Episode 14

 

Setelah tidak bisa tidur semalaman memikirkan undangan pernikahannya, aku harus bangun pagi-pagi untuk tiba dilokasi proyek. Hari ini cukup panas dan semakin panas karena dadaku terasa sesak.

Seperti ada yang mengiris-iris hati dan perasaanku. Rasanya ada yang perih dan ngilu disini, dijantung hati. Tetapi aku harus tetap fokus meskipun pikiran ini tetap terbagi. Membagi antara kenyataan dan kenangan yang selalu muncul kemanapun aku pergi.

Ingin rasanya bagian memori dikepala diangkat sebagian yang isinya tentang Shesa. Jika boleh begitu aku ingin saja menyerahkan semua kenangan tentangnya. Tetapi apakah debaran hatiku setelahnya akan berhenti berdebar meskipun ingatannya sudah hilang.

Aku rasa, hingga aku menutup usia debaran ini akan selalu ada karena Shesa pernah memenuhi seluruh ruang dihatiku.

Lalu, ditengah-tengah pekerjaan tidak disangka hari sudah semakin siang dan aku masih ditempat proyek bersama dengan tim lapangan. Ada sebuah panggilan diponsel yang tidak kuangkat.

Setelah beberapa jam sudah saatnya kami mencari tempat untuk makan siang yang tertunda, dilayar kulihat panggilan dari Dara sebanyak tiga kali. Ketika aku meneleponnya kembali nomernya tidak bisa dihubungi.

Mungkin bukan sesuatu yang penting.

Setelah itu aku pergi ke sebuah pusat perbelanjaan untuk mencari sesuatu seperti jaket atau sweater yang sering digunakan Dara. Aku telah membuatnya robek secara tidak sengaja ketika menariknya diarea parkiran.

Tanganku spontan menariknya karena ada mobil yang tiba-tiba melaju dengan kencang dari arahnya.

Memasuki sebuah butik dan aku melihat beberapa sweater dan jaket. Seorang pelayan menghampiri dan bertanya untuk kekasih, teman atau keluarga. Aku menjawab untuk teman wanita. Aku melihat gaun pendek yang sangat cantik jika dikenakan oleh Shesa. Rasanya akan sangat terlihat anggun padanya.

“Teman wanita anda pasti orang yang sangat cantik,” sahut pelayan itu.

Aku salah fokus.

Mencari sesuatu yang cocok untuk Dara.

“Ah, bisa carikan jaket atau sweater yang bisa dipakai sehari-hari. Tidak terlalu mencolok dan lebih sederhana,”

Pelayan itu memberikan dua pilihan yang paling ringan namun tetap manis untuk dipakai sehari-hari. Aku memilih cardigan berwarna cokelat muda disebelah kanannya yang mungkin akan terlihat manis dikenakan oleh Dara.

Meskipun aku tidak tahu dia akan suka atau tidak, tetapi aku berharap Dara menyukainya.

“Saya ambil yang itu,” lirihku.

“Sekalian gaun pendeknya,” pelayan itu merayu.

Setelah aku pikir-pikir aku juga akan membelikan sebuah gaun cantik yang tidak menyolok untuk Dara.

“Baiklah tapi jangan yang itu, tolong carikan yang lebih sederhana.”

“Bagaimana dengan yang ini, terusan selutut berwarna putih dengan payet khusus ditangan dan bawah rok yang senada,”

Seperti gaun pernikahan.

“Baik saya akan ambil juga.”

Setelah selesai membeli pakaian untuk Dara aku mencoba meneleponnya tetapi tidak bisa terhubung juga. Ponselnya mati.

Aku akan menjemputnya direstoran masih ada waktu.

Sesampainya disana, restoran sudah sepi dan Dara tidak ada. Aku mencoba menghubunginya lagi tetapi tetap sama. Akhirnya aku menuju rumah untuk pulang, mungkin Dara sudah tiba disana terlebih dulu.

Ketika masuk kedalam rumah terlihat sepi. Biasanya ketika aku membuka pintu tercium aroma mi instan yang menggugah selera. Itu yang kuingat darinya. Aroma mi instan.

 

“Dara, apa kau sudah pulang?” sahutku mengetuk pintu.

Aku membuka pintu itu dan Dara tidak ada disana. Tiba-tiba aku kuatir padanya, sudah pukul 19.00, dirinya belum sampai rumah.

