Kecelakaan

Hari itu rencananya Pak Sobri dan Bu Mey mau melaporkan Felix pada Pak Lurah terlebih dahulu setelah itu mau ke Kantor Polisi.

"Ayo, Bu cepatan. Nanti Pak Lurahnya sudah berangkat ke kantor lagi" ucap Pak Sobri.

"Iya, sebentar pak. Ini sudah selesai pakai hijabnya"

Mereka pun bergegas keluar dari rumah, sedangkan sepasang mata terus mengawasi Pak Sobri dan Bu Mey.

"Kalian bersiap di tempat, buat seperti yang saya perintahkan"

"Siap Bos"

Angkot Pak Sobri sudah keluar dari rumah menuju ke rumahnya Pak Lurah. Ditengah perjalanan sebuah truk melaju kencang seperti ingin menabrak mereka dari arah depan.

"Paaakkk...aaawaaaassss" teriak Bu Mey

"Allahu Akbarrrrrrrr"

Pak Sobry membating stirnya ke arah pohon.

"Astagfirullahhhhhh" ucap Bu Mey dengan menutup matanya.

Ciiitttttttt..

Brakkkkkk.....

Angkot Pak Sobry menabrak pohon sedangkan truknya malah pergi meninggalkan mereka yang sedang tak berdaya.

Masyarakat sekitarnya yang mendengar seperti ada yang terjadi kecelakaan, langsung menuju tempat Pak Sobry dan Bu Mey terbaring lemah.

Pak Sobry pingsan dan terluka di bagian kepalanya darahnya mengucur dari pelipis, kakinya sempat terjepit di sela-sela rem dan keluar darah segar dari arah kakinya sedangkan Bu Mey terluka di bagian tangan dan kakinya akibat terbentur pinggiran mobil.

Akhirnya masyarakat setempat membawa mereka ke Rumah Sakit Harapan Bangsa.

Seseorang dari kejauhan tersenyum simpul, rencananya berhasil di lakukan dan sesuai keinginannya.

"Makanya jangan ikut campur dengan kehidupan orang lain, whahahahahaha" tawa Om Felix terdengar nyaring.

"Tunggu, kejutan berikutnya" Gumam Om Felix dengan seringai licik di wajahnya.

Dokter sibuk menangani Pak Sobry karena pendarahan hebat di kepalanya, sedangkan Bu Mey sudah di tangani para suster karena lukanya tidak begitu parah.

"Bos, sepertinya sang pria masih terbaring lemah" ucap seseorang dari jauh memberi kabar.

"Pantau terus, kabari jika orangnya sudah sadar"

"Oke, baik Bos"

Bu Mey menangis sambil menunggu Pak Sobry di tangani Dokter. Bu Mey berdo'a agar suaminya akan sadar dan tidak ada luka yang serius.

Perban di kepalanya sudah di balut, dan Dokter sudah keluar dari ruang UGD.

"Dokter, bagai_mana keadaan sua_mi sa_ya" ucap Bu Mey dengan isak tangisnya.

"Jika pasiennya cepat sadar, berarti tidak ada yang serius di kepalanya. Berdo'a saja Bu, semoga bapaknya cepat siuman"

"Aamiin, Dok. Terima kasih"

"Kita observasi dulu di UGD, jika sudah siuman dan tak ada yang serius nanti saya suruh suster pindah ke ruangan rawat inap"

"Baik, Dokter" ucap Bu Mey dengan perasaan leganya.

Perawat datang menghampiri Bu Mey dan meminta Bu Mey segera menyelesaikan administasinya.

Bu Mey segera menyelesaikan pendaftaran awalnya. Di tengah jalan menuju ke ruangan UGD, Bu Mey bertemu dengan Om Felix.

"whuhahahaha, semoga suaminya akan selamat ya" tawa Om Felix sambil menghampiri Bu Mey.

Seringai licik di wajah Om Felix mendekati bu Mey dan membisikkan sesuatu.

"Jangan pernah mencampuri urusanku, jika kamu tak ingin terjadi pada suamimu lagi"

"KAMU JAHAT FELIX, KAMU AKAN DAPAT GANJARANNYA NANTI" teriak Bu Mey sambil meneteskan air matanya.

"Sebelum aku dapat ganjarannya, kalian dulu yang akan mati jika kalian mau mengurusi kehidupan Talita, Camkan itu!!" tegas Om Felix dan segera meninggalkan Bu Mey terduduk lemas. Om Felix tak jadi menemui Pak Sobry, mendingan dia memperingatan Bu Mey.

Bu Mey mengusap air mata, tak ada gunanya menyesalinya. Keinginannya membantu Talita terpaksa harus di urungkan, dia tak ingin mengambil resiko. Apalagi sekarang Bu Mey tidak tau bagaimana kondisi suaminya sekarang, sampai saat ini Pak Sobry belum juga siuman entah berapa lama Pak Sobry akan sadar.

