Episode 11

Mama Raka Menemuiku

 

Hari sudah semakin sore dan restoran ini hampir tutup, teleponku berdering. Aku pikir keluargaku menghubungi karena yang biasanya menelepon hanya Ibu, meminta kiriman uang. Aku terkejut karena nomer ini adalah “Mama Mertua”.

Teringat waktu aku membantunya didapur, beliau meminjam ponsel untuk menyimpan nomernya. Aku tidak menyangka beliau menamainya seperti itu.

“Halo, selamat sore Tante,”

“Dara, Mama mau ketemu kamu bisa?”

Aku mengatakan masih bekerja disebuah restoran. Mama bersikeras ingin menemuiku disini. Untungnya restoran sudah sepi dan hampir mau tutup. Kami duduk dibangku dengan jendela yang menghadap ke parkiran.

Aku menyediakannya secangkir teh chamomile kesukaannya.

“Raka kenapa mencarikanmu pekerjaan ditempat seperti ini sih? Mama tidak habis pikir,”

“Dara senang kog Tante disini,”

“Aduh Dara jangan panggil Tante dong, Mama saja. Sebentar lagi kan kamu jadi anak Mama juga,”

Aku hampir menyemburkan teh ini, untung saja aku bisa mengendalikannya.

“Dara jadi kapan Mama bisa bertemu dengan keluargamu, Mama dan Papamu masih ada kan?”

“Bapak sudah meninggal, dan Ibu dikampung bersama adik dan kakak.”

“Oh maaf Mama tidak tahu kalau kamu anak yatim,”

“Tidak apa-apa.”

“Jadi kamu sudah bicarakan dengan Raka kapan kalian menikah?”

“Mah, sebenarnya kalian sudah salah paham. Aku dan Raka tidak punya hubungan apa-apa .…”

“Mama tahu Dara, tetapi Mama tahu Raka seperti apa. Tidak mungkin Raka membiarkan seorang perempuan tinggal dirumahnya tanpa ada perasaan apa-apa,”

“Maksud Mama?”

“Beberapa hari ini Mama memikirkan ini dan Mama yakin kalian akan cocok bersama.”

“Mama mau terus terang padamu, kira-kira tiga bulan yang lalu Raka pernah dekat sekali dengan seorang wanita anak teman kenalan Mama, orangnya cantik, baik dan pintar. Mama pikir Raka juga mencintainya karena terlihat bahagia sekali. Sikapnya berubah jika bersama Shesa, lebih banyak tersenyum.” wajahnya ikut tersenyum ketika teringat waktu itu.

Jadi nama wanita di supermarket itu Shesa.

“Eh tiba-tiba kabarin Mama tidak mau berhubungan dengan Shesa lagi, alasannya karena tidak suka wanita. Mama syok dan kacau, kamu tahu kan Dara bagaimana rasanya diposisi Mama ....” sembari menepuk-nepuk dadanya.

“Raka tidak suka wanita?”, apa iya?.

“Eh ternyata bukan karena itu, tetapi karena dirimu Dara,” wajahnya kembali bersinar.

“Apa? Karena aku?” setengah tidak percaya.

“Jadi Dara, Mama sudah bicarakan dengan Papa untuk menikahkan kalian bulan depan, titik.”

“Apa?”

"Tapi Mah ...." ucapanku terputus.

“Iya, Mama tidak mau tahu. Mama yakin kamu orang yang tepat untuk Raka. Daripada kalian berbuat hal-hal yang memalukan lebih baik kalian cepat menikah,”

Aku tidak sanggup untuk membantahnya, biar Raka saja yang menjelaskannya.

Setelah selesai dengan pembicaraan kami, aku mengantarnya sampai keluar pintu restoran. Tiba\-tiba, Raka juga datang dari arah berlawanan.

“Mama kenapa ada disini?”

“Memangnya Mama tidak boleh menemui calon menantu Mama. Sudah yah Mama pulang dulu,” sembari berjalan menuju mobil dengan seorang supir yang menunggu.

“Kau dengar itu Dara?” sahutnya kepadaku.

Aku hanya mengacuhkannya dengan sikapku yang dingin.

Aku masih marah padanya yang meninggalkanku seperti barang tidak berharga. Meskipun aku bukan siapa-siapa tapi aku punya harga diri, aku manusia yang berhak dihargai.

Lalu aku keluar dengan tas ranselku dan menuju halte bis. Raka menarik tanganku dan mengarahkanku ke parkiran.

“Lepaskan aku,”

“Tidak akan.”

“Lepaskan,” kali ini dengan kekuatan.

