Hari ini Talita sedang duduk di depan rumahnya dengan gelisah, dia mulai ragu. Apa benar Pak Fadly akan memberikan bibit untuk dia bercocok tanam atau tidak.
Sudah sejam lamanya tapi yang di tunggu belum datang juga. Talita harap-harap cemas, harapannya untuk bekerja membantu Ibunya apa akan tercapai?!.
Talita masuk ke dalam rumah lagi, Ibunya sudah bangun sedari tadi, sudah sarapan bahkan Talita sudah membasuhi badan Ibunya seperti yang selalu di lakukan. Ia ingin Ibunya mandi tapi tak ada yang bisa menggendong Ibunya. Untuk itu Talita hanya membasuhi badan Ibunya dengan air hangat.
"Bu, Talita cemas bu. Apa Pak Fadly dan Bu Nony menepati janji mereka?"
"A_ u_ a_ bal_ a_ ja"(kamu sabar saja) Ucap Ibunya melihat anaknya gelisah.
Talita hanya menggangguk, Talita melirik jam dinding sudah menunjukkan pukul 10 pagi.
Talita berdiri lagi menuju ruang tamu dan berjalan mondar mandir. Mungkin Pak Fadly ada kendala di jalanan itu pikirannya Talita. Akhirnya Talita hanya duduk saja sambil melihat ke depan siapa tau Pak Fadly atau Bu Nony sudah datang.
Setengah jam kemudian.
"Asssalamu'alaikum" seorang wanita paruh baya mengucapkan salam.
"Waalaikum'salam, masuk Bi Ratih" senyum Talita mengembang.
Terlihat sebuah pick up terparkir di depan rumah Talita. Tanpa sadar air mata Talita menggenang di sudut matanya. Bersyukur pada Allah Pak Fadly dan Bu Nony menepati janji mereka.
Talita langsung menghapus air matanya yang menetes di pipinya. Segera melihat dan mendekati Bi Ratih. Tanpa sadar Talita memeluk Bi Ratih.
"Trima kasih Bi, Bibi sudah datang. Ucapkan rasa terima kasih saya dan ibu kepada pak Fadly sekeluarga semoga Allah selalu memberikan rezeki berlimpah untuknya" ucap Talita di sela isakan bahagianya.
"Aamiin, iya nak nanti Bibi akan sampaikan" Bi Ratih berkata sambil mengusap ujung kepala Talita.
Bi Ratih terenyuh hatinya seorang anak umur 16 tahun harus berjuang merawat ibunya dan bekerja di ladang. Siapa yang tidak akan tersentuh hatinya.
"Ayo, nak. Kita liat bibit yang akan kamu tanam nanti" ujar Bi Ratih dan mengajak Talita ke depan melihat mobil pick up.
Tanpa sadar Talita segera berlari menuju ke depan mobil. Bi Ratih yang melihatnya hanya tersenyum, walau bagaimana pun Talita hanyalah seorang anak remaja yang senang akan sesuatu hal yang baru.
"Ada 300 pohon dulu bibit cabainya dan 200 pohon bibit tomatnya. Jika memang kamu berhasil merawat dan sudah panen, kata Pak Fadly dia akan menambah bibit lagi" Bi Ratih menjelaskan.
"Berarti semua ada 500 bibit, ya Bi?" tanya Talita menyakinkan.
"benar nak, kamu bisa belajar di yuotube jika ingin mempelajari cara merawat cabai"
"Tidak bi, saya tak punya hp" ucap Talita dengan sedih
"Tapi alhamdulillah saya meminjam buku di perpustakaan. Buku tentang cara mengolah bibit cabai dan bibit tomat. In Syaa Allah saya akan telaten merawat bibit ini bi" lanjut Talita
"baiklah, saya akan membantu kamu menurunkan bibit dari atas mobil"
Mereka pun segera menurunkan bibit cabai dan bibit tomat yang ada di polybag. Satu persatu bibit sudah di turunkan dan diletakkan di samping rumah Talita.
"Bismillah, Ya Allah, ridhoi langkahku dalam merawat bibit ini. bimbing aku Tuhan" Batin Talita sambil meletakkan bibit disamping rumahnya.
Akhirnya pekerjaan mereka selesai juga. Bi Ratih sebelum pamit pulang, Bi Ratih menengok Ibunya Talita yang sedang sakit.
"Bu Kusuma, saya do'akan cepat sembuh ya?!"
Ibu Anna hanya mengangguk lemah.
