Hampir tiap malam laki-laki hidung belang itu memintaku untuk menemaninya bernyanyi.
Laki-laki beristri yang sangat menyebalkan, ini yang kesekian kalinya aku menolak permintaannya.
Namun, laki-laki itu tetap saja memintaku bukan pemandu karaoke lainnya. Aku tidak suka karena tangannya sangat jahil dan suka menggerayang kemana-mana. Sedangkan, aku harus menahan setiap perlakukan karena pemberian tip yang besar dari para laki-laki pencari kesenangan itu.
Tetapi baru kali ini aku menemui laki-laki seperti ini karena sikap kurang ajarnya. Biasanya kebanyakan mereka hanya ingin ditemani bernyanyi meskipun ada juga yang nakal, tetapi jika aku tegas mereka juga tidak berani lebih jauh. Berbeda dengan laki-laki yang satu ini semakin ditolak semakin berani. Dirinya tidak mau penolakan dari siapapun yang diinginkannya.
Laki-laki itu bernama Pak Sam, aku sering menyebutnya Pak Sampah. Seorang pengacara yang dekat dengan pejabat-pejabat. Biasanya mereka melakukan pertemuan-pertemuan untuk melakukan negosiasi ditempat ini, atau sekedar menjamu alias entertain para tamu dengan suguhan menarik.
Temanku Lusi Cecilia yang sering menemani para pejabat-pejabat itu. Lusi yang lebih suka dipanggil Cecilia itu sudah kawakan dibidangnya, namun aku tidak iri dengan penghasilan tip-nya selama sebulan bisa untuk membeli sebuah mobil.
Tetapi uang yang mudah didapat sepertinya juga mudah hilangnya. Uangnya dihabiskan untuk berfoya-foya memenuhi hasrat berbelanja dan kehidupan glamornya.
Sedangkan aku melakukan pekerjaan ini untuk membantu Ibu, Kakak laki-lakiku yang pengangguran dan adik perempuanku yang masih sekolah menengah pertama.
Aku selalu berusaha memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari, membayar kontrakan dan membayar sekolah adik.
Bahkan, uang yang kuberikan sering diambil oleh kakak untuk membeli minuman keras dan berjudi balapan. Aku sudah lelah menjadi tulang punggung keluarga. Padahal dipagi hari aku bekerja sebagai kasir disebuah kedai kopi.
Pun untuk membayar kamar kos-an dan untuk makan sehari-hari. Penghasilanku selalu saja habis dan terkadang melewatkan makan. Aku hanya makan sehari satu kali diwaktu malam agar
aku bisa tertidur pulas.
Aku tidak bisa tidur dengan perut kosong menahan lapar. Jika pagi dan siang tidak makan aku masih bisa menahannya dan sering memakan sisa-sisa pelanggan yang tidak habis dimakan.
***
“Dara. Kenapa kamu di room ini?” tanya pemilik karaoke ini agak kesal.
“Saya dari tadi.…”
“Pindah kamu kesebelah, dari tadi Pak Sam sudah membookingmu untuk tiga jam kedepan.”
“Tapi Pak Bimo, saya tidak suka dengan sikapnya.”
“Kamu mau berhenti kerja? Hah …? Mau mengatur saya lagi?”
“Tidak Pak.”
Aku masuk keruangan itu dengan senyuman nakalnya yang merasa puas ketika aku masuk keruangan itu. Aku mencoba menghela napas dan menahan kesabaranku. Aku berharap sikapnya berubah tidak memperlakukan wanita seperti barang murahan.
Pak Sam langsung menarik tanganku dan memberikan mikroponnya. Pak Sam memilihkan lagu kesukaannya dan aku mendendangkan untuknya.
Pak Sam mengelilingi sisiku dan melihat tubuhku dari bawah keatas. Aku merasa risih dan menjauh sedikit darinya. Namun Pak Sam meminum alkohol yang ada diatas meja sesuai dengan pesanannya.
Aku dipaksanya meminum dari gelasnya, aku menolak. Dan ditengah lagu yang sedang kunyanyikan Pak Sam memegang menyentuh punggungku dan mengelusnya hingga bokongku dipegangnya. Spontan aku menampar wajahnya dan berhenti bernyanyi.
Wajahnya yang merona kemerahan seakan murka dan melempar sisa minuman yang ada digelasnya kewajahku. Aku berteriak karena terkejut. Pak Sam melempar gelas itu ke dinding dan semuanya pecah berantakan.
Lalu, mencoba memelukku dan menciumku. Aku tidak akan membiarkannya melakukan itu. Menendang selangkangannya dan berlari keluar.
Wajahnya yang berteriak kesakitan membuat semua orang mendatanginya.
Pak Bimo mencoba menenangkan Pak Sam yang mengamuk dan menahan sakit. Aku keluar dari gedung itu dan mencoba menenangkan diri. Aku menangis dan meratapi hidupku yang hancur
ini. Harus merasakan penghinaan dan pelecehan seperti ini. Mencari uang untuk hidup saja kenapa sesulit ini padahal aku hanya ingin hidup bukan berkecukupan, hanya untuk hidup dari hari ke hari.
Aku menangis diatas undakan tangga depan pintu. Gelapnya pintu kaca itu seperti
hidupku yang suram. Hatiku yang lelah dan tubuhku yang melemah. Sampai kapan
harus kujalani kehidupan seperti ini, hanya demi hari-hari ku yang tak berarti.
