Gergaji

"A-aaaaaa"

Byurrrrr!!!

Dion dan Nara terjatuh ke kolam, dengan posisi Dion yang berada di bawah.

Kimono Nara yang memang tidak terikat erat karna terburu buru, tiba tiba saja terlepas. Menampakkan tubuh nya lagi di dalam air.

Dion yang lebih dulu mencul ke permukaan penjadi panik ketika tidak melihat Nara, ia kembali menyelam,dan mendapati Nara hanya bergerak gerak asal. Mungkin, karena kaget hingga Nara tidak menyadari keadaan nya.

Buru-buru Dion meraih tubuh Nara, dan menarik nya ke permukaan.

"Lu gila!! Ngapain tinggal di dalam air!!" Bentak Dion kesal, jantung nya berdetak tidak beraturan karna khawatir.

Nara menunduk "g-gue kaget makanya ga nyadar ma-maafin gue"

Dion menghela nafas,mencoba sabar. Ia naik ke pinggir kolam dengan keadaan basah kuyup "padahal gue baru aja habis mandi"gerutu nya.

Dion melotot ketika Nara hendak keluar dari air "heh Lo mau ngapain!!" Teriak Dion panik, ia sudah cukup menahan diri melihat tampilan akward Nara.

"Hah?"Nara mendongak bingung membuat Dion menggeram Frustasi.

"Tunggu di situ gue ambilin handuk"

"Ha?"Nara masih belum sadar kalau kimononya,sudah mengapung di tengah kolam renang.

"Lo mau mancing gue dengan Nunjukin tubuh Lo yang-..."

"Cukup!! Cepetan ambilin" teriak Nara malu karena sangat ceroboh , ia kembali menenggelamkan badan nya ke dalam air.

Dion geleng2 sendiri berbalik pergi dan tak lama kembali dengan 2 handuk.

"Tangkap" dion melempar handuk ke arah Nara dan untung saja Nara sigap.

"Pakai, habis itu ikut gue"gumam Dion mulai melepas kaos nya dan mengeringkan badan atas nya.

"Kemana?"

"Rumah sakit jiwa"Dion berucap asal menghiraukan Nara yang menatap nya sangar.

"Bisa2 nya dia lupa kalau dia cuma makai bikini"gumam Dion sambil berbalik melangkah menjauh.

"Hehh mata Lu tuh yang kelewatan" teriak gadis itu namun Dion terus saja melangkah menyisakan Nara yang terus mengumpati nya dari belakang.

***

Suara bersin2 membuat Dion terbangun dari tidur nya. ia melirik jam dinding di kamar nya yang sudah menunjukan,pukul stenga 6 pagi.

Dion menggeliat dan berbalik mendapati Nara, yang terduduk sambil memegang tisu menutupi hidung nya.

"Lo ngapain?"

Nara menoleh begitu mendengar suara serak Dion.

"Lagi mancing"ucap Nara asal.

"Gu-.."

"Ha..hacccimmm" ucapan Dion terpotong karena suara bersih Nara. Dengan sigap ia bangun dari tidur dan duduk menghadap gadis itu.

"Lo sakit?" Dion meletakkan punggung tangan nya di dahi Nara dan panas.

Dion menghela nafas "Lo demam dan Lo Gak ngebangunin gue?"

Nara menggeleng kembali bersin "gue Gamau ganggu tidur nyenyak Lo"ucap nya agak sumbing mungkin karena hidung nya tersumbat.

Dion kembali menghela nafas ia menjambak rambutnya sendiri lalu membasahi bibir nya dan kembali menatap Nara "tidur lagi! Gausah ke sekolah" gumam nya hendak turun dari Tmpat tidur namun Nara menahan nya.

"Lo mau kemana?"

"Beliin Lo obat sekalian ke toko baju"

"Ngapain ke toko baju?"

Dion yang sudah turun dari tempat tidur menoleh "beliin Lo bikini biar Lo pake renang malam2 lagi!" Gerutu Dion kesal lalu kembali melangkah.

Nara mendengus "Lo ga sekolah? Udah jam segini"

"Pergi Ntar" ucap Dion datar,bertepatan tubuh nya yang menghilang di ambang pintu kamar.

