Ego-14 Butuh istirahat

"Oiya, ayo-ayo makan,"

Dan malam itu, adalah acara makan malam tersulit untuk Zeo karena ia terus mendapat intimindasi sana-sini.

***

Zeo berdehem pelan ketika ia merasa begitu gugup saat akan menyuapkan makanan kemulutnya, tatapan-tatapan penuh kebencian itu memuat mulutnya sulit menerima makanan. Terutama tatapan tante-tante Adhira, Tapi walapun begitu, harus Zeo akui, ucapan tante-tante Adhira itu membuat pikirannya sedikit terbuka, mau bagaimana pun sekarang ia harus menghasilkan uang untuk Adhira atau bahkan sekedar untuk anaknya.

Anaknya.

Pemikiran itu langsung membuat Zeo melirik Adhira yang tak makan apapun dari piringnya. Gadis itu diam saja dengan duduk tak nyaman. Sekelebat percakapannya sengan Devan dirumah sakit kala itu terngiang

"Kakak uda gak selera makan hampir dua minggu, dia muntah setiap makan."

Apa Adhira menahan mual?

"Loh, Kakak gak makan?" tanya Devan saat mengikuti arah pandang Zeo yang menatapi Adhira. Bocah itu sejak tadi ikut mengawasi abang ipar barunya itu, maka ketika abang iparnya fokus pada kakaknya, Devan ikut menyadari ketidak nyamanan kakaknya.

Semua mata kini menatap Adhira dan Zeo.

"Kakak masih kenyang," kata Adhira tersenyum kecil.

"Kenyang dari mana Dhir, hamil muda badan kamu makin kurus gitu. Harus tambah berat badan dong." kata tante Dewi.

Adhira mengangguk, ia tersenyum sambil menarik piringnya mendekat.

Zeo menatap Adhira kian lekat, seolah bertanya mengapa dari tatapannya. Namun tanya tersiratnya itu terjawab ketika Adhira mendorong piringnya.

Adhira yang benar-benar tak tahan dengan bau daging dari piring itu pun langsung berlari kekamar mandi, ia mual.

Melihat itu pun Zeo bangkit dari duduknya, "Zeo temeni Adhira dulu ya Nek, Pa, Om, semuanya!" pamit Zeo spontan, sungguh ia refleks ingin menemani Adhira saat perempuan itu agak oyong ketika berlari tadi. Ia sedikit khawatir.

"Iya udah, kalian istirahat aja sana, Adhira juga perlu istirahat biar cepat sembuh."Sahut nenek Adhira setelah beberapa detik diam.

Zeo mengangguk, ia lalu mengikuti Adhira yang lari kelantai dua, menuju kamar perempuan itu.

"L-lo gak papa?" Tanya Zeo ragu saat melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Adhira muntah-muntah. Ia pernah melihat dan mengurus adiknya yang sakit ketika di Jepang dulu. Adiknya juga muntah-muntah, tapi Zeo baru kali ini melihat ada orang yang muntah sampai hampir kehilangan sebagian besar tenaganya.

Adhira terduduk disamping closet sambil menangis terisak.

"Adhira?"Panggil Zeo mendekati Adhira.

"Hei, Dhira." kata Zeo menjawil Adhira yang masih menangis.

"M-mual" kata Adhira mendongak menatap Zeo dengan tatapan memelas.

Zeo terpaku ditempatnya. Adhira mengadu? Apa kah itu memang Adhira Alindra yang ia kenal?

"Hiks-uhuk"

Zeo tersentak dari lamunannya, ia menatap Adhira yang kini kembali memuntahkan isi perutnya, Ah, bukan, perempuan itu tak dapat dikatakan muntah saat yang ia keluarkan hanya seperti lendir sejak tadi.

"Dhira-"

"Pergi"

"Ha?" Zeo bingung harus melakukan apa, ia juga tak begitu mrndengar lirihan Adhira. Perempuan itu berucap disela-sela muntahannya.

"Pergi hiks, pergii" Adhira mendongak, menatap Zeo marah, "Gue bilang pergi!!!" Marah Adhira tiba-tiba.

Zeo berdecak. "Gue suami lo sekarang" Tegas Zeo tertahan, ia tak mau ada keluarga Adhira yang mendengar suaranya nanti.

Adhira menoleh sengit," Jijik"

Zeo memejam matanya, nengatur emosi, "Jangan bikin masalah Dhira, ayo gue tuntun ke ranjang lo"

Adhira menepis tangan Zeo kasar, ia bangkit sendiri walaupun masih oyong, sangat oyong malah. "Pergi atau gue bunuh diri lagi"Lirih Adhira pelan. perempuan itu mengancam bahkan saat tubuhnya lemas.

