I Don'T Like She
Disebuah restoran The Blue Orchid tempat para sahabat berkumpul menghabiskan waktu luangnya, kebanyakan dari mereka adalah
ibu-ibu muda artis, istri-istri penjabat dan pengusaha. Terkadang mereka disatukan karena persahabatan suami-suaminya dalam suatu perusahaan atau ruang lingkup yang sama. Termasuk persahabatan yang satu ini, meskipun tergolong memasuki usia paruh baya diatas usia 40 tahun, tetap bisa eksis dalam pergaulan.
“Selamat ya Bu Mika, sebentar lagi si bungsu akan menikah. Dapat anak menteri lagi, ya ampun beruntung sekali!” Bu Shinta yang sering ingin tahu.
Bu Mika hanya tersenyum karena merasa sudah lebih unggul dibanding Bu Shinta yang sebelumnya juga telah menikahkan anaknya dengan seorang artis terkenal.
“Ah kebetulan Cinta sekampus dengan Rangga. Saya juga terkejut waktu perkenalan keluarga ternyata menteri hihihi....” balas Bu Mika yang semakin meninggalkan balapan.
“Masa Bu Mika tidak tahu sih kalau Rangga itu anak menteri?” memincingkan mata mencurigakan.
“Betul. Saya kan maunya Cinta biasa-biasa saja ... hihihi.”
Sombong sekali dia pura-pura tidak tahu. Ini hanya kebetulan, mana mungkin!? dalam hati Bu Shinta yang semakin keki mendengarkan penuturannya.
Untuk mengalihkan hatinya yang iri Bu Shinta mendapati Bu Mesya yang sedang asyik meski hanya mendengarkan ceritanya.
“Oiya kalau putera Bu Mesya bagaimana? Sudah ada calonnya belum. Padahal dulu aku sempat kepikiran mau besanan sama Bu Mesya loh. Tapi tidak ada respon.” Bu Shinta mencari korban baru
“Hmm…Raka?”
“Iya Raka!” Bu Shinta menegaskan.
“Ah, saya kurang tahu soal itu,” Bu Mesya mencoba menutupinya keraguannya.
“Ayo dong Bu Mesya, cerita sedikit. Saya juga penasaran dengan Raka, karena yang saya dengar putera jenengan itu jadi incaran para gadis loh hihi....” Bu Mika menambahkan.
“Ah, masa Bu Mika? Biasa saja, Raka terlalu sibuk mengurus perusahaannya.” jawab Bu Mesya seakan merendah.
“Jangan-jangan ….” Bu Shinta mencoba merebut perhatian.
“Jangan-jangan apa?” Bu Mika penasaran.
Datang seseorang yang tidak begitu diharapkan oleh perkumpulan Ibu-ibu pengusaha itu. Ibu muda seorang pengusaha, suaminya yang juga rekan bisnis.
Usia yang terpaut jauh dibanding dengan mereka sehingga menjadi timpang dengan kemudaannya. Terutama karena Ibu Jihan belum memiliki anak.
“Aduh Ibu-ibu maaf yah saya terlambat karena harus ke salon langganan dulu, habis warna rambut yang kemarin suamiku tidak suka,” Bu Jihan mencoba memberi alasan.
Siapa yang nanya? pikir Bu Shinta dalam hati.
“Bagus koq Jeng warna rambutnya yang sekarang, elegan. Kalau yang kemarin memang terlalu rame warnanya hehe ....” Bu Mika menjelaskan pendapatnya.
“Ih, terima kasih loh Bu Mika sudah memuji rambut aku. Tadinya aku tidak percaya kalau warna yang sekarang akan disukai suami, tapi karena Bu Mika bilang bagus aku jadi percaya diri!” sembari duduk di sofa yang masih kosong.
“Oiya dilanjut Bu Shinta, jangan-jangan apa?” Bu Mika yang masih penasaran.
“Apa yang jangan-jangan?” Bu Mesya ikut bertanya penasaran.
“Iya apanya yang jangan-jangan?” Bu Jihan yang ikut bertanya.
“Maaf loh Bu Mesya kalau aku lancang, cuma karena pergaulan aku yang sangat luas. Dari berbagai kalangan jadi ... aku dengar-dengar kalau anak kita diusia hampir 30 tahun belum mengenalkan kekasih atau calon pasangannya, harus kita waspadai. Jangan-jangan ….?”
Wajah mereka saling mendekat satu sama lain. Meletakkan wajah mereka ditengah meja hidangan mereka, dengan bokong meninggalkan singgasananya.
“Jangan-jangan penyuka ….”
“APA?” serentak mereka terkejut.
"Cukup. Jangan diteruskan. Bu Shinta ini bikin gosip saja sih." Bu Mesya yang tidak ingin mendengar kelanjutannya.
