Episode 10

Sesampainya disupermarket terbesar dikota ini. Supermarket yang berada didalam Mall

membuatku takjub. Aku belum pernah berkunjung kesini.

Aku menahan wajah terkesima.

Raka mengambil sebuah troli dan mendorongnya. Sedangkan aku diberinya catatan belanja. Aku sedikit bertanya-tanya apakah semua pria lajang seperti dirinya membuat catatan belanja juga.

“Hihihi .…”

“Kenapa ketawa?” sahutnya sambil mengambil beberapa yang ada dirak.

“Apa semua pria membuat catatan belanja sepertimu?”

“Kau meledek yah ....”

“Hahaha ... lucu banget!”

Lalu dari arah belakangku ada seseorang yang berdiri disana sejak lama. Aku menyadari dirinya sudah memperhatikan kami sejak tadi, tapi aku tidak menggubrisnya.

“Raka ....” wanita itu memanggil namanya.

Spontan Raka seperti mengenali suara itu dan menolehnya secara perlahan.

Aku melihat wanita yang sangat cantik dan menarik. Tatapannya sangat dalam memandang Raka, begitu juga dirinya melihat wanita itu.

 

Aku berada disituasi yang sangat canggung. Aku ingin pergi dari sini tetapi kakiku memaku, aku mencoba melangkah mundur ke rak dibelakangku dan berusaha fokus pada catatan belanjanya.

Wanita itu mendekatinya, namun tidak terlalu dekat. Seakan ada keengganan yang terpancar dari keduanya.

“Sudah lama tidak bertemu,”

“Belum lama baru dua minggu yang lalu .…”

Apa maksud Raka dengan dua minggu yang lalu pikirku.

“Ah, yah. Kupikir sudah selama itu. Apa kabarmu?”

“Yah kau bisa lihat sendiri keadaanku,” Raka sedikit acuh.

Ada seorang pria yang datang dari arah belakang wanita itu dan berbisik kepadanya. Pria yang cukup tinggi dan berwajah serius.

Aku melihat kehadiran pria itu membuat Raka semakin tidak nyaman.

“Kau sudah selesai sayang?” sahut pria itu yang terlihat seperti kekasihnya.

“Ah, ya. Aku sudah selesai disini ....” berlalu dan pergi tanpa ucapan pamit.

Aku melihat wajah Raka yang memerah, seperti menahan emosi. Belum pernah aku melihat wajahnya yang seperti itu, selama ini Raka orang yang sangat tenang. Tetapi saat ini pikirannya seperti kacau dalam sekejap.

Wanita itu tidak berucap apa-apa dan meninggalkan Raka seperti itu. Tidak ada kata-kata perpisahan. Tiba-tiba Raka berbalik dan meninggalkanku dengan cepat. Aku berusaha mengejarnya tetapi Raka semakin cepat. Aku tertinggal dengan kebingungan situasi yang tidak kumengerti ada apa sebenarnya.

Memanggil-manggil namanya, meneriakkan namanya. Percuma tidak ada respon. Raka meninggalkan tempat ini. Meninggalkanku sendiri. Raka melaju dengan kecepatan sangat cepat dengan mobilnya. Sekilas aku melihat wajahnya yang membara penuh emosi. Aku tidak habis pikir diriku yang ditinggalkannya begitu saja.

Mencoba menghubunginya terus menerus, telepon itu seperti sengaja tidak diangkatnya.

Akhirnya aku naik bis dari halte terdekat. Berjalan dari depan perumahan hingga sampai dirumah. Keadaan rumah sepi tidak ada mobilnya.

 

Aku tidak bisa masuk karena tidak punya kunci rumah. Aku menunggunya datang

diteras rumahnya.

Menunggu dan menunggu kepulangannya. Hingga pukul 22.00 Raka belum juga pulang, sedangkan udara diluar semakin dingin.

Titik-titik hujan mulai merebak. Rintik-rintik kecil yang membasahi taman dan jalan setapak mulai merata. Aku disini masih menunggunya pulang.

 

“Raka, ayo pulang,” sahutku sendirian.

 ***

Aku Belum Bisa Melupakannya

Akhirnya bar ini yang kupilih setelah tempat hiburan yang berhasil kuhindari terakhir kali. Aku tidak tahu harus pergi kemana untuk menenangkan diri. Hanya tempat ini yang tersisa dijam malam seperti sekarang. Dan teman yang memiliki waktu luang diantara para penjajak dunia menjadi orang paling beruntung, harus menghibur kesepianku.

Ketika semuanya sudah tertidur pulas, para pelayan itu harus mencari nafkah. Melayani kemalangan bahkan mentertawakan kemalangan itu. Termasuk aku.

“Raka, tumben kamu minum? Bisa kamu tenggak minuman itu?”

“Apple Juice,” sembari mengangkat gelas itu.

“Hahaha. Sudah kuduga.”

“Ussually Sir?”

“Yes,” jawab Eza kepada pelayan itu.

Memandang gelas yang masih terisi jus apel ini sambil memainkan pinggiran gelasnya. Tatapanku kosong mempertanyakan pikiranku yang kacau. Rasanya masih sakit melihat wajahnya tetapi tidak bisa kupandang kelamaan. Rasanya sangat pedih melihatnya dengan Pria lain yang begitu cepat kau menggantikanku.

