Perjalanan kembali ke kota selama lima jam, hari sudah semakin malam. Akan sampai sangat larut tiba dirumah nanti. Aku kuatir dengan jalanan yang cukup gelap, karena tidak ada tol
atapun jalan alternatif. Bahkan tidak ada mall atapun hotel yang bisa kami singgahi untuk melepas lelah. Hanya ada jalanan sempit satu jalur, jika tidak hati-hati maka akan celaka.
Aku sudah memperkirakannya tadi, seandainya kita pulang sore hari maka tidak akan pulang selarut ini. Tetapi apa yang terjadi memang tidak bisa diprediksi, bahkan Dara sebenarnya sudah memperingatiku bahwa akan kesulitan menghadapi keluarganya. Tetapi aku sudah melewatinya dan merasa senang karena mengetahui lebih banyak tentang Dara dan keluarganya.
Setengah perjalanan aku merasakan kantuk yang tidak tertahankan. Aku tidak bisa melanjutkan perjalanan ini. Akhirnya berhenti disebuah pom bensin yang cukup besar meskipun terlihat sangat sepi. ‘Seharusnya sebuah pom bensin tidak sesepi ini’. Mengisi bensin yang hampir habis dan menepi didekat sebuah mobil yang sedang menepi juga.
“Kita akan istirahat sebentar disini,” berkata padanya.
“Baiklah, kau istirahat dulu aku akan ke minimarket yang ada diujung sana. Kau mau sesuatu?”
“Air putih saja,”
“Oke.”
Aku berusaha merebahkan tubuhku yang letih dengan merendahkan jok hingga batasnya. Memejamkan mata yang sejak tadi ingin mengatup.
Aku membiarkan segalanya melerai lepas seperti gedung usang yang diledakkan hingga runtuh dengan cepat. “Deehhmm” terasa guncangan hantaman hingga membuat tubuhku terkejut.
Ada yang menahanku dari guncangan yang hebat itu dengan tubuh kecilnya. Melindungiku kedua kalinya dari getaran. Lalu aku mencium aroma yang khas darinya seperti wangi yang menggugah indera perasaku bangkit.
“Apa yang kamu lakukan?” terbangun dari mimpi dan melihat jemarinya yang berada didadaku.
“Seharusnya aku yang bertanya, kenapa dalam tidur kamu terkejut terus,”
“Benarkah? Aku tidak merasakan … lalu kenapa tangannya ada diatas dadaku?”
“Ya aku pernah melihat anak bayi yang baru lahir terguncang sepertimu ketika tidur, Ibunya melakukan hal yang sama, meletakkan tangannya diatas dadanya.”
“Oh … dan apa itu yang sedang kau makan, membuatku terbangun saja,”
“Aku kelaperan untung saja ada Mie Cup hehe....”
“Aku paling tidak suka ada yang makan didalam mobil, karena baunya akan menetap lama disini,”
“Oh, maafkan, aku akan makan diluar.”
“Jangan … ah ya sudahlah.…” dia sudah terlanjur keluar.
‘Dara keluar dan duduk diatas pinggiran taman dan melahapnya dengan nikmat’
Melihatnya dari dalam mobil dan tidak percaya bahwa perempuan ini akan kunikahi beberapa hari lagi. Aku melihat ada air putih dan cup berisi kopi. ‘mungkin kopi ini untukku’.
Aku keluar juga untuk menemaninya sambil meminum se\-cup kopi panas yang sangat cocok dengan udara sedingin ini.
“Sejak kapan kebiasaanmu harus memakan mie setiap malam?”
“Sejak aku mulai bekerja di kota. Aku harus mengirit agar bisa mengirim uang ke Ibu,”
“Kenapa mie?”
“Karena ini mudah, murah dan tidak pernah membosankan.” sembari menyeruputnya lagi.
“Hahaha”
‘Bagaimana aku akan menghadapi kebiasaannya ini’
“Kenapa kau bertanya tentang ini, apa kau keberatan?”
“Hmm, aku kuatir perutmu akan sakit,”
“Tidak, tenang saja.” menenggak kuah dari cup mie nya.
“Hahaha....” tertawa geli melihatnya.
“Kenapa tertawa? Belum pernah melihat orang makan mie cup?”
“Belum, baru kali ini,”
"Mungkin hanya aku teman yang miskin...."
Aku tidak membalas ucapannya, bingung untuk mengutarakannya. Ingin sekali mengatakan kalau kamu bukan teman, tapi sudah seperti keluarga.
“Oiya, maaf sudah membangunkanmu.”
“Tidak apa\-apa lagipula tadi aku bermimpi buruk,”
“Pantas, tubuhmu terkejut seperti itu.”