“Kau masih marah padaku? Katakan yang jelas bukan menghindariku seperti ini.” serunya sambil mengikutiku dibelakang.

“Iya aku marah padamuu ....” aku berteriak.

“Aku minta maafff ....” membalas berteriak.

Aku memandangnya dan tidak bisa menahan geli. Wajahnya yang menyebalkan dengan senyumannya yang menawan.

‘Aku tersungging menahan geli’

“Kau tertawa, kau tidak marah lagi kan?”

“Masih.” sembari bersidekap.

“Sudahlah, maafkan aku yah, aku tersiksa melihatmu cemberut,”

“Biarin.”

“Ih nyebelin banget,”

“Weekkk ....”

“Awas yak!” Raka mengejarku diarea parkir.

Aku berlari menjauh dari kejarannya.

Kami seperti anak kecil yang sedang bermain ditaman yang luas. Hingga ada mobil yang tiba\-tiba melaju kencang. Raka menarikku kearahnya, kedalam pelukannya.

“Awasss ....” sambil memelukku.

Pelukan pertamaku dengan seorang pria. Mencium wangi parfum dari kemejanya dan sedikit bau keringat.

“Kecut,” sahutku spontan.

“Apa?”

“Bau kecut,” sahutku yang berlari kearah mobilnya, aku langsung masuk kedalam.

“Enak saja ....” Raka yang mencium baunya sendiri, ketiak kanan dan kiri.

Wajahku yang memerah menahan malu, berhasil kututupi. Aku tidak mau Raka tahu jika itu pelukan pertamaku dengan seorang laki\-laki.

 ***

The Blue Orchid. Pertemuan rutin persahabatan empat wanita paruh baya. Ibu Mika, Ibu Shinta, Bu Jihan dan aku sendiri Ibu Mesya.

Hanya dipertemuan ini kami bisa menggunakan nama gadis, karena setelah dirumah, dikantor kami akan dipanggil dengan nama depan suami masing-masing. Kala itu seperti biasa ada Ibu Shinta yang sangat ingin tahu dan suka mengulik kehidupan dan kebiasaan kami.

Sudah tiga tahun kami memulai pertemuan di restoran ini. Meskipun suami-suami kami memulai bisnis bersama lebih lama dari persahabatan kami. Sebenarnya aku tidak cocok dengan mereka tetapi untuk saling membangun koneksi dan mempererat ikatan kekeluargaan akhirnya kami sering melakukan makan siang ditempat ini.

Setelah pertemuan terakhir kali yang membuatku geram, akhirnya aku bisa datang memenuhi undangan Bu Shinta karena aku memiliki kabar baik. Raka akan segera menikah.

“Aduh sepertinya kita sudah lama ya tidak makan siang bersama, apa kita tidak ada kegiatan lagi begitu. Sesuatu yang seru,” Bu Shinta yang menyindirku.

“Seperti apa yang seru itu Bu Shinta?” sahut Bu Mika.

“Arisan yuk, kaya ibu-ibu muda sebelah kita tuh. Mereka artis-artis semua loh ....”

“Duh kalau arisan saya tidak tertarik Bu, lagipula untuk apa, saya tidak punya bisnis juga untuk memutarkan uangnya,”, sahutku yang merasa mengatur rumah tangga saja sudah merepotkan.

“Ya ampun Bu Mesya ini ketinggalan jaman deuh, arisan jaman sekarang bukan cuma uang saja, bisa dengan berlian, atau mobil mewah yak kan.”

“Hahaha. Saya juga kurang tertarik Bu Shinta, sudah tua mau menikmati hidup yang biasa saja,” Bu Mika memberikan alasannya.

“Iihii..Ibu\-ibu ini susah banget sih diajak majunya.” nada sedikit kesal.

“Pasti Bu Jihan setuju dengan usulan saya, kan?”

“Suamiku tidak suka jika aku mengoleksi barang-barang mahal ... maaf Bu Shinta.” Bu Jihan menolaknya juga.

“Pelit sekali suami Bu Jihan,” sahut Bu Shinta semakin kesal.

“Sudah, sebaiknya kita tidak mengubah kebiasaan, toh makan siang bersama juga menyenangkan. Setuju kan Ibu-ibu?” sahutku lagi.

“Setujuuu ....” sahut lainnya kompak.

Bu Shinta memberikan wajah keki dan tidak senang karena semuanya menolak keinginannya.

“Oiya, bagaimana kabar Cinta Bu, sudah isi belum?” sahutku untuk mengalihkan pembicaraan.

