Kedatangan Pak Subono

Tampak Talita sedang memindahkan bibit cabai dari polybag ke kebun di samping rumahnya.

Setelah merawat Ibunya sampai selesai minum obat, Talita segera berkebun lagi.

"Assalamu'alaikum" terdengar nyaring suara Bapak paruh baya.

Talita segera menghentikan pekerjaannya, dan menuju ke rumahnya. Terlihat Pak Subono wali kelas 10 Talita berada di depan rumahnya.

Ada rasa tak enak hati pasalnya Talita tidak memberi kabar sakit, izin walau melalui temannya Talita.

Bagaimana mau kasih kabar sedangkan teman-temannya Talita rumahnya berjauhan dengannya.

"Waalaikum'salam, Pak Guru. silahkan masuk Pak" ucap Talita mempersilahkan Pak Gurunya duduk walau tempat duduknya tak layak disebut tempat duduk. karena hanya bangku panjang yang tanpa ada sandarannya.

"Duduk dulu, Pak. Talita buatkan minum dulu"

"Tak perlu repot-repot nak, bapak hanya mau kesini mau menjenguk ibumu. Bapak dengar di tetanggamu jika Ibumu sakit"

Talita menundukkan wajahnya, air matanya mulai menggenang di pelupuk matanya.

"Benar Pak, Maaf Talita tidak minta izin atau kirim surat ke sekolah. Bukan Talita tidak ingin sekolah Pak_" seketika air mata Talita luruh juga.

Keinginan besarnya untuk sekolah harus dikubur dalam-dalam.

"Ibuku _ Ibuku lebih membutuhkanku Pak Guru_ hiks"

Berat rasanya Talita bercerita ingin berhenti bersekolah, jika saja suami Ibunya mau bertanggung jawab merawat Ibunya pasti dia masih bisa bersekolah.

"Talita memutuskan_ _ memutuskan berhenti bersekolah Pak Guru.. hiks" sedih rasanya memgambil keputusan ini. Tapi mau tidak mau harus dilakukan Talita demi kebaikan dan kasih sayangnya kepada Ibunya .

Pak Subono hanya memberi kekuatan dengan menepuk bahu Talita.

"Sabar, nak. Bapak mengerti, untuk itu bapak datang ke rumahmu"

Ternyata pembicaraan Pak Guru dan Talita di dengar Ibu Anna, seketika air mata Ibunya Talita juga menetes.

"a _ a _ u _ i _ u _ in _ ta _ a _ af a _ na _ i _ u _ a _ _ u_ pu _ us _ se _ o _ lah"(anakku, ibu minta maaf. Karena ibu, kamu putus sekolah) tersayat hati ibunya dengan keputusan anaknya begitu mulia.

Talita mendengar Ibunya bersuara segera melangkahkan kakinya ke dalam kamar ibunya dan tak lupa dia langsung mengusap air matanya agar ibunya tak akan sedih.

"Ibu,_ ibu_ " Talita mendekap ibunya.

Talita tau pasti ibunya sedih dengan keadaan mereka sekarang ini tapi ia ingin menguatkan ibunya.

Talita melepas Dekapannya dan berkata

"Jangan menangis, bu_ Ita tidak masalah" ucap talita dengan menggelengkan kepala

"Mau sekolah atau pun tidak, merawat ibu sudah tanggung jawab Ita selaku anaknya Ibu. Ita mohon bu_ ibu jangan menyalahkan diri Ibu. Ini sudah jalan Takdirnya kita. kita tak boleh menyesalinya"

Talita ingin Ibunya tidak menangis dan menyalahkan dirinya lagi karena kondisi mereka sekarang ini bukan salah siapapun termasuk Ibunya.

Kondisi sekarang ini jalan takdir dari Allah SWT yang menguji keimanannya dan jika manusia yang di beri cobaan bisa melewatinya maka Allah SWT akan mengangkat derajat mereka.

Tak lama Pak Subono melangkah masuk ke dalam kamar yang di tempati Ibunya Talita.

"Assalamu'alaikum, Bu. Perkenalkan saya Pak Guru wali kelasnya Talita, nama saya Pak Subono_" ucap Pak Subono sambil menangkup kedua tangannya di depan dadanya kemudian menurunkan tangannya lagi.

"Saya ke sini hanya ingin melihat keadaan Ibu dan Talita, dan kebetulan ada sedikit rezeki. Sumbangan antar Murid dan Guru untuk Talita. Kami sudah mendengar keadaan Ibunya Talita yang sedang sakit. Untuk itu kami semua Guru yang di sekolah Talita berinisiatif memberi sedikit sumbangan. Semoga bisa bermanfaat nantinya. Mengenai Talita yang berhenti sekolah, kami serahkan pada diri Talita saja karena bagaimana pun yang menjalani Talita sendiri" lanjut Pak Subono lagi.

Pak Subono menyerahkan amplop kepada Talita.