Tiba\-tiba lampu disekitar pom bensin mati semua. Kami memutuskan untuk masuk kedalam mobil. Dara sedikit ketakutan karena semuanya terlihat gelap, hanya cahaya dari mobilku saja yang menerangi sekeliling.
“Tok, tok, tok,”
‘Dara berteriak ketakutan’
“Jangan buka,” ucapku sambil mencegahnya melakukan itu.
“Tok, tok, tok,” suara ketukan itu sekarang terdengar disisi jendelaku.
‘Dara semakin ketakutan dan meraih tanganku’
“Tenang Dara jangan berteriak”
“JEDAAR”
‘Dara sangat ketakutan dan berteriak’
‘Aku terkejut sambil mencari suara itu berasal’
‘Matanya terpejam sambil memelukku’
Terdengar suara mesin yang ditarik tetapi belum menyala, ditariknya lagi dan akhirnya menyala. Sebuah generator dinyalakan dan kembali terlihat terang benderang.
“Dara sudah menyala buka matamu,”
“Tidak, aku takut tadi suara keras apa itu … terdengar dibelakang mobil.”
“Aku akan mengeceknya,”
“Jangan!” Dara membuka matanya dan menahanku untuk keluar.
Kami saling berpandangan sedekat ini, matanya yang memerah dan sayu karena lelah. Dan kulitnya yang memucat karena kedinginan dan aroma mie cup dari napasnya. ‘Oh Tuhan lugu sekali perempuan ini’.
Ingin rasanya aku memeluknya lebih lama, tetapi aku tersadar tidak boleh terlibat lebih dalam. Sebab, Dara hanya pengalih pikiranku untuk melupakan Shesa.
“Dara tidak apa\-apa, aku hanya kebelakang mobil,” sembari memberikan sebuah payung untuk dipegangnya.
“Jika ada yang mengancam, pukul dengan payung ini sekerasnya, oke?”
‘Dara hanya mengangguk dan menggeleng bersamaan’
Dara sangat ketakutan.
Aku keluar mencari suara dentuman yang berasal dari belakang mobil. Melihat sekeliling yang tidak ada siapapun.
“Oh Tuhan,” aku melihat badan samping mobil belakang sudah penyok karena hantaman keras benda tumpul.
Aku langsung masuk ke mobil dan segera pergi dari sana.
“Ada apa? Apa yang terjadi?” Dara penasaran.
“Tidak ada apa\-apa, sebaiknya kita melanjutkan perjalanan saja,”
‘Dara memeluk payung itu sejak tadi, berusaha menenangkan diri’
Aku melihatnya dan seakan melihat sekeliling tiada henti. Dara sekarang ini sangat ketakutan. ‘Aku melihatnya sangat ketakutan’
“Dara tenanglah tidak ada apa\-apa,”
“Apa kau yakin, sedangkan seseorang telah merusak mobilmu.” sembari celingak\-celinguk sejak tadi.
“Tidak apa\-apa tenanglah, aku janji tidak akan terjadi apa\-apa pada kita,”
“Baiklah, aku percaya padamu.”
Aku menyalakan musik agar dirinya merasa lebih baik.
“Sebaiknya ac nya dikecilkan juga,” pinta Dara.
Aku mengecilkan suhunya, dirinya kedinginan. Untung saja perutnya sudah terisi dengan se\-cup mi instan.
Dara tertidur dengan cepat. Aku melihatnya sangat lucu. Memandanginya yang pulas sambil memeluk payung. Aku tidak menyangka sejauh ini bersamanya.
“Barusan sangat sigap, terjaga melihat sekitar, eh sekarang tidur. Enak banget hidup lu hehe....” tertawa geli.
Aku masih mencari kemana takdir hati ini akan berlabuh. Mungkinkah aku menyukainya atau hanya merasa iba dan ikut bertanggung jawab atas kemalangan hidupnya. Aku tidak ingin terlibat lebih jauh, tetapi tidak bisa juga menjauh. Apa yang harus kulakukan padamu Dara. Bolehkah aku meninggalkanmu nanti ataukah harus berpisah sekarang?
"Tuhan, tolong aku." sembari menatap ke angkasa yang cerah.
Tiba\-tiba, terlihat guratan putih secepat kilat jatuh dilangit. "Dara, kamu melihatnya barusan?" dia masih pulas dalam mimpi.
Sepertinya aku melihat meteor jatuh dilangit.
Baca Yuk novelku. Kalau kalian suka jangan lupa beri dukungan yah.
Dukung "I Don't like She" dikontes #YouAreWriterS3. Mksh :)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Aldekha Depe
perlahan cinta itu akan datang
2020-05-18
0