Ego-17 pembicaraan mertua dan menantu

Zeo harus segara mengubah keadaan.

Dan begitu ia mendapati keluarga Adhira yang berkumpul diruang keluarga.

Zeo memberanikan dirinya.

***

"Om, tan" panggil Zeo ketika mendapati ayah dan ibu mertuanya diruang tamu.

Devan yang juga ada disana pun langsung menatap abang iparnya itu. Merasa agak takjub karena ini adalah kali pertama suami kakak nya itu memulai pembicaraan. Dalam artian berani menyapa, selama ini abang iparnya itu lebih banyak diam dan bertingkah segan.

"Iya, kenapa Ze?" tanya Mira tersenyum. Memang semenjak Zeo sedikit mau membantu Adhira. Mira mulai berubah dengannya. Walaupun tak terlalu signifikan tapi setidaknya ibu mertuanya itu mau menerimanya.

"Zeo mau ngomong sebentar sama Om dan Tante." kata Zeo lugas.

Mira melirik suaminya, "Yaudah sini duduk Ze, mau ngomong apa?" tanya Mira menyenggol lengan Deni agar suaminya itu mau mendengar apa yang dikatakan Zeo.

Devan yang merasa suasana mulai berubah pun bangkit dari duduknya. Ia tak mau mengganggu. Walaupun ia masih bocah, tapi setidaknya ia tau tata krama.

Dan Setelah Devan pergi, Deni menatap menantunya dingin. "Mau bicara apa?"

Zeo menatap mata mertuanya, menunjukkan keseriusan dari kata-kata yang akan ia ucapkan. "Saya pikir, seminggu ini saya dan Adhira sudah cukup membebani om dan tante."

"Saya tidak merasa terbebani dengan anak saya. Tapi kalau kamu merasa dirimu membebani keluarga ini, saya tidak menyangkal" potong Deni yang langsung mendapat pukulan pelan dari Mira.

Zeo tersenyum tipis, ia tau mertuanya sedang menyindirnya.

"Saya tau om, tapi mau bagaimana pun sekarang Adhira adalah istri saya. Saya pikir sudah saatnya kami mandiri dengan hidup kami." Zeo menatap kedua mertuanya, "Saya berniat membawa Adhira tinggal bersama saya dirumah kami sendiri."

"Apa kamu pikir saya akan melepaskan putri saya ke kamu setelah semua yang kamu lakukan ke putri saya." tanya Deni retoris.

Deni tediam sebentar, "Tak menutup kemungkinan kamu menyakiti putri saya dengan lebih lagi setelah kamu membawa nya pergi. Merasa paling berkuasa nantinya, kamu pikir saya gak tau apa yang ada dikepala batu mu itu"

"Mas, jangan-"

"Saya berbicara sebagai seorang ayah Mira," kata Deni dingin.

Mira terdiam, ia benar-benar putus asa dengan suami dan anak menantunya itu.

"Saya tau saya memulainya dengan kesalahan, tapi jika saya terus berkubang dikesalahan itu lalu kapan saya dan Adhira akan berubah? Saya tau om dan tante tidak bisa menerima saya sepenuhnya, tapi saya sedang berada ditahap ingin merubahnya."

Deni dan Mira mulai menatap Zeo sedikit melunak.

"Saya berniat mulai semuanya dari awal, saya tak ingin Adhira bersembunyi sama om dan tante, dalam artian saya ingin Adhira juga terbuka dengan saya, memulai semuanya dengan saya. Saya ingin Adhira berpikir terbuka nantinya, tidak terus berpaku tangan dengan om ataupun tante,"

Mira dan Deni terdiam, dalam hati membenarkan ucapan menantunya. Selama ini Adhira selalu dibantu dalam segala hal, lalu jika terus begitu kapan sisulung itu berpikiran terbuka.

"Saya memang belum bisa sepenuhnya menerima Adhira dihidup saya, tapi setidaknya saya mulai menyadari bahwa Adhira dan anak kami adalah bagian dari kehidupan saya, bagian dari tanggung jawab saya. Dan tanggung jawab itu bukan hanya saya emban satu atau dua hari, tapi selamanya."

"Apa semua hal itu tidak bisa kamu dapatkan dirumah ini? Apa kamu tertekan? Tidak betah?" Sindir Deni, "Sebenarnya kalau kamu memang niat kamu bisa memulai semuanya durumah ini"

Zeo tersenyum tipis, "Tentu saja bisa, tapi saya tidak yakin akan waktu selanjutnya. Jujur saja saya merasa tertekan dan sangat diasingkan. Tapi bukan itu poin utamanya. Jika saya dan Adhira tetap disini ada tiga hal yang tetap melekat didiri kami, yang pertama kami tidak akan saling terbuka, yang kedua perasaan tanggung jawab atas kewajiban kami masing-masing tidak akan berada ditahap maksimal karena selalu mengandalkan om dan tante, dan ketiga, akan ada selalu kemungkinan lainnya."