"Jangan di tolak, nak. Kami semua ikhlas membantu kamu"

"Terima kasih pak, dan katakan pada semua yang menyumbang rasa terima kasih saya yang sebesar-besarnya. Saya tak bisa membalasnya, semoga Allah membalas budi baik mereka"

"Aamiin, baiklah nak. Bapak pergi dulu, bapak harap kamu bisa tabah dan sabar merawat ibumu_ Ibu Anna saya permisi dulu. Assalamu'alaikum" Ucap Pak Subono

"Waalaikum'salam" jawab Talita.

Pak Subono meninggalkan rumah Talita.

Setelah kepergian wali kelasnya Talita, Talita segera membuka Amplop yang di berikan Pak Subono di depan Ibunya.

"Alhamdulillah, Bu. Talita mendapat sumbangan 1jt. uang ini akan Talita gunakan untuk kebutuhan kita sehari-hari"

Talita mendekap amplop itu dan wajah senyum cerah merekah terlihat di wajah Talita. Setidaknya ada yang bisa digunakan untuk bertahan, membeli obat untuk Ibunya walau suami Ibunya tak kunjung pulang.

Ibunya Talita juga tersenyum tapi dalam hatinya sangat sedih, disaat anak seusia Talita belajar tapi Talita hanya bisa bekerja di kebun dan merawatnya saja.

Seandainya kejadian siang itu tidak terjadi pasti Talita sekarang masih bisa sekolah atau sekedar bermain dengan teman-temannya.

Dalam hati Ibunya dialah yang secara sengaja yang langsung menghancurkan kehidupan Talita sehingga Talita menjadi seperti ini.

Talita yang melihat Ibunya murung, dia tau jika Ibunya pasti masih sedih juga. Mengingat Talita yang tidak sekolah.

"Bu, ita ini seorang wanita. mau ita lulus sekolah atau tidak?! ita tetap akan bekerja di dapur. Mungkin_ belum saatnya Ita sekolah. Jika ibu nanti sembuh, Ita janji akan melanjutkan sekolah lagi. Jadi Ita harap ibu tidak akan sedih lagi. bukankah Ilmu itu tak mengenal batasan umur?? ya kan bu" ujar Ita menyakinkan ibunya.

Ibunya hanya mengangguk lemah mengiyakan ucapan Talita.

"Bu, Ita lanjut kerja dulu ya. Ini Amplopnya Ibu simpan saja"

Talita menaruh Amplop dibawah karpet tempat tidur Ibunya.

"i _ a _ nak"(Iya, nak) jawab ibunya dengan lirih.

Talita segera mencium dahi Ibunya dan melangkah ke ladang untuk melanjutkan memindahkan bibit cabai yang ada di samping rumahnya ke ladang yang akan di garapnya.

Dengan telaten dan hati-hati Talita memindahkan bibit cabai jangan sampai bibitnya rusak.

Beberapa lama kemudian azan dzuhur t'lah berkumandang. Talita menghentikan kegiatannya. Bagi Talita panggilan Allah lebih penting dari segalanya.

Talita membersihkan badannya walau nanti selesai sholat dia akan melanjutkan pekerjaannya lagi.

Setelah selesai sholat segera Talita memberi makan Ibunya, nanti setelah menyuapi Ibunya dan meminumkan obat dia akan melanjutkan pekerjaannya lagi.

Talita menyuapi Ibunya seperti biasa dengan perlahan-lahan, Talita begitu telaten menyuapi ibunya. sesekali Talita bercerita agar Ibunya lebih semangat untuk sembuh.

Talita bercerita jika Ibunya sembuh, dia akan melanjutkan cita-citanya menjadi Guru. Keinginan itu sudah sejak lama di cita-citakan, baginya seorang guru merupakan tugas mulia yang tampa pamrih rela membagi ilmu untuk anak didiknya.

Ibunya pun mendengarkam dengan sesekali mengangguk tanda setuju dengan keinginan Talita. Keinginan Ibunya pun sangat besar. mulai sekarang, dia tak akan menyusahkan Talita dengan menolak meminum obatnya.

Setelah Ibunya selesai makan, segera Talita meminumkan obatnya. Talita melihat obat ibunya sudah tinggal hari ini. berarti besok dia akan pergi membeli obatnya lagi.

Talita bersyukur hari ini mendapat sumbangan dari sekolahnya, sehingga dia dapat membeli obat Ibunya lagi.

Setelah memberi minum ibunya, Talita melanjutkan pekerjaannya berkebun lagi.

TBC...

Terpopuler

Comments

fatiya

fatiya

berat mnjadi talita

2022-05-10

0

🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠

🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠

Alhamdulillah ada aja rezekinya
smoga ga keendus sama om Felix

2022-04-27

1

Yuniki E𝆯⃟🚀

Yuniki E𝆯⃟🚀

Keputusan yg berat harus diambil oleh Talita. antara sekolah dan berbakti tapi ibunya lebih membutuhkan Talita sedangkan suami barunya nggk peduli sama sekali😭😭

2022-04-21

4

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!