Bi Ratih segera pamit pada Talita dan ibunya. Tak lupa ucapan terima kasih yang bertubi-tubi diucapkan Talita kepada Bi Ratih yang sudah membantunya. Bi Ratih pun hanya mengiyakan karena memang sudah tugasnya.
Setelah Bi Ratih pergi, Talita Segera memindahkan bibit di cabai yang ada di polybag.
Sambil melihat buku yang sudah di pinjamnya,Talita mulai mempersiapkan ladang dengan campuran tanah dan pupuk kandang.Talita menggunakan perbandingan 1:1 , lalu Talita menambahkan pupuk kompos daun dan arang kayu yang sudah dihaluskan kemarin dengan persiapan yang matang.
Kemudian Talita mencampur semua bahan hingga merata. setelah itu ia mencabut bibit cabai rawit perlahan agar tidak merusak akar.semua dilakukan dengan telaten dan satu persatu. Kecuali bibit tomatnya dibiarkan di polybag dulu nanti setelah sebulan akan dipindahkan.
Talita berharap 3 bulan ke depan bibit cabai akan tumbuh dengan subur dan siap panen.
Masih ada Separuh yang belum di pindahkan, hari sudah hampir malam. Talita menghentikan kegiatannya, tak mungkin dia menyelesaikan semuanya. Apalagi tadi siang, Talita hanya beristrahat pada saat makan siang dan menyuapi ibunya sehingga kegiatannya tertunda. Talita hanya berharap besok semuanya sudah selesai di pindahkan di ladang.
Talita segera membersihkan badannya, sehari bekerja membuat tubuhnya begitu lelah. Dipandangnya wajah Ibunya, seketika senyum semangat berkembang dibibir Talita. Ibunya tampak nyaman tidur.
Talita bersyukur Ibunya sudah nampak lebih baik. Dilihatnya obat ibunya sudah hampir habis, Talita hanya menghela nafas dengan perlahan-lahan berharap kehidupannya akan lebih baik setelah di beri kesempatan pak Fadly untuk merawat bibit cabai dan bibit tomat.
Talita berbaring di samping ibunya. Kekuatan satu-satunya hanya kepada ibunya. Talita mencium dahi Ibunya dengan lembut agar ibunya tak terbangun.
Tesss....
Air matanya Talita menetes, air mata bahagia karena hari ini kehidupannya akan lebih baik bersama Ibunya. Tanpa sosok Ayah atau suami Ibunya, Talita bersyukur Allah masih memberi kehidupan pada Ibunya. Talita segera menghapus air matanya, agar ibunya tak sampai melihatnya.
Om Felix sampai saat ini tak kunjung pulang ke rumahnya, Talita tidak memusingkan atau tidak peduli lagi.
Jika Om Felix akan pulang dan memberi uang untuk kebutuhan sehari-hari, Talita akan mengambilnya. Jika tidak juga pulang, biarlah dia hidup dengan Ibunya saja tanpa ada gangguan.
"i_u_en_ ing"(Ibu ken*cing) ucap Ibunya.
Talita kaget dan segera melihat keadaan ibunya. benar saja tampak sesuatu merembes di pakaian Ibunya.
Talita segera mengganti pakaian ibunya yang basah,beruntung kasurnya di alasi karpet anti merembes jdi tak basah sampai ke kasur.
Dengan sabar dan telaten Talita mulai membasuh badan dan mengganti pakaiannya Ibunya. Sebenarnya bisa saja Talita memberi Diapers untuk ibunya tapi uang yang di beri Pak Sobri hanya cukup untuk makan sehari-hari mereka.
Dan lagi, selagi Talita masih bisa mencuci pakaian Ibunya, lebih baik di belikan karpet anti merembes saja agar kasur tak basah.
Setelah membasuh dan mengganti pakaian Ibunya,Talita segera membersihkan bekas pakaian yang basah dan di bawa ke belakang dapur agar besok pagi Talita akan mencucinya.
Talita pun segera Tidur disamping ibunya, berharap besok hari yang cerah akan datang seperti hari ini.
Tubuhnya lelah sehingga tak sampai 5 menit Talita sudah berada di alam mimpi bersama Ibunya. Pelukan hangat Talita kepada Ibunya Menambah kenyamanan Tidur Talita.
TBC....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
fatiya
suka dgn sosok talita
2022-05-10
0
⸙ᵍᵏ 𝓓𝓲𝓲 𝓮𝓲𝓶𝓾𝓽
sabar talita pasti u akan bahagia
2022-04-29
1
Rosananda
Talita anak yang berbakti 🌹👍🏼
Ceritanya sangat bagus 👍.
2022-02-20
4