“Kemana Dara?”

Memasuki mobil dan mencoba beberapa kali untuk menghubunginya lagi sebelum aku menyalakan mesinnya. "Nomer yang anda tuju tidak bisa dihubungi?".

Lalu teleponku berdering dan aku mengangkatnya.

“Dara kau dari mana saja, jam segini belum pulang,”

“Ini Mama, Raka. Bukan Dara”

“Oh. Maaf Mah Dara .…”

“Dara ada dirumah Mama, kau jemput kesini yah,”

“Apa? Iya Mah aku kesana.”

Sesampainya dirumah putih itu aku segera masuk kedalamnya. Membuka pintu utama dan menuju ruang makan, ketika memasukinya aku melihat Mama dan Papa yang sedang asyik makan malam dengannya. Sambil tertawa

dan becanda.

Aku terkejut mereka sudah seakrab itu. Aku melihat Dara yang sedang memakan mi instannya. Ternyata Mama dan Papa juga sedang melahap mi instan.

Virus mi instan Dara sudah merasuki orangtuaku.

“Kamu sudah datang Raka?” sambut Mama yang sedang melahap mi rebus.

“Kamu sehat Raka?” sahut Papa sambil menyeruput mi dengan nikmat.

Ada apa dengan wajah Papa.

Aku menghampiri meja makan itu dan duduk disebelah Dara.

“Kenapa tidak mengangkat panggilanku?” tanyaku berbisik.

“Apa? Handphoneku mati baterenya habis,” jawab Dara yang masih melahap mi itu dengan nikmat.

‘Wajahnya sangat bangga dengan mi rebus buatannya, padahal dia hanya membuatnya sesuatu petunjuk yang ada dibelakang bungkus’

Kemudian,

“Raka, mi rebus bikinan Dara enak loh. Kamu sudah pernah coba kan?”

“Belum Mah, Raka belum pernah karena sedang diet,” Dara menjawab.

Mama? Sejak kapan Dara memanggil Mamaku dengan Mama.

“Mah, jadi menculik Dara kesini hanya untuk menyiapkan mirebus untuk makan malam?” seru Raka memancing keingintahuannya.

“Bukan dong sayang. Mama kesini untuk menanyakan tanggal pernikahan kalian, karena Mama sudah membooking tempat, katring dan pakaian pengantin untuk bulan depan,”

“Tidak apa-apa kan Dara kalau Mama yang pilihin semua?”

“Ah, hehe .…” Dara yang tiba-tiba terdiam kebingungan.

“Sebenarnya ….” jawab Raka terputus.

“Sebenarnya … kita …bukan” Dara ingin memberitahukan sesuatu yang mengecewakan.

“Sebenarnya kita bukan ingin menikah bukan depan Mah” tukas Raka tiba-tiba.

"Glek ...." mi instan itu tersangkut ditenggorokan Dara.

“Jadi?” jelas Mama penasaran.

“Kita maunya minggu depan,” 'kupikir aku sudah gila, aku sudah gila'

“Hah?” Dara yang terbelalak tidak percaya.

“Iya, kita maunya minggu depan.” sahut Raka sambil meraih tangan Dara dengan spontan.

“Kamu serius kan Raka, Dara?”

Aku dan Dara saling memandang seakan ingin saling meyakinkan.

“Berita bagus ya Pah, anak kita akan menikah minggu depan,”

“Mama dan Papa setuju, ya kan Pah?” sahut Mama kepada Papa sangat gembira.

“Iya Papa setuju saja,”

“Mama akan urus semuanya sekarang.”

 ***

 

Menuruni tangga rumah putih itu, masih terdengar suara riang Mama dan Papa didalam rumah. Menghubungi koleganya yang bisa memberikan bantuan dengan cepat untuk menyiapkan sebuah pesta pernikahan seminggu kemudian. Dara membawa sekardus mi instan pemberian calon mertuanya dengan tergopoh-gopoh seakan itu membebaninya.

“Kenapa Tante memberikanku sekardus mi instan?”

“Kenapa kau memikirkan mi instan bukan pernikahan kita yang seminggu lagi,”

“Kalau itu aku yakin kau hanya menyenangkan orangtuamu,” melaju kearah mobil yang terparkir.

“Apa?”

“Tenang saja aku akan pergi sebelum itu terjadi.” sahut Dara sambil memasuki mobil.

