Talita sedang membawa nampan yang berisi sepiring bubur dan air minum untuk Ibunya.
Talita berjalan dengan tertatih dan terseok-seok, karena bagian intinya masih sakit dan perih.
Permainan dan Rudalnya Om Felix membuat Talita sulit berjalan.
Srek.. srek...
Bunyi sendal di seret di tanah, memang lantai rumah Talita masih tanah, belum di lantai pakai semen atau keramik.
"Bu, sarapan dulu ya bu. maaf, Talita telat buat sarapannya" ucap Talita di samping ibunya.
"Felix, apa yang kau lakukan pada putriku" Batin Ibu Anna melihat k*issmark memenuhi leher Talita.
Ibu Anna hanya menangis, air matanya menetes terus menerus menatap sendu putri satu-satunya. putri yang harusnya dia jaga sendiri tapi hancur karena dia juga.karena dialah yang salah memilih pasangan.
Penyesalan itu sudah mendarah daging di lubuk hati Ibu Anna, dia tak ingin hidup lagi.
"Bu, Talita mohon Ibu makan ya?" ucap Talita sambil menyendokkan bubur ke mulut Ibu Anna.
Ibu Anna Menggeleng dia tak ingin makan lagi.
"Bu, nanti Ibu sakit lagi. Talita juga tak akan makan jika Ibu tidak mau makan"
Ibu Anna tetap tak mau membuka mulutnya. Dia hanya menangis dan terus menangis.
Talita yang melihat Ibunya menangis akhir ikut juga menangis.
"Bu_ Talita tau, Talita sudah kotor bu_. Tapi, Talita mohon, makanlah dari suapan Talita. Apa Talita begitu buruk di mata Ibu??" isak Talita di sela-sela ucapannya.
"Hanya Ibu sumber kekuatan Talita. Talita tak sanggup hidup bu, sebenarnya Talita sudah tak kuat, Talita lemah, Talita hanya ingin kekuatan dari Ibu sja. Jika Ibu tak mau makan, Talita mohon makanlah, Bu"
Ibu Anna tetap terus menangis menyesali perbuatannya. Rasa penyesalannya membuatnya begitu shock dan hanya bisa terdiam.
Rasa penyesalan berulang-ulang terekam di benaknya. Seandainya dia tidak menikah lagi, seandainya hari itu dia memberikan apa yang Felix mau.
Seandainya... seandainya semua berulang-ulang kali hadir di pikirannya.
Talita yang melihat ibunya hanya meneteskan air mata tanpa berkata sepatah katapun membuat tangisannya bertambah lagi.
"Cobaan apalagi ini, Tuhan, apa tak ada sedikit asa untukku" batin Talita menangis melihat Ibunya bak boneka hidup.
"Ibuuuuuu, Ibuuuuuuu. Maafkan Talita buuu. Anakmu ini tak berguna untukmu, Talita tidak bisa membuat Ibu bahagia, Talita mengecewakan ibuuu,maafkan anakmu ini buuuuu, Talita sayang sama Ibuuu," tangis Talita begitu pilu sambil memeluk Ibunya.
Ibunya Talita ingin bersuara tapi entah mengapa dia tak bisa berbicara lagi, hanya tercekat di tenggorokannya. Ibu Anna hanya meneteskan air matanya. Kepalanya begitu sakit tak tertahan. Akhirnya Ibu Anna tak sadarkan diri.
"Ibuuuuuu, banguuunn buuuuuu"
Talita bingung mau berbuat apa, tanpa pikir panjang Talita berlari ke arah rumahnya Ibu Mey.
"Buuuu, Bu Meyyy... toolooong Bu, Tolong ibuu saya"
"Ada Apa nak" Ibu Mey kaget dengan teriakan Talita,segera Bu Mey membuka pintu dengan tergesa-gesa.
"Ibuku buuu,Ibuuuku. Ibuku pingsan Buuuu"
"Ayo! nak cepat, kita ke rumahmu"
Talita dan Bu Mey segera berlari ke arah rumah Talita.
Talita membuka pintunya dan Bu Mey segera masuk ke dalam kamar Ibunya Talita.
Ibu Mey segera mengoleskan minyak angin di seluruh punggung, dahi dan kaki Ibu Anna. Tak lupa mengusapkan di sekitar hidung agar Ibu Anna tersadar.
"Nak, bagaimana jika Ibumu di bawa ke rumah sakit. Ibu takut terjadi sesuatu pada Ibumu"
"Talita tak punya biaya bu. Apa Ibu Mey tau suster yang berada di sekitar sini atau dokterlah bu"
"Baiklah, Ibu panggil Pak Mantri Surya dulu. In syaa Allah beliau ada di rumahnya.
"Iya bu, Aamiin"
"Jangan lupa oles terus minyak angin ini di telapak kaki dan di sekitar hidung Ibumu"
"Iya, Bu"
Ibu Mey segera beranjak dan pergi ke rumahnya Pak Mantri Surya. Rumahnya sekitar 5 blok dari rumahnya Ibu Mey.
