Pagi hari ini cuaca sangat cerah, secerah harapan Talita yang ingin bertemu majikan ayahnya. Siapa tau majikan ayahnya mau berbagi rezeki dengannya.
Talita memasak terlebih dahulu untuk Ibunya. Walau hanya bubur kacang hijau tapi setidaknya ada gizi yang masuk di dalam tubuh ibunya, itulah harapannya Talita.
Setelah bubur kacang hijaunya matang, Talita segera menyuapi Ibunya dengan telaten.
"Bu, hari ini Talita mau bertemu majikannya Ayah. Do'akan Talita Semuanya berjalan lancar ya, bu"
"Ibu makan yang banyak, biar kondisi ibu cepat pulih lagi" lanjut Talita dengan senyuman yang ceria.
Ibu Talita hanya tersenyum dan lanjut mengunyah bubur yang di suapi Talita. Talita berharap Ibunya tidak mendapat masalah jika ditinggalkan sementara ke rumah majikan Ayahnya.
Setelah bubur habis, Talita segera Membersihkan badan Ibunya agar tampak segar dan segera meminumkan obatnya.
Talita sudah bersiap-siap tapi sebelum dia pergi dia berpamitan pada Ibunya.
"Bu, Talita janji akan segera pulang setelah bertemu majikannya Ayah."
Ibunya Talita hanya tersenyum dan mengangguk lemah tanda menyetujui kepergian Talita.
Jarak rumah Talita dan majikan Ayahnya hanya 1 km. Talita akan berjalan menyusuri jalan, toh sekarang masih pagi hari. Setidaknya seperti berolahraga jalan pagi.
Dengan langkah cepat Talita melangkahkan kakinya, dia ingin segera sampai ke rumah majikan ayahnya dan secepatnya pulang ke rumah.
Talita tidak ingin ibunya mengalami hal buruk karena tak ada siapapun yang menjaganya.
Sudah 3 hari ini suaminya Ibunya tak kunjung pulang ke rumah. Entah ada pekerjaan apa atau ada mungkin sudah menikah lagi.
Talita pasrah akan keadaan Ibunya dan pasrah akan masa depannya. Sudah 5 hari ini Talita tak masuk sekolah.
Harapan satu-satunya Talita hanya majikan Ayahnya. Walau hanya kecil kemungkinan Tapi tak ada salahnya mencoba.
Sudah setengah kilometer Talita berjalan. Peluh lelah membasahi dahinya. Talita singgah sebentar di warung.
"Bu, air vit gelasnya satu" Talita membeli air untuk menyegarkan tenggorokannya.
"1000 nak"
"Trima kasih, bu" Talita menyodorkan uang 1rb rupiah dan segera mengambil vit gelas dan segera meminumnya.
Talita hanya sekedar beristirahat sebentar, dia harus semangat menuju rumah majikan ayahnya.
Talita dengan semangat melanjutkan perjalanannya. Ibunya menjadi motivasi terbesar untuk segera berjumpa dengan majikan Ayahnya.
Hilir mudik kenderaan berlalu lalang tapi Talita semangat berjalan kaki. Sebenarnya bisa saja dia naik angkot tapi mengingat kebutuhannya lebih penting, lebih baik uang yang di berikan Pak Sobri untuk kebutuhannya saja.Jika saja Om Felix masih mau bertanggung jawab kepada Ibunya Maka bebannya Talita pasti akan berkurang.
Talita hanya sekali saja pernah bertamu ke rumahnya majikan Ayahnya. Itu saja hanya pada saat ayahnya mengantar hasil panen jagung dan Talita masih hafal betul jalanan yang menuju rumah majikan Ayahnya.
Dari kejauhan sudah terlihat rumah majikan Ayahnya. Talita bertambah semangat, senyum sumbringahnya memenuhi wajah Talita. Semoga saja majikan Ayahnya berada di rumah, hanya itu harapan satu-satunya Talita.
"Assalamu'alaikum"
Tampak Tak Ada Jawaban dari dalam rumahnya.
Talita mencari bel rumah, dan ternyata ada di samping pintu masuknya.
Ting tong...
Tak lama pintu terbuka.
"Assalamu'alaikum, Bu. Maaf_ saya Talita anak Alm. Pak Kusuma. Apa saya bisa bertemu dengan Pak Fadly?" ucap Talita langsung memperkenalkan dirinya.
"Waalaikum'salam nak, masuk dan duduk dulu nak. Sebentar saya akan beritahukan dulu. Pak Fadly lagi sarapan pagi" Jawab wanita yang Talita tak tau siapa namanya karena dulu Talita hanya mengantarkan hasil panen setelah itu langsung balik ke rumahnya.
