulit ditaklukan
47 Ego-46 Hai sayang
48 Ego-47 Respon yang tak diharapkan
49 Ego-48 Merasa asing
50 Ego-49 Adhira dan Depresinya
51 Ego-50 Kesabaran yang menipis
52 Ego-51 Hai, ini mama
53 Ego-52 Kenapa harus pura-pura
54 Ego-53 Alasan Adhira
55 Ego-54 Sedikit memberi pelajaran
56 Ego-55 Kelapangan Panji
57 Ego-56 Menenangkan diri
58 Ego-57 Suara Zeo
59 Ego-58 Lima tahun pernikahan
60 Ego-59 Dirudung ketakutan
61 Ego-60 Nasihat
62 Ego-61 Perasaan yang tak ingin dirasa
63 Ego-62 Aizel
64 Zeo-63 Berkat Saran
65 Zeo-64 Perubahan
66 Zeo- 65 Boleh?
67 Zeo-66 Pentingnya Diskusi
68 67- Takahashi yang berbeda
69 68 - Drama minggu (Ekstra part)
70 69- Permintaan tiga Takahashi (Extra part)
71 70 - Kembar Takahashi yang merasa terasingkan
72 71 -Sulit untuk saling mengerti
73 72 -Suasana pelik yang membeku
74 73- Sesal yang tak lagi berarti
75 74 - Saling menyakiti dan tersakiti
76 75 - Kembali memulai
77 76 - Kepercayaan diri
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Ego- 0 Namanya Adhira Alindra
2
Ego-1 pembelajaran
3
Ego-2 Sampah
4
Ego-3 Sedikit mengusik
5
Ego-4 Sedikit hal tentang mereka
6
Ego-5 Ada yang beda
7
Ego- 6 Bayaran
8
Ego- 7 satu bulan
9
Ego-8 Empat gadis Angkuh
10
Ego-9
11
Ego-10 Rencana kelulusan
12
Ego-11 Panji
13
Ego-12 Tuntutan
14
Ego-13 Tanggung jawab
15
Ego-14 Butuh istirahat
16
Ego-15 Semarak pagi
17
Ego-16 Seminggu
18
Ego-17 pembicaraan mertua dan menantu
19
Ego-18 Penat dikepala
20
Ego-19 Apartemen
21
Ego-20 Kemungkinan yang menyenangkan
22
Ego-21 Penerapan hidup sehat
23
Ego-22 Gara-gara sibakso
24
Ego-23 Panic attack
25
Ego-24 Menantu kesayangan.
26
Ego-26 Keluarga Zeo
27
Ego-26 Perperangan ego
28
Ego-27 Tak mau mengalah
29
Ego-28 Sarapan pagi
30
Ego-29 Sama seperti om
31
Ego-30 Adhira dan gelisahnya
32
Ego-31 Pagi dan Alina
33
Ego-32 Pertengkaran dan Alina
34
Ego-33 Mulai pasif oleh rutinitas baru
35
Ego-34 Sedikit Tak rela
36
Ego-35 Sindiran untuk Adhira
37
Ego-36 Alasan kuat Zeo
38
Ego-37 Girl's Talk
39
Ego-38 Harapan yang langsung pupus
40
Ego-39 Adhira dan kesedihannya
41
Ego-40 Zeo dan masalahanya
42
Ego-41 Mood keduanya yang berbeda
43
Ego-42 Sosok ibu yang lain
44
43- Side story- Rahasai Takahashi
45
Ego-44 Kenapa jadi bertengkar
46
Ego-45 Ego yang sulit ditaklukan
47
Ego-46 Hai sayang
48
Ego-47 Respon yang tak diharapkan
49
Ego-48 Merasa asing
50
Ego-49 Adhira dan Depresinya
51
Ego-50 Kesabaran yang menipis
52
Ego-51 Hai, ini mama
53
Ego-52 Kenapa harus pura-pura
54
Ego-53 Alasan Adhira
55
Ego-54 Sedikit memberi pelajaran
56
Ego-55 Kelapangan Panji
57
Ego-56 Menenangkan diri
58
Ego-57 Suara Zeo
59
Ego-58 Lima tahun pernikahan
60
Ego-59 Dirudung ketakutan
61
Ego-60 Nasihat
62
Ego-61 Perasaan yang tak ingin dirasa
63
Ego-62 Aizel
64
Zeo-63 Berkat Saran
65
Zeo-64 Perubahan
66
Zeo- 65 Boleh?
67
Zeo-66 Pentingnya Diskusi
68
67- Takahashi yang berbeda
69
68 - Drama minggu (Ekstra part)
70
69- Permintaan tiga Takahashi (Extra part)
71
70 - Kembar Takahashi yang merasa terasingkan
72
71 -Sulit untuk saling mengerti
73
72 -Suasana pelik yang membeku
74
73- Sesal yang tak lagi berarti
75
74 - Saling menyakiti dan tersakiti
76
75 - Kembali memulai
77
76 - Kepercayaan diri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!