“Bu Shinta mengada-ada tidak mungkin Raka-ku seperti itu, lagipula usianya baru 28 tahun, masih ada waktu 2 tahun untuk mencari pasangan,” Bu Mesya yang mencoba menahan emosinya.
“Bu Mesya jangan panik seperti itu, saya kan hanya menduga-duga .…”
“Oya, saya pamit dulu karena ada janji dengan dokter kulit.” Bu Mesya meninggalkan restoran itu dengan wajah sedikit geram.
“Loh koq Bu Mesya pergi, baru saja aku datang”, Sahut Bu Jihan dengan polosnya
Makan siang itu selesai sebelum benar-benar selesai.
***
Malam harinya Bu Mesya sedang menangis tersedu-sedu ketika suami tercintanya pulang
dari kantor. Melepas jas dan menaruh tas kerjanya diatas kursi kebesarannya, sang suami mencoba mendekati Bu Mesya yang masih menitikkan airmata.
“Sayang, ada apa koq tumben kamu menangis?” sahut suami yang memeluknya, mencoba mencaritahu apa yang membuatnya bersedih.
“Tidak apa-apa,” jawabnya sambil mengusap airmata.
“Kalau tidak apa-apa kenapa nangis?” bertanya manja sambil membantunya menghilangkan noda dari wajahnya.
“Pah, apa kamu melihat keanehan pada Raka?” Mesya yang mencoba perlahan mengutarakan pikirannya.
“Aneh bagaimana?” balasnya.
“Raka sampai sekarang belum mengenalkan kekasih atau calon istrinya, apa itu wajar?”
“Hahaha .…” tertawa kecil mendengar ucapan istrinya itu.
“Koq Papa ketawa memangnya Papa.
tidak kuatir?” sembari menyandarkan wajahnya dibahunya.
“Papa dulu menikah dengan Mama jugausia 33 tahun, sekarang anak kita baru 28 tahun. Tenang sajalah, nanti juga akan ada waktunya anak itu menikah. Lagipula memaksanya menikah bukan jalan keluar yang baik.” sembari melepas pakaiannya.
“Tapi Pah, waktu dulu Papa masih serumah dengan orangtua, kalau Raka sudah lima tahun tidak tinggal dengan kita,”
“Jadi Mama maunya bagaimana?”
“Mama juga tidak tahu. Apa Mama jodohkan saja Pah?”
“Papa tidak setuju.”
“Loh Papa koq langsung tidak setuju,
belum juga Mama kenalkan calonnya,”
“Ya sudah Mah, lebih baik kamu bicarakan dulu dengan Raka soal perjodohan ini. Papa mau mandi dulu,”
“Ih Papa lagi serius ditinggal mandi.”
Malam itu Bu Mesya tidak dapat tertidur dengan pulas, hanya karena memikirkan ucapan Bu Shinta, teman makan siangnya. Pikirannya terus berpaju dengan waktu untuk mengatur perjodohan. Seluruh daftar teman-teman yang dikenal baik dimasukkan ke dalam list yang memiliki anak perempuan berkriteria tinggi. Semuanya kebanyakan wanita berpendidikan.
Setelah hampir pagi seluruh daftar nama itu terbentuk dengan sempurna. Akhirnya Bu Mesya dapat tertidur karena sudah tidak ada yang berat didalam pikirannya.
Rencananya pagi ini Bu Mesya akan menghubungi teman-temannya itu untuk menanyakan tentang perjodohan itu.
"Semoga saja ada yang cocok dengan Raka!" dengan nada gembira.
Meletakkan buku telepon dan daftar nama teman-teman yang akan dihubunginya besok hari. Diatas meja kayu disebelah sisi kirinya dengan pulpen yang menahan diatasnya.
Membiarkan dirinya yang sangat letih untuk tertidur sejenak. Kesibukan membuatnya melupakan ucapan buruk mengenai puteranya. Tidak ada seorang Ibupun di dunia ini akan tenang sebelum anak-anak mereka memiliki kehidupan yang baik dan bahagia.
Akan kupastikan puteraku satu-satunya akan bahagia. lalu memejamkan mata. Tertidur hingga mentari menyambut pagi.
jangan lupa Like, Vote, Rate 5, Tambahkan ke favorit dan komen yang banyak ya 😊👍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Radin Zakiyah Musbich
up up up.... 🎉🎉🎉
ijin promo thor 🍿🍿🍿
jgn lupa mampir di novelku dg judul "AMBIVALENSI LOVE",
kisah cinta beda agama 🍿🍿🍿
jgn lupa tinggalkan like and comment ya 🍿❤️❤️❤️
2020-10-16
0
Ayoe Thek
coba baca dulu kayaknya bgus ceritanya..👍👍
2020-09-08
0
1stmutia
aku bawa jempol Thor....
salam manis dari rainbow aku benci om 🖤🖤🖤
2020-09-04
0