“Dara. Apa yang sudah kamu lakukan? Saya tidak mau tahu, kamu harus meminta maaf
kepada Pak Sam,” pemilik karaoke yang marah.
“Tapi Pak, saya tidak salah. Pak Sam
yang mencoba melecehkan saya,”
“Dara. Kamu tau bekerja dimana? Itu
sudah resiko pekerjaan sebagai pemandu karaoke. Terima sajalah ... jangan sok suci!”
“Tidak Pak saya tidak bisa.”
“Sombong kamu!”
"Seharusnya kamu seperti Cecilia, sekarang hidupnya mewah. Tidak seperti kamu sok suci!"
Tiba-tiba Pak Sam keluar dari pintu
itu dan memukul wajahku hingga terjerembab ke jalan. Dirinya yang menunjuk-nunjuk diriku dengan angkuhnya. Memaki dan menghinaku dengan kata-kata kotornya, sebelum tendangannya melayang diperutku. Ada seseorang yang menahannya dan mendorongnya hingga hampir terjatuh.
Tubuhnya yang tergopoh karena dibawah pengaruh alkohol hampir saja terjerembab.
Aku yang berlindung dibalik kedua
lenganku yang menutupi wajah dan meringkuk ketakutan. Membuka mata dan melihat
sosok yang menyelamatkanku.
“Kurang ajar siapa kau?” Pak Sam yang semakin murka.
“Laki-laki bisanya memukul perempuan?”
“Apa kau bilang!” sembari melayangkan tinjunya kearah sosok penyelamat itu.
“Sudah Pak, jangan Pak sebaiknya kita kedalam saja,” sahut Pak Bimo merayu.
Pak Bim memberikan kode kepada keamanan agar membereskan masalah.
Lalu beberapa orang keamanan membantu Pak Sam yang dalam keadaan mabuk itu dibawa masuk kedalam.
“Mas, seharusnya jangan ikut campur
urusan saya, ini bisnis saya. Dan pemandu karaoke sialan ini sudah memukul
pelanggan saya, paham!”
“Oiya, kamu Dara mulai malam ini
kamu dipecat, jangan pernah minta bantuan lagi ke saya untuk mempekerjakanmu
disini! Dasar tidak tahu diuntung!”
Sosok penyelamat itu membantuku berdiri dan aku menolaknya. Aku bisa berdiri sendiri, aku masih mampu.
“Biar aku bangun sendiri, aku bisa.” sahutku yang mencoba berdiri dan membersihkan debu dirok mini ini.
Seorang keamanan muncul dari pintu dan memberikan tas dan kantong yang berisi baju ganti.
“Terima kasih atas pertolonganmu,
tapi aku tidak mau ada hutang. Aku janji aku akan membalas budi.”
“Apa kamu ingin kuantar pulang?”
“Tidak. Tidak perlu, kos-an. Maksudku rumahku dekat sini.”
“Baiklah.” sosok penyelamat itu pergi dengan mobilnya.
***
Dikediaman orangtuanya, dalam kamar Mama menangis lagi. Kali ini tangisannya tidak dapat terbendung, pecah dan nyaring seperti porselen yang terlempar akibat gempa. Semua pelayan tidak berani masuk kedalam namun kuatir dengan keadaan majikannya. Suara histeris yang memekikkan telinga semua pendengaran, hingga
Papa datang sepulang dari kantor.
“Ada apa?”
“Nyonya. Tuan, dari tadi menangis,”
“Sudah sana buatkan saya kopi dan juga segelas teh untuknya,”
“Baik Tuan.”
Papa melihat kedalam kamar yang sudah sangat berantakan keadaannya. Seperti kapal pecah yang porak poranda terjatuh diantara dua pegunungan Himalaya. Bantal dan guling yang entah berterbangan kemana, tubuhnya yang berada didalam selimut bersembunyi dari kekalutan hatinya.
“Ada apa lagi Mah? Bukannya kalian habis makan malam bersama dengan calon istrinya?”
Tangisan Mama semakin menjadi-jadi.
“Loh koq makin kencang nangisnya?”
“Apa sih Mah, Papa tidak bisa dengar kalau suaramu didalam selimut begitu,”
Mama membuka selimutnya.
“Raka memutuskan hubungan dengan Shesa dan bilang kalau dia tidak suka … tidak suka … tidak suka wanita….” masih meneruskan tangisannya.
Papa terhenyak dalam duduknya dipinggir ranjang itu. Hatinya ikut gusar mendengar pengakuan Raka dari mulut istrinya. Dalam hatinya tidak bisa percaya apa yang terjadi, pikirannya sekalut pikiran istrinya yang terluka.
Hanya saja Papa masih mencoba untuk menalarnya dengan logika dan rasa sayangnya kepada putera satu\-satunya yang dibesarkan dengan penuh kasih sayang.
“Sudah Mah, sudah yah, kita sudahi
dulu malam ini,” mencoba menenangkannya.
"Besok Papa akan tanyakan pada Raka ... sudah yah, kita tidur saja."
Berikan cinta untuk penulis agar bersemangat. Pencet Like, Vote, Rate 5, Tambahkan ke favorit kalian dan komen yg banyak ya😊👍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
enkan familla
agak sedikit berantakan kalinat2nya hmm
padahak certanya bagus
2020-09-11
0
Sugianti Bisri
semangat 💪💪💪
2020-08-03
0
Kadek
3 like n rate 5 mndarat kk
semngt ya
2020-07-20
1