"Banguuuun bu, banguuuunn. Talita mohooon"
ucap Talita sambil mengusap minyak angin seperti yang di lakukan Ibu Mey tadi.
****
Setelah berjalan beberapa menit, sampailah Ibu Mey di depan rumahnya Pak Mantri Surya.
Ting Tong...
Bu Mey membunyikan bel, ternyata yang membukakan pintu Artnya.
"Assalamu'alaikum, apa ada Pak Mantri Surya ya mbak mona?"
"Waalaikum salam, Bu Mey"
Kebutulan Ibu Mey sudah sering ke rumahnya Pak Mantri sehingga Artnya sudah mengenalnya
"Silahkan masuk bu, iya Pak Mantri Surya lagi sarapan, silahkan duduk dulu Bu"
"oh, iya bi. gpp saya tunggu di sini saja"
"Iya Bu".
Mbak mona masuk ke dalam, dan mengatakan pada Pak Mantri jika Ibu Mey mau Bertemu.
Syukur juga Pak Mantri baru selesai sarapan. dan segera menemui Ibu Mey
"Bu Mey, ada keperluan apa datang ke sini, Bu?" tanya Pak Mantri Surya.
"Begini Pak, Ibu Anna Pingsan Pak. Saya mohon tolong di periksa. Kasian mau ke rumah sakit tapi nggak punya biaya" ucap Bu Mey sendu.
"Baiklah, tunggu sebentar. Saya ambil peralatan saya dulu"
"Baik, Pak Mantri. Makasih"
Pak Mantri Surya hanya mengangguk dan menuju ke kamarnya untuk mengambil peralatan medisnya untuk memeriksa Ibu Anna.
Setelah itu Pak Mantri Surya dan Bu Mey segera ke rumahnya Talita.
Talita sedang menangis tersedu-sedu di sebelahnya Bu Anna.
Pak Mantri segera memeriksa keadaan Bu Anna. Ternyata tensi darahnya agak tinggi.
"Bagaimana keadaan Ibu saya, Pak Mantri?" tanya Talita setelah Pak Mantri memeriksa Ibunya.
"Ibumu baik-baik saja, hanya tekanan darahnya agak rendah. Usahakan Ibumu jangan stress. Nanti saya akan berikan obat untuk tekanan darahnya biar segera turun. minumkan secara teratur"
"Baik, Pak Mantri. Trima kasih sebelumnya" ucap Talita sambil mengatupkan kedua tangannya di depan dada dan sambil membungkuk.
"Sama-sama, nak"
Pak Mantri dan Bu Mey menatap heran pada Talita, pasalnya hampir seluruh lehernya ada ki*ssmark.
Pak Mantri Surya ingin bertanya tapi takut menyinggung Talita, begitu juga dengan Ibu Mey. Pak Mantri dan Bu Mey segera menepis pikirannya mereka.
Setelah memberi obat penurun tekanan darah, Bu Mey mengantar Pak Mantri di depan pintu rumah Talita.
"Mari Pak, saya antar" ucap Bu Mey.
"Ngak papa Bu, saya pulang sendiri saja"
"Ini ada sedikit rezeki Pak Mantri" ucap Bu Mey sambil menyodorkan uang 50rb.
"Ngak Usah Bu, lebih baik kasihkan sama Nak Talita"
"Baiklah Pak Mantri, trima kasih"
"sama-sama Bu"
Setelah Pak Mantri pergi, Bu Mey menghampiri Talita. Dia menanyakan perihal Ki*ssmark.
Awalnya Talita mengelak dan mengatakan di gigit nyamuk, tapi karena di desak Ibu Mey akhirnya Talita menceritakan awal mula sampai penyebab Ibunya pingsan.
"Astagfirullah'alaziim, nak!" Ibu Mey pun menangis dan memeluk Talita.
Mereka berdua menangis bersama-sama dalam pelukan.
"Jangan khawatir nak, Ibu dan Pak Sobri akan melaporkan kejadian ini ke Polres"
"Talita takut, Bu"
"Jangan takut, In Syaa Allah Ibu akan membantumu"
Ternyata dari balik dinding ada seseorang yang sedang menguping pembicaraan mereka.
Ada serigai licik di bibirnya dan merencanakan sesuatu.
TBC....
Siapakah itu??
Apakah yang direncanakan itu ????
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
fatiya
lah tekanan turun mau dikasih obat penurun ya Thor. 😂
2022-05-12
0
⸙ᵍᵏ 𝓓𝓲𝓲 𝓮𝓲𝓶𝓾𝓽
hmmm pasti si bejat itu kan nguping😒😒😒
2022-04-30
1
🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠
smoga om Felix berubah lah stlhnya memperkosa Talita...pergi yg jauh deh ta jauh dr om Felix mu itu
2022-04-28
1