Zeo terdiam sejenak untuk menarik napas dan membulat kan tekad.

"Seperti om yang ingin membuat istana  dan kehidupan untuk keluarganya- saya pun ingin melakukannya dengan Adhira."

Deni dan Mira terdiam cukup lama, Zeo pun demikian.

"Kemana?" kata Deni memecah keheningan.

Zeo menatap ayah mertuanya tak mengerti.

"Kemana kalian akan pindah?" ulang Deni.

"Untuk sementara sampai saya memiliki penghasilan yang cukup, kami akan tinggal diapartemen saya terlebih dahulu."

"Apartemen?" tanya Mira yang langsung diangguki Zeo.

"Punya siapa? Nyewa?"

Zeo menggeleng, "Punya Papa, "

"terus kerjaan kamu?" Tanya Mira ragu.

"Saya bakal kerja part time diperusahaan cabang teman papa. Selama kuliah tan."

"Kamu tetap kuliah?" kali ini gantian Deni yang bertanya.

"Iya om" kata Zeo mengangguk.

"Adhira uda tau masalah ini?" tanya Deni.

Zeo menggeleng, "belum."

"Seharusnya kamu bicarakan dengan Adhira terlebih dahulu. Bukannya kamu ingin membangun komunikasi yang baik?" kata Deni agak menyindir.

Zeo mengangguk, "Nanti setelah ini saya bakal kasih tau Adhira." kata Zeo lagi.

"Tante gak tau kedepannya apa, tapi tante selalu dukung apapun usaha mu untuk memperbaiki hubungan kalian Ze." Kata Mira yang membuat Zeo tersenyum. Ia merasa sangat dihargai.

"Dimana Adhira?"

"Sama temen-temennya." Kata Mira menyahuti suaminya.

"Oh,"

Setelah itu mertua dan anak menantu itu terdiam sambil menatap layar kaca televisi yang terus menyala dengan banyak pikiran dibenak mereka masing-masing.

Deni dan Mira yang merasa tak rela dan Zeo yang kian merasa pundak dan tanggung jawabnya memberat.

Zeo menghela nafasnya pelan, tampaknya setelah hari kelulusannya tiga hari lagi nanti, Zeo benar-benar akan menunrunkan gengsinya. Meminta bantuan papanya. Dan melepaskan kebebasannya. Demi, tanggung jawab yang ia emban ini

Terpopuler

Comments

city

city

semoga bisa berubah zio dan Dhira menerima semuany semoga novelny banyak dikunjungi yah