"Lo ngancem gue? Sama nyawa lo? Gak peduli!" Desis Zeo tak mau kalah.

"Gue minum itu" Adhira menunjuk sabun cair didekatnya. "Biar anak lo ini mati"

"Adhira " Desis Zeo.

"Apa- Huks, lepas Bast*rd" Adhira memberontak kala Zeo mengangkat tubuhnya, membawanya keluar dari kamar mandi dan menjatuhkannya ke Keranjang perempuan itu. pemuda itu bahkan meringis sambil memegang lengan kirinya yang masih dalam masa pemulihan.

Adhira berdesis, perempuan itu memegang perutnya yang kram karena banyak muntah, ia ingin memaki tapi tubuhnya benar-benar lemas hanya untuk sekedar bersuara.

"Lo mau ngapain?" Desis Adhira sambil meringkuk kala Zeo hendak mengambil ancang-ancang tidur disebelahnya.

"Tidur"

"Dibawah!"

Zeo mengacak rambutnya. Pemuda itu lalu memilih mengalah. Kepalanya pusing, tangannya yang waktu itu patah terasa sangat nyeri karena dipaksa menggendong Adhira tadi. Dan mentalnya sedikit terguncang karena mendapat tekanan berlebih dari keluarganya dan tuntutan yang berat dari keluarga Adhira. Ia butuh istirahat.

"Lo mau ngapain?" Lirih Adhira lagi menatap Zeo tajam,

Zeo menatap perempuan berwajah pucat yang sudah seperti orang sekarat itu dengan bengis. "Apalagi? Gue mau istirahat Dhira, gue mau tidur"

"Jangan pakai bantal atau selimut gue, gue gak sudi berbagi sama lo" Desisnya dengan mata terpejam, merasakan perutnya yang tak enak sekali. seperti kembung, tapi juga kram.

Zeo memejamkan matanya, pemuda itu lalu melepas bantal yang tadi ia pegang. Zeo lalu melepas kemeja putih yang ia pakai sejak akad sore tadi. Menjatuhkannya kelantai sebagai alas tempat tidur.

Dan tak memperdulikan banyak hal lagi, Zeo mencoba memejam mata, berharap semua hal yang ia lalui hari ini adalah sebuah ilusi semata.

