Terungkap

"Woy gilak jangan mati dulu sialan!!" Teriak Aan memukul belakang Abdi dan,

"Hueekkk!!! Ha..haaa.. hahh"

Sebuah anggur yang masih utuh menggelinding di lantai.

Abdi selamat dari kematian.

"Gilak Lo yah!! Berani beraninya nya nge prank malaikat maut" umpan Aan kesal ia hampir saja serangan jantung tadi.

"Biarin gue nampung udara dulu bangsatt!!" Geram Abdi ngos ngosan.

Dion hanya bisa geleng geleng, melihat tingkah kedua teman nya .Ia melangkah dan ikut duduk di salah satu sofa, lalu menoleh ke arah Nara.

"Sini" panggil nya, menepuk tempat kosong di samping nya.

Otomatis Aan dan Abdi yang sedang beradu jotos berbalik, menatap Nara yang berjalan ke arah mereka. Dan bahkan hanya menggunakan sebuah kemeja kebesaran Se paha yang mereka tebak adalah kemeja Dion.

"An!"Andi memukul lengan Aan, tanpa mengalihkan tatapan nya dari gadis yang sedang mengarah ke mereka.

"Paan ih!!" Gerutu Aan yang juga memandang arah yang sama.

"Gue udah di surga? Gue gak selamat yah tadi?"gumam nya membuat Aanmenoleh bingung .Begitupun Dion.

"Maksud Lo?"

Abdi menggeleng "kok gue ngerasa lihat bidadari jalan ke arah kita yah? Gue beneran udah di surga?" Ucap nya polos,Ia menoleh ke arah teman2 nya yang menatap nya, Dion yang menatap nya nyalang dan Aan yang menatapnya prihatin.

Aan menggeleng "kayaknya bukan di surga deh, tapi bentar lagi ke neraka" gumam nya prihatin ketika melihat Dion sudah menggeram seperti hendak memangsa, mangsanya.

"Lo beneran mau mati?"geram Dion dingin dan datar.

"Eh?" Abdi langsung tersadar dan cengingiran

"Siap2 ketemu malaikat maut bung"Dion hendak berdiri namun sebuah tangan lembut menyentuh lengan nya.

Dion menoleh, itu Nara.

"Gue Gak pengen punya suami narapidana" ucap nya santai.

Dion mendengus "selamat Lo kali ini" gumamnya menatap Abdi tajam dan di balas kekehan oleh yang di tatap.

Aan berdehem "jadi?"

"Gue kira Lo cuma bercanda waktu itu"gumam Abdi sedikit tidak menyangka.

"See? Lo udah lihat gue se kamar sama Nara"

Aan masih saja tidak percaya ia menatap Nara meminta persetujuan.

Nara hanya mengangguk "kami udah nikah berapa hari yang lalu" ungkap nya.

"Parah lo bro, lo nganggap kami apa?”

"Napa Lo milih nikah sama Nara?"itu suara Aan.

"Karna gabut" ucap Dion enteng,membuat ketiga orang yang mendengar nya melotot tidak percaya.

Aan geleng geleng lalu beralih menatap Nara lagi "dan Lo? Napa lo nerima iblis jahanam ini?"

Nara mendelik acuh "karna gue juga gabut"ucap Nara ikutan santai,dan itu membuat Dion melotot menatap gadis itu.

Nara menoleh menatap Dion acuh "apa? Dan yah, kasihan dia kalau gue tolak,maksa gitu kok kayak orang Gak laku" jelas Nara santai ia kesal dan tidak terima mendengar Dion menikahi nya hanya karena gabut

Dion mendelik tidak percaya mendengar ucapan blak- blakan dari Nara. Berbeda dengan Abdi dan Aan yang wajah nya sudah memerah menahan tawa.

"Pfthhhh" tawa Aan hendak saja kelepasan.

Dion tidak menghiraukan itu, ia terus menatap Nara tajam,begitupun Nara yang membalas tatapan suami nya tidak