2022-10-07

2

lihat semua
Episodes
1 Ego- 0 Namanya Adhira Alindra
2 Ego-1 pembelajaran
3 Ego-2 Sampah
4 Ego-3 Sedikit mengusik
5 Ego-4 Sedikit hal tentang mereka
6 Ego-5 Ada yang beda
7 Ego- 6 Bayaran
8 Ego- 7 satu bulan
9 Ego-8 Empat gadis Angkuh
10 Ego-9
11 Ego-10 Rencana kelulusan
12 Ego-11 Panji
13 Ego-12 Tuntutan
14 Ego-13 Tanggung jawab
15 Ego-14 Butuh istirahat
16 Ego-15 Semarak pagi
17 Ego-16 Seminggu
18 Ego-17 pembicaraan mertua dan menantu
19 Ego-18 Penat dikepala
20 Ego-19 Apartemen
21 Ego-20 Kemungkinan yang menyenangkan
22 Ego-21 Penerapan hidup sehat
23 Ego-22 Gara-gara sibakso
24 Ego-23 Panic attack
25 Ego-24 Menantu kesayangan.
26 Ego-26 Keluarga Zeo
27 Ego-26 Perperangan ego
28 Ego-27 Tak mau mengalah
29 Ego-28 Sarapan pagi
30 Ego-29 Sama seperti om
31 Ego-30 Adhira dan gelisahnya
32 Ego-31 Pagi dan Alina
33 Ego-32 Pertengkaran dan Alina
34 Ego-33 Mulai pasif oleh rutinitas baru
35 Ego-34 Sedikit Tak rela
36 Ego-35 Sindiran untuk Adhira
37 Ego-36 Alasan kuat Zeo
38 Ego-37 Girl's Talk
39 Ego-38 Harapan yang langsung pupus
40 Ego-39 Adhira dan kesedihannya
41 Ego-40 Zeo dan masalahanya
42 Ego-41 Mood keduanya yang berbeda
43 Ego-42 Sosok ibu yang lain
44 43- Side story- Rahasai Takahashi
45 Ego-44 Kenapa jadi bertengkar
46 Ego-45 Ego yang sulit ditaklukan
47 Ego-46 Hai sayang
48 Ego-47 Respon yang tak diharapkan
49 Ego-48 Merasa asing
50 Ego-49 Adhira dan Depresinya
51 Ego-50 Kesabaran yang menipis
52 Ego-51 Hai, ini mama
53 Ego-52 Kenapa harus pura-pura
54 Ego-53 Alasan Adhira
55 Ego-54 Sedikit memberi pelajaran
56 Ego-55 Kelapangan Panji
57 Ego-56 Menenangkan diri
58 Ego-57 Suara Zeo
59 Ego-58 Lima tahun pernikahan
60 Ego-59 Dirudung ketakutan
61 Ego-60 Nasihat
62 Ego-61 Perasaan yang tak ingin dirasa
63 Ego-62 Aizel
64 Zeo-63 Berkat Saran
65 Zeo-64 Perubahan
66 Zeo- 65 Boleh?
67 Zeo-66 Pentingnya Diskusi
68 67- Takahashi yang berbeda
69 68 - Drama minggu (Ekstra part)
70 69- Permintaan tiga Takahashi (Extra part)
71 70 - Kembar Takahashi yang merasa terasingkan
72 71 -Sulit untuk saling mengerti
73 72 -Suasana pelik yang membeku
74 73- Sesal yang tak lagi berarti
75 74 - Saling menyakiti dan tersakiti
76 75 - Kembali memulai
77 76 - Kepercayaan diri
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Ego- 0 Namanya Adhira Alindra
2
Ego-1 pembelajaran
3
Ego-2 Sampah
4
Ego-3 Sedikit mengusik
5
Ego-4 Sedikit hal tentang mereka
6
Ego-5 Ada yang beda
7
Ego- 6 Bayaran
8
Ego- 7 satu bulan
9
Ego-8 Empat gadis Angkuh
10
Ego-9
11
Ego-10 Rencana kelulusan
12
Ego-11 Panji
13
Ego-12 Tuntutan
14
Ego-13 Tanggung jawab
15
Ego-14 Butuh istirahat
16
Ego-15 Semarak pagi
17
Ego-16 Seminggu
18
Ego-17 pembicaraan mertua dan menantu
19
Ego-18 Penat dikepala
20
Ego-19 Apartemen
21
Ego-20 Kemungkinan yang menyenangkan
22
Ego-21 Penerapan hidup sehat
23
Ego-22 Gara-gara sibakso
24
Ego-23 Panic attack
25
Ego-24 Menantu kesayangan.
26
Ego-26 Keluarga Zeo
27
Ego-26 Perperangan ego
28
Ego-27 Tak mau mengalah
29
Ego-28 Sarapan pagi
30
Ego-29 Sama seperti om
31
Ego-30 Adhira dan gelisahnya
32
Ego-31 Pagi dan Alina
33
Ego-32 Pertengkaran dan Alina
34
Ego-33 Mulai pasif oleh rutinitas baru
35
Ego-34 Sedikit Tak rela
36
Ego-35 Sindiran untuk Adhira
37
Ego-36 Alasan kuat Zeo
38
Ego-37 Girl's Talk
39
Ego-38 Harapan yang langsung pupus
40
Ego-39 Adhira dan kesedihannya
41
Ego-40 Zeo dan masalahanya
42
Ego-41 Mood keduanya yang berbeda
43
Ego-42 Sosok ibu yang lain
44
43- Side story- Rahasai Takahashi
45
Ego-44 Kenapa jadi bertengkar
46
Ego-45 Ego yang sulit ditaklukan
47
Ego-46 Hai sayang
48
Ego-47 Respon yang tak diharapkan
49
Ego-48 Merasa asing
50
Ego-49 Adhira dan Depresinya
51
Ego-50 Kesabaran yang menipis
52
Ego-51 Hai, ini mama
53
Ego-52 Kenapa harus pura-pura
54
Ego-53 Alasan Adhira
55
Ego-54 Sedikit memberi pelajaran
56
Ego-55 Kelapangan Panji
57
Ego-56 Menenangkan diri
58
Ego-57 Suara Zeo
59
Ego-58 Lima tahun pernikahan
60
Ego-59 Dirudung ketakutan
61
Ego-60 Nasihat
62
Ego-61 Perasaan yang tak ingin dirasa
63
Ego-62 Aizel
64
Zeo-63 Berkat Saran
65
Zeo-64 Perubahan
66
Zeo- 65 Boleh?
67
Zeo-66 Pentingnya Diskusi
68
67- Takahashi yang berbeda
69
68 - Drama minggu (Ekstra part)
70
69- Permintaan tiga Takahashi (Extra part)
71
70 - Kembar Takahashi yang merasa terasingkan
72
71 -Sulit untuk saling mengerti
73
72 -Suasana pelik yang membeku
74
73- Sesal yang tak lagi berarti
75
74 - Saling menyakiti dan tersakiti
76
75 - Kembali memulai
77
76 - Kepercayaan diri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!