“Belum, sepertinya mereka ingin menunda kehamilan dulu. Mereka kan masih kuliah,”

“Oh, begitu .…” sahutku sambil mengangguk-angguk.

“Tapi Bu, jangan kelamaan nundanya nanti justru susah punya anak loh.” sahut Bu Shinta yang kembali dalam pembicaraan.

“Masa sih Bu Shinta seperti itu?” Bu Mika penasaran.

“Iya Bu, banyak koq kasusnya yang begitu. Tuhan bisa marah kalau menunda-nunda rejeki,” sembari memincingkan mata ke Bu Jihan.

‘Bu Jihan hanya merundukkan kepala karena sampai saat ini belum dikaruniai anak’

“Tapi mereka tidak menggunakan KB koq Bu, sistem tanggalan saja,”

“Tetep saja Bu, sebaiknya dinasehati anak-anak kita biar tidak menyalahi kodratnya. Lagipula Cinta kenapa meneruskan kuliah, suaminya anak menteri tinggal minta posisi saja.”

“Tidak seperti itu Bu Shinta, Cinta juga punya cita-cita dan Rangga juga punya jalan sendiri,”

 Menyadari Bu Jihan berubah tidak nyaman dalam percakapan tentang anak, aku mencoba untuk mengalihkannya.

“Sebaiknya kita doakan Cinta dan Rangga bisa mewujudkan mimpinya ya Bu Mika,” mencoba menyudahi pembicaraan itu.

“Aamiin terima kasih Bu Mesya doanya.”

“Saya juga doakan yang terbaik buat Cinta dan Rangga,” sahut Bu Shinta

 “Terima kasih Bu Shinta,”

“Oiya Bu Mesya bagaimana dengan Raka kabarnya? Sudah ada calonnya belum?”

“Ah, hahaha. Doakan saja Bu,”

“Jangan lama-lama begitu, sudah kepala tiga kan,”

“Iya-iya, Saya bocorkan saja. Rencananya bulan depan Raka akan menikah,”

“Ya ampun koq tidak ada kabar-kabar sih Bu Mesya, dadakan sekali.” sahut Bu Shinta.

“Selamat ya Bu Mesya, saya pasti datang bersama dengan suami,” sahut Bu Mika.

“Terima kasih loh Bu Mika atas supportnya,” balasku yang sedikit menyindir Bu Shinta

Tiba-tiba dari sudut mata Bu Jihan keluar airmata yang membuat kami terkejut.

“Ada apa Bu Jihan?” tanyaku yang mendadak tidak enak.

‘Apakah ada kata-kataku yang menyinggungnya’

“Iya koq nangis Bu Jihan, apa ada masalah?” seru Bu Shinta.

“Aku, aku juga mau hamil, mau punya anak ....” tangisannya pecah tersedu-sedu.

“Apa sudah periksa ke dokter?” tanya Bu Mika.

“Sudah dan hasilnya kami sehat dan baik-baik saja.”

“Lalu kenapa menangis?”

“Mendengar Bu Shinta mengatakan Tuhan marah karena sudah menunda-nunda aku jadi sedih, aku memang pernah menundanya karena saat itu aku belum siap,”

“Tuh kan bener apa kata-kataku .…” jelas Bu Shinta membenarkan kata-katanya.

‘Bu Jihan semakin menangis kencang hingga semua tamu ikut tercengang’

“Sssstttt ….” sahutku kepada Bu Shinta untuk tidak membuatnya bertambah parah.

Makan siang itu berakhir dengan perasaan tidak nyaman. Seperti itulah pertemuan kami, terkadang menyenangkan, menyebalkan dan menyedihkan. Persahabatan yang aneh, terkadang itu yang membuatku terheran-heran mengapa tetap saja kami melakukannya. Mungkin karena tidak ada lagi kegiatan yang bisa dilakukan.

Kami berempat tipe ibu-ibu rumahan, yang kesehariannya hanya mengurus rumah tangga. Bukan tipe sosialita kalangan atas yang banyak kegiatan diluar rumah.

 

Terpopuler

Comments

Agung Devi 07

Agung Devi 07

hai thor semangattt👍🏻
jangan lupa mampir "Memory of music"

Mari saling mendukung💕💕

2020-06-16

1

Dian A

Dian A

hallo kak, aku udah mampir ya.
jangan lupa feedbacknya

2020-06-06

1

Komeng🔥

Komeng🔥

baru bisa main lagi nih aku kesini 😭 jadi lupa awalnya gara-gara kelamaan gak baca😔

2020-05-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!