Bu Mey menunggu di depan UGD, belum ada tanda-tanda Pak Sobry akan sadar. Padahal sudah 5 jam lamanya tapi Pak Sobry belum siuman juga.

Dokter memeriksa keadaan Pak Sobry, ternyata masa kritisnya sudah terlewat. Dokter bersyukur tidak ada kondisi parah, hanya saja Pak Sobry belum siuman karena efek obat saja.

Dokter keluar ruangan UGD dan menemui Bu Mey.

"Dokter, bagaimana keadaan suami saya"

"Jangan khawatir bu, suami Ibu sudah melewati masa kritisnya. Hanya menunggu sadar saja. Saya akan berikan rekomendasi agar suami Ibu di pindahkan ke rawat inap malam ini juga"

"Trima kasih dokter"

"Sama-sama Bu" ucap dokter.

Dokter melangkah menuju ruangannya untuk memberikan rekomendasi pada suster agar Pak Sobry sudah bisa di pindahkan ke rawat inap.

"Trima kasih Ya Allah" Batin Bu Mey menatap suaminya yang terbaring lemah.

***

Kabar Pak Sobry kecelakaan sudah terdengar sampai di telinga Talita. Om Felix datang memperingatkan Talita agar tidak menceritakan pada siapapun agar kejadian Pak Sobry terulang lagi.

"Aku Ingatkan sekali lagi!! jika kamu tetap mau menceritakan kepada orang lain. Maka kejadian yang sama akan terulang lagi bahkan akan lebih parah!!! Kau dengar!!!" tegas Om Felix sambil menarik rambut Talita.

Talita hanya meringis kesakitan, serasa rambutnya akan terlepas dari kulit kepalanya.

"Awww, Ba--ik Om,hikzss"

"Bagus, siapkan malam ini kamu harus melayaniku lagi" ucap Om Felix sambil menepuk pipi Talita dan melepaskan jam*bak rambutnya dengan kasar.

Begitulah kehidupan Talita setiap malam harus melayani Om Felix, mau Talita sakit atau tidak Om Felix tak perduli bahkan tak mau tau. Baginya yang terpenting keinginannya tercapai.

****

Pak Sobry sekarang mengalami kelumpuhan akibat urat yang ada di kakinya sempat terjepit di sela-sela rem kaki angkotnya.

Tapi Dokter mengatakan hanya sementara saja, asal mau terapi pasti akan bisa berjalan lagi.

Bu Mey mau tak mau harus merelakan angkotnya di jual untuk pengobatan Pak Sobry. Bagi Bu Mey tak mengapa di jual lagi, nanti setelah Pak Sobry pulih maka mereka bisa membeli angkot bekas atau mencari pekerjaan lain.

Talita sangat sedih melihat Pak Sobry yang pulang masih Menggunakan kursi roda.

"Bu, maafkan Talita. Jika saja ibu tak pergi melaporkan Om Felix pasti Pak Sobry masih baik-baik saja"

"Ibu yang minta maaf nak, maafkan ibu tak bisa membantumu"

"Talita tidak apa-apa bu, Talita hanya sedih melihat Pak Sobry yang sakit__hikss" Talita terisak mengingat kebaikan Pak Sobry padanya.

Bu Mey memeluk Talita erat, dia tau Talita pasti merasa bersalah.

"Jangan khawatir nak. Do'akan Pak Sobry akan pulih seperti sediakala. Kamu yang sabar ya"

Talita hanya menangis dan menganggukkan kepalanya. Talita sudah pasrah akan kehidupannya. Yang terpenting Ibunya juga akan pulih lagi. Sejak kejadian pagi itu Bu Anna bagai boneka hidup.

Bu Anna tak bisa makan bahkan hanya bisa minum saja. Perlahan-lahan badannya kurus kering seiring waktu.

Talita hanya berharap ada keajaiban dari sang khalik. Ibunya terbaring lemah dengan penyesalan begitu dalam bahkan setiap malam ketika Talita sudah tidur pasti Ibunya akan terbangun dan menitikkan air mata sampai matanya akan tertutup kembali.

Saat ini Talita bersyukur bibit yang di tanam sudah berbuah manis dengan tumbuh subur bahkan sudah terlihat tomat dan cabainya sudah mulai berbuah. Hanya itu harapannya Talita agar bisa mendapatkan uang untuk berobat ibunya nanti. Jika Ibunya sembuh dia akan membawa Ibunya jauh dari Om Felix. Itulah keinginan Talita.

TBC.....

Terpopuler

Comments

⸙ᵍᵏ 𝓓𝓲𝓲 𝓮𝓲𝓶𝓾𝓽

⸙ᵍᵏ 𝓓𝓲𝓲 𝓮𝓲𝓶𝓾𝓽

jahat bnr om felix semoga dpt azab besar

2022-04-30

1

🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠

🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠

serba salah posisi Talita
si om enak BNR tuh dpt yg gratisan
kuy lawan ta jgn lemah kamu pasti bisa

2022-04-28

0

fahira

fahira

lanjut author

2021-12-30

3

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!