“Say, kenapa hubungin malam-malam begini? Tumben,” seru Eza sambil memegang bahunya.

“Kangen, tidak boleh?”

“Hahaha. Raka … Raka.”

“Ayolah Za, hibur aku. Lagi suntuk nih,”

“Memangnya aku cowok panggilan, penghibur dikala kesepian hahaha ....”

Semakin tidak bisa berpikir. Rasanya semakin sakit. Airmata ini jatuh, kututupi dengan merunduk diatas kedua tanganku diatas meja bar itu. Pandanganku semakin gelap karena tertutup tetesan airmata.

“Obat patah hati cuma satu yaitu, waktu. Jadi menangislah sepuasnya karena diwaktu lukamu sudah sembuh, kau akan mentertawakan tangisanmu ini.”

“Sialan kau.”

“Hahaha ....” sembari menepuk-nepuk bahunya lagi.

***

Sudah pukul 01.00 dini hari aku menyudahi kekalutan ini.

“Za, terima kasih yah sudah nemenin,”

“Sama-sama. Besok-besok kalau aku patah hati, temenin yah.” melempar sunggingannya.

“Awas yah, dasar!.”

“Hahaha ....”

“Oiya Za. Terima kasih sudah bantu Dara, aku sangat berterima kasih.”

“Dara anaknya rajin koq, salam yah untuknya.”

“Sipp!”

Tiba-tiba teringat Dara yang aku tinggal disupermarket dan kunci rumah ada padaku. Aku langsung melesat dengan kecepatan tinggi agar segera sampai rumah.

 

"Astaga, Dara ... Za," secepat kilat masuk ke mobil dan meninggalkan Eza.

"Dara kenapa?" ucapannya terputus tanpa jawaban memuaskan.

Sudah pukul 02.30, mobil ini kulaju dengan kecepatan 150 km/jam. Aku khawatir dengan Dara. Apakah dia baik-baik saja. Kenapa aku bisa melupakannya begitu saja. Shesa membuat kehilangan akal.

Sesampainya dirumah aku melihat dari kaca depan tidak ada siapa-siapa diteras. Apakah Dara tidak pulang, atau jangan-jangan tidak ada ongkos untuk naik bis. Aku segera turun dari mobil dan membuka pintu.

Aku terkejut ternyata Dara berada disudut teras dengan mencoba menahan dinginnya udara diluar, apalagi tadi sepertinya turun hujan.

“Dara, aku sudah pulang, ayo masuk,” sembari membuka pintu rumah.

Dara tidak menjawabku.

“Dara, apa kau.…” memeriksa keadaannya.

Oh Tuhan Dahinya panas sekali, Dara demam.

Aku menggendongnya dan membaringkannya diranjang. Dara menggigil kedinginan, kuselimuti tubuhnya agar hangat. Wajahnya pucat dan bibirnya sangat kering, kuambilkan minuman hangat untuk membuat tenggorokannya lega.

“Maafkan aku Dara karena sudah meninggalkanmu disana,” aku yang merasa bersalah.

Mengompresnya dengan air hangat hingga terakhir kali sudah pagi, demamnya sudah turun. Pagi itu aku menelepon Eza untuk meminta izin Dara tidak bisa masuk kerja, tetapi tiba-tiba Dara keluar dari kamarnya dan sudah bersiap-siap untuk berangkat kerja.

“Dara kau mau kemana?” tukasku yang masih berbicara dengan Eza.

“Kerja.” balasnya dingin.

‘Raka menutup teleponnya’

“Tapi kau sedang sakit ....”

“Tidak bisa, aku harus bekerja ini hari keduaku, apa kata karyawan yang lain jika aku baru masuk sudah izin,”

“Baiklah, aku antar yah?”

“Tidak usah, aku bisa naik bis.” balasnya dengan nada ketus.

“Tapi kita searah,”

“Tidak usah, aku tidak mau ditinggalkan dijalan seperti kemarin." pungkasnya acuh.

Ucapannya membuatku semakin bersalah. Aku memang bersalah.

Mendengar ucapannya aku semakin merasa bersalah. Dara berjalan hingga ke halte bis sedangkan aku menjalankan mobil ini perlahan karena kuatir dengan keadaannya. Mengikutinya, terkesan tubuhnya masih lemah dan bergontai.

Aku melihatnya menunggu kedatangan bis, tubuhnya yang terlihat masih menggigil dan pagi ini belum sarapan. Setelah beberapa menit bis itu datang Dara menaikinya, aku harus merelakannya dan pergi kekantor.

Terpopuler

Comments

akun nonaktifkan

akun nonaktifkan

5 like dulu yaa(◍•ᴗ•◍)


Mampir karyaku ya likebacknya🥺

2020-07-23

1

Komeng🔥

Komeng🔥

di like 8 bab dulu, semangat terus kak 😊

2020-05-21

1

Aldekha Depe

Aldekha Depe

raka raka, gara gara shesa yg nyakitin bgtu bisa nglupain dara, uhh

2020-05-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!