***

Episodes
1 Ego- 0 Namanya Adhira Alindra
2 Ego-1 pembelajaran
3 Ego-2 Sampah
4 Ego-3 Sedikit mengusik
5 Ego-4 Sedikit hal tentang mereka
6 Ego-5 Ada yang beda
7 Ego- 6 Bayaran
8 Ego- 7 satu bulan
9 Ego-8 Empat gadis Angkuh
10 Ego-9
11 Ego-10 Rencana kelulusan
12 Ego-11 Panji
13 Ego-12 Tuntutan
14 Ego-13 Tanggung jawab
15 Ego-14 Butuh istirahat
16 Ego-15 Semarak pagi
17 Ego-16 Seminggu
18 Ego-17 pembicaraan mertua dan menantu
19 Ego-18 Penat dikepala
20 Ego-19 Apartemen
21 Ego-20 Kemungkinan yang menyenangkan
22 Ego-21 Penerapan hidup sehat
23 Ego-22 Gara-gara sibakso
24 Ego-23 Panic attack
25 Ego-24 Menantu kesayangan.
26 Ego-26 Keluarga Zeo
27 Ego-26 Perperangan ego
28 Ego-27 Tak mau mengalah
29 Ego-28 Sarapan pagi
30 Ego-29 Sama seperti om
31 Ego-30 Adhira dan gelisahnya
32 Ego-31 Pagi dan Alina
33 Ego-32 Pertengkaran dan Alina
34 Ego-33 Mulai pasif oleh rutinitas baru
35 Ego-34 Sedikit Tak rela
36 Ego-35 Sindiran untuk Adhira
37 Ego-36 Alasan kuat Zeo
38 Ego-37 Girl's Talk
39 Ego-38 Harapan yang langsung pupus
40 Ego-39 Adhira dan kesedihannya
41 Ego-40 Zeo dan masalahanya
42 Ego-41 Mood keduanya yang berbeda
43 Ego-42 Sosok ibu yang lain
44 43- Side story- Rahasai Takahashi
45 Ego-44 Kenapa jadi bertengkar
46 Ego-45 Ego yang sulit ditaklukan
47 Ego-46 Hai sayang
48 Ego-47 Respon yang tak diharapkan
49 Ego-48 Merasa asing
50 Ego-49 Adhira dan Depresinya
51 Ego-50 Kesabaran yang menipis
52 Ego-51 Hai, ini mama
53 Ego-52 Kenapa harus pura-pura
54 Ego-53 Alasan Adhira
55 Ego-54 Sedikit memberi pelajaran
56 Ego-55 Kelapangan Panji
57 Ego-56 Menenangkan diri
58 Ego-57 Suara Zeo
59 Ego-58 Lima tahun pernikahan
60 Ego-59 Dirudung ketakutan
61 Ego-60 Nasihat
62 Ego-61 Perasaan yang tak ingin dirasa
63 Ego-62 Aizel
64 Zeo-63 Berkat Saran
65 Zeo-64 Perubahan
66 Zeo- 65 Boleh?
67 Zeo-66 Pentingnya Diskusi
68 67- Takahashi yang berbeda
69 68 - Drama minggu (Ekstra part)
70 69- Permintaan tiga Takahashi (Extra part)
71 70 - Kembar Takahashi yang merasa terasingkan
72 71 -Sulit untuk saling mengerti
73 72 -Suasana pelik yang membeku
74 73- Sesal yang tak lagi berarti
75 74 - Saling menyakiti dan tersakiti
76 75 - Kembali memulai
77 76 - Kepercayaan diri
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Ego- 0 Namanya Adhira Alindra
2
Ego-1 pembelajaran
3
Ego-2 Sampah
4
Ego-3 Sedikit mengusik
5
Ego-4 Sedikit hal tentang mereka
6
Ego-5 Ada yang beda
7
Ego- 6 Bayaran
8
Ego- 7 satu bulan
9
Ego-8 Empat gadis Angkuh
10
Ego-9
11
Ego-10 Rencana kelulusan
12
Ego-11 Panji
13
Ego-12 Tuntutan
14
Ego-13 Tanggung jawab
15
Ego-14 Butuh istirahat
16
Ego-15 Semarak pagi
17
Ego-16 Seminggu
18
Ego-17 pembicaraan mertua dan menantu
19
Ego-18 Penat dikepala
20
Ego-19 Apartemen
21
Ego-20 Kemungkinan yang menyenangkan
22
Ego-21 Penerapan hidup sehat
23
Ego-22 Gara-gara sibakso
24
Ego-23 Panic attack
25
Ego-24 Menantu kesayangan.
26
Ego-26 Keluarga Zeo
27
Ego-26 Perperangan ego
28
Ego-27 Tak mau mengalah
29
Ego-28 Sarapan pagi
30
Ego-29 Sama seperti om
31
Ego-30 Adhira dan gelisahnya
32
Ego-31 Pagi dan Alina
33
Ego-32 Pertengkaran dan Alina
34
Ego-33 Mulai pasif oleh rutinitas baru
35
Ego-34 Sedikit Tak rela
36
Ego-35 Sindiran untuk Adhira
37
Ego-36 Alasan kuat Zeo
38
Ego-37 Girl's Talk
39
Ego-38 Harapan yang langsung pupus
40
Ego-39 Adhira dan kesedihannya
41
Ego-40 Zeo dan masalahanya
42
Ego-41 Mood keduanya yang berbeda
43
Ego-42 Sosok ibu yang lain
44
43- Side story- Rahasai Takahashi
45
Ego-44 Kenapa jadi bertengkar
46
Ego-45 Ego yang sulit ditaklukan
47
Ego-46 Hai sayang
48
Ego-47 Respon yang tak diharapkan
49
Ego-48 Merasa asing
50
Ego-49 Adhira dan Depresinya
51
Ego-50 Kesabaran yang menipis
52
Ego-51 Hai, ini mama
53
Ego-52 Kenapa harus pura-pura
54
Ego-53 Alasan Adhira
55
Ego-54 Sedikit memberi pelajaran
56
Ego-55 Kelapangan Panji
57
Ego-56 Menenangkan diri
58
Ego-57 Suara Zeo
59
Ego-58 Lima tahun pernikahan
60
Ego-59 Dirudung ketakutan
61
Ego-60 Nasihat
62
Ego-61 Perasaan yang tak ingin dirasa
63
Ego-62 Aizel
64
Zeo-63 Berkat Saran
65
Zeo-64 Perubahan
66
Zeo- 65 Boleh?
67
Zeo-66 Pentingnya Diskusi
68
67- Takahashi yang berbeda
69
68 - Drama minggu (Ekstra part)
70
69- Permintaan tiga Takahashi (Extra part)
71
70 - Kembar Takahashi yang merasa terasingkan
72
71 -Sulit untuk saling mengerti
73
72 -Suasana pelik yang membeku
74
73- Sesal yang tak lagi berarti
75
74 - Saling menyakiti dan tersakiti
76
75 - Kembali memulai
77
76 - Kepercayaan diri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!