"Baik, Bu" jawab Talita dan segera masuk ke dalam rumah dan segera duduk di ruang tamu.
Wanita paruh baya itu segera masuk ke dalam rumah dan segera memberitahukan kepada Pak Fadly.
"Tuan, Di luar ada Anaknya Alm. Pak Kusuma. Mau bertemu Bapak"
"Siapa, Bi" Ucap Istrinya Pak Fadly, Ibu Nony
"Itu, bu. Ada anak almarhum Pak Kusuma mau bertemu bapak" jelas Bi Ratih.
"Oh_ anak almarhum Pak Kusuma mau apa ya?" Gumam Istrinya Pak Fadly dengan Lirih.
"Iya sebentar Bi, saya habiskan dulu sarapannya dulu"
"Baik, Tuan" jawab Bi Ratih.
Bi Ratih segera ke belakang dapur dan segera membuatkan minum untuk Talita.
Bi Ratih membawa nampan berisi teh dan segea meletakkan di depan Talita.
"Tunggu, sebentar ya nak. Pak Fadly lagi sarapan sebentar. Di minum dulu tehnya" jelas Bi Ratih.
"Trima kasih Bu"
"Sama-sama nak, panggil saja saya bi Ratih"
"iya, Bi Ratih"
Bi Ratih pun menemani Talita sambil menunggu Pak Fadly selesai sarapan.
Tak lama Pak Fadly dan Ibu Nony menemui Talita di ruang tamu.
Talita segera berdiri dan menangkupkan kedua tangannya di depan dadanya. Dan Bi Ratih segera masuk ke dalam rumah melanjutkan pekerjaannya.
"Maaf, nak. Ada keperluan apa ya?" Mulai Pak Fadly setelah duduk di depan Talita.
"Saya Talita pak, bu. saya hanya ingin bertemu dan membicarakan sesuatu dengan bapak dan Ibu _" Talita terdiam ragu-ragu mengutarakan maksud kedatangannya. Dia sangat takut jika menyinggung perasaan kedua majikan Ayahnya yang ada di depannya.
"Katakan, nak. kamu jauh-jauh dari rumahmu ingin bertemu bapak pasti ada sesuatu yang sangat penting" ucap Pak Fadly agar Talita tidak ragu mengutarakan niatnya.
"Begini Pak, Bu. Saya saat ini sudah tak bersekolah lagi_ " Talita menjeda kalimatnya.
Pak Fadly dan Bu Nony saling Melirik, kaget dengan pernyataan Talita.
"Saat ini, saya menjaga Ibu saya yang sedang sakit stroke. Nah untuk itu, saya datang ke sini untuk menawarkan kepada Bapak dan Ibu. Sekiranya mau menanam apapun di kebun di samping rumah yang saya tempati biar nanti saya yang akan merawatnya, seperti yang di lakukan Almarhum Bapak saya"
"oh.. soal itu. benar sudah lama kebun itu kosong tak pernah di tanami"
Pak Fadly pun terdiam memikirkan tawaran Talita
"Bagaimana kalo saya memberi bibit tomat dan Cabai untuk kamu tanam, karena sekarang ini harga pasaran Cabai dan tomat sangat menjanjikan. Nah, jika sudah panen. nanti seperti Ayahmu dulu 70% hasilnya untuk saya dan 30% untuk kamu"
Talita langsung tersenyum senang dan Mengucapkam terima kasih.
"Besok saya akan antarkan bibitnya di rumahmu, saya harap kamu tak akan mengecawakan saya karena saya tau Ayahmu sangat disiplin dan sangat tekun jika merawat tanaman yang ada di samping rumahnya"
"In Syaa Allah Pak, saya akan merawatnya dengan Baik. Trima kasih atas kepercayaan bapak dan ibu kepada saya. kalo begitu saya pamit dulu karena saya harus segera kembali ke rumah, Ibu saya hanya sendirian di rumahnya" ucap Talita.
"Saya tunggu kedatangan bibit di rumah saya Pak, Bu. Assalamu'alaikum " lanjut Talita
"Waalaikum'salam" jawab pak Fadly dan Bu Nony.
Talita pun Pergi menuju kerumahnya dengan perasaan bahagia. setidaknya dia masih bisa kerja sambil merawat ibunya nanti.
TBC....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
fatiya
yess.. Talita semangat
2022-05-10
0
⸙ᵍᵏ 𝓓𝓲𝓲 𝓮𝓲𝓶𝓾𝓽
semangat ya talita u pasti bisa
2022-04-29
0
🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠
semangat Talita...selagi kita usaha pasti ada jalan
2022-04-27
0