“Kabur? Jadi kau pikir aku becanda?”

“Lalu kau pikir kita akan benar-benar menikah?” pungkas Dara.

“I-iya.”

“Kau sudah gila?” sahut Dara tidak percaya dengan ucapannya.

“Memang aku sudah gila. Dara sebaiknya kau tenang saja dan ikuti rencanaku untuk menikahimu?”

“Raka menikah itu bukan untuk main-main, apa kau mau selamanya hidup denganku?” tanya Dara yang memandang wajahnya.

Aku memandang wajahnya dan mencoba membayangkan hidup selamanya dengan perempuan ini.

Tiba-tiba aku tidak bisa membayangkan sedetikpun hidup menua dengannya. Mataku berkedip dengan kenyataan.

“Tidak, aku belum bisa membayangkannya,”

“Jadi kenapa kau berkata seperti itu kepada Tante?”

“Tadi didalam sebut Mama sekarang Tante,”

“Mamamu yang menyuruhku memanggilnya Mama, aku tidak enak menolaknya.”

“Pokoknya kita menikah sajalah, lagipula apa bedanya dengan sekarang? Kita hidup dalam satu rumah, bedanya seminggu lagi nama kita akan ada dicatatan negara, itu saja.”

Dara terdiam, tertunduk.

“Koq diam?”

“Apa kau tidak memikirkan jika nanti akan bertemu dengan seseorang yang kau cintai?”

"Aku tidak akan merasakan jatuh cinta lagi."

“Apa maksudmu?” sahutku.

“Yah kau pasti paham dengan maksudku,”

Apa yang dimaksudnya itu?.

“Nah, karena diantara kita sedang tidak membutuhkan cinta atau seseorang, kenapa kita tidak menikah saja. Lagipula menikah itu bagiku hanya selembar kertas seperti bisnis, ya perjanjian bisnis.”

“Oh Tuhan benarkah kau berpikir seperti itu tentang pernikahan?”

“Iya, kau harus menikahiku untuk membuatku sadar, menyakinkanku. Benarkah pernikahan lebih dari sebuah perjanjian?”

Aku harus menyakinkannya untuk menikahiku dengan cara apapun. Aku harus sudah menikah sebelum pernikahan Shesa.

“Baiklah, aku akan memikirkannya dulu,” sambung Dara.

“Jangan lama-lama, aku akan memberimu satu hari,”

"... lagipula kamu tidak lihat ekspresi Mama dan Papaku yang snagat gembira mendengar kita akan menikah terlebih mereka memakan mi instan buatanmu dengan lahap. Kamu tega merampas kebahagiaannya."

"Hehe ... mi instan premium, mi yang menjadi mahal karena dituang di atas keramik berdinding platimun. Tentu saja, ekspresi kebahagiaan itu menjadi sangat mahal untukku. Baru kali ini aku diperlakukan semewah itu." mata Dara yang menjadi berkaca-kaca mengenang malam ini.

Aku hampir membuatnya menangis.

Setelah itu aku teringat dengan sesuatu yang sudah kubeli untuknya. Aku mengambilnya di jok belakang dan memberikannya. Untuk mengalihkan kesedihannya.

“Apa ini?”

“Buka saja, itu sesuatu untuk menggantikan jaketmu yang kurobek,”

“Memang jaketku robek?”

“Ya ampun jaket sendiri tidak tahu keadaannya, coba kamu lihat kantung sebelah kirimu robek, masih saja dipakai.”

Dara mengecek kantong kirinya dan memang robek.

“Terima kasih hadiahnya, tapi seharusnya kau tidak perlu menggantinya. Aku akan membelinya dengan gajiku nanti,”

Dara hanya menaruh tas belanja itu disamping kakinya.

“Kau tidak akan mencobanya?”

“Aku akan mencobanya dirumah saja,”

“Aku tidak bisa melihatnya dong?”

“Kenapa kau ingin melihatnya?”

“Ya, kupikir itu cocok untukmu atau tidak.”

“Oh,” Dara sedikit tersipu malu.

 

Terpopuler

Comments

Aldekha Depe

Aldekha Depe

udahlah nikah aja toh pada jomblo ini

2020-05-18

0

Anggria Mawadati

Anggria Mawadati

Hmmm sweet bgt sih kalian☺

2020-05-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!