Nara geleng2 "dasar es batu berjalan"gumam nya lalu merebahkan tubuh nya di kasur mencoba tidur.

Berapa menit Dion kembali dengan 1 kresek obat dan bubur hangat di tangan nya,begitu hendak meraih gagang pintu. Ia terdiam begitu mendengar suara teriakan dari dalam kamar nya.

Nara!! Satu nama yang terlintas di Fikiran nya membuat nya panik bukan main. Ia buru2 membuka pintu, dengan kasar dan meneliti kamar tidak ada apa2 namun sebuah teriakan kembali terdengar dan itu berasal dari Nara,yang sedang tertidur namun seperti bermimpi buruk.

"Nara!!" Dion panik ia menepuk2 pipi Nara pelan.

"Nara bangun" Dion berusaha memeluk tubuh Nara yang bergerak2 seperti ketakutan.

"Nara bangun!! Lo mimpi buruk"

"Na-.."

"Di-dionnn" mata Nara terbuka, menatap Dion ketakutan dan langsung berhambur memeluk Dion erat sambil Terisak.

Pelukan Nara erat ,begitupun dion yang mengusap punggung gadis itu menenangkan "Lo kenapa? Lo mimpi apa hmm?"

"Gu-gue takut yon"isak Nara, membuat Dion merasa aneh, khawatir mungkin?

"Takut kenapa? Gue ada di sini. Jangan takut lagi" ucap Dion menenangkan.

Begitu Nara sudah lebih tenang. Dion hendak melepaskan pelukan nya namun Nara,malah semakin memeluk nya.

"jangan pergi"mohon nya

Dion menunduk "gue mau bkinin Lo bubur biar Lo bisa minum obat"

Nara menggeleng lucu ,hidung nya merah,begitupun matanya. Yang masih terlihat sembab "temenin gue, gue takut"

Dion,menghela nafas pelan "bentar doang kok, cuma mindahin buburnya ke mangkok"

Setelah sedikit bujukan. Nara akhirnya membiarkan Dion keluar dari kamar, hanya sebentar. Setelah itu Dion kembali lagi dengan nampan di tangan nya.

"Biar gue makan sendiri, Lo siap siap gih kesekolah" gumam Nara, yang meringkuk di dalam selimut.

Dion duduk di tepi ranjang dan menyingkap selimut tebal itu "bangun gue suapin" namun yang ada Nara malah menggeleng.

"Gue aja Lo mandi Ntar telat"

"Gue ga sekolah"

"Kenapa?"

"Biar Lo ada teman nya"

Nara menggeleng hendak meraih mangkok bubur yang sedang Dion aduk "gausah Lo sekolah aja sanaaa"

Dion mencibir "Diem ga"tekan nya berusaha merendahkan nada bicaranya namun ampuh membuat Nara, bungkam.”

"Buka mulut" perintah nya dan Nara menurut saja.

"Gue tau kalau Lo sakit ga boleh di tinggalin sendiri"gumam Dion pelan sibuk menyendok bubur.

"Ke- heemmmp" ucapan Nara,terpotong ketika satu suapan mendarat sempurna di mulut nya. membuatnya melotot.

"Lo suka berhalusinasi klo lagi sakit, suka ngigau kalau tidur,dalam keadaan sakit" ucapan Dion membuat Nara diam.

"Dari mana Lo tau?"

Dion mendongak menatap mata Nara datar "gue suami Lo, jelas gue harus tau semua tentang Lo. Dari sumber manapun itu,jadi lain kali kalau Lo ngerasa ga enak badan, bilang ke gue jangan diam2 aja"

Nara spicless, gapapa kan,kalau baper sama omongan suami sendiri?

Nara, hendak menjawab namun satu sendok bubur kembali memenuhi mulut nya.

"Gausah banyak omong,biar cepat habis terus minum obat" ucapnya membuat Nara mendengus, namun tetap menurut.

***

Nara sedang tiduran di sofa dengan selimut tebal sedangkan,Dion asik sendiri dengan laptop nya, memang setelah menikah. ia mulai ikut andil dalam mengurus perusahaan papa nya. Suara bel tiba tiba saja berbunyi membuat fokus Nara dan Dion teralihkan ke arah pintu.

"Siapa?"gumam Nara.

Dion hanya mengedikkan bahu nya acuh lalu bangkit dari duduk nya "gue cek dulu"

Ceklek

"Dek Nara mana!!"

"Nara gue kenapa?"

Aan dan Abdi, masuk menerobos dengan tergesa2 menabrak Dion. Yang masih ternganga melihat kelakuan 2 sahabatnya.

"Dedek Nara apanya yang sakit hmm?" Aan berjongkok di depan sofa hendak menyentuh dahi gadis itu.

Plak!!

Abdi lebih dulu menepuk tangan Aan yang hendak menyentuh Nara.

"Jangan asal Megang2 tuh jantan nya ada di belakang" tegur Abdi membuat Aan mendengus malas.

"Adek Nara sakit apa?" Kini abdi yang mencoba menyentuh dahi gadis itu,namun belum lagi sempat tersentuh. Suara, deheman dari belakang, membuat tangan nya hanya melayang di udara membuat Nara dan Abdi,cengingisan sendiri.

"Duduk dulu gue mau kebelakang"

Abdi menoleh "mau kemana?"

"Dapur?"

Dion mengangguk.

"Wah baik banget, gue jus jeruk yah gerah banget nih"pinta Aan sambil mengibas2kan tangan nya di depan wajah nya.

Dion mengernyit "Emang siapa yang mau buatin Lu pada minum?"

"Lah terus ngapain ke dapur?"kini Abdi yang berbicara.

"Ngambil gergaji"

"Mau nge gergaji apaan Lu perasaan apart loh aman2 aja deh kelihatan"

"Emang bukan buat apart gue"

"Terus?"

"Buat nge gergaji tangan Lu berdua" ucap Dion horor.

Kegiatan Aan, yang mengibas2 wajah nya,terhenti. Begitupun Nara, yang sejak tadi hanya menyimak,kini mulai bangun dari tidur nya.

Abdi menelan ludah "bu-buat tangan gue?" Gumam nya mengangkat kedua tangan nya.

Dion hanya mengangguk sambil tersenyum defil.

"Tangan gue juga?"tanya Aan pelan,di jawab dengan anggukan oleh Dion sedangkan Nara, hanya memandang suami nya yang sudah berjalan ke dapur dengan horor.

2 menit Dion kembali dengan sebuah gergaji sedang di tangan nya melihat itu Aan dan Abdi saling berpandangan.

"Lu- lu serius?"sumpah demi apa Abdi,gemetaran sendiri setau nya Dion jarang bercanda.

Dion mengangguk hendak melangkah maju.

Kreettt!!

Huaaaaaa!!!!!

Suara meja yang terdorong, di susul teriakan Andi dan Aan, yang langsung berlari kebelakang sofa tempat duduk Nara.

"Na- Naraaa. Suami lo psikopat!!"gumam Abdi ketakutan,padahal Dion baru hendak melangkah.

"Nar kasih tau suami lo tangan gue di potong gimana caranya gue gandeng Amel lagi? Lu ga kasihan sama teman lo?"mohon Abdi.

Nara mengangguk, benar juga yang di bilang oleh Abdi, kasihan Amel nantinya

"Kak Aan aja,Yon. Kasihan kak Abdi ada pacarnya”

Aan melotot mendengar ucapan Nara

"Nar Lo- Lo tega sama Abang Aan yang ganteng ini?"

Nara menoleh kebelakang "kan kak Aan ga punya pacar, siapa yang mau kakak gandeng coba? Kasihan tangan nya, ada tapi gak di gunain dengan benar"jelas Nara yang pasti nya hanya bercanda.

Abdi terkekeh pelan "makanya cari pacar dong" ejek nya.

"Diem gak?, gue tikung baru tau rasa lu"

"Oh tidak semudah itu"kekeh Abdi.

"So? Aan tangan mana dluan?" Tanya Dion membuat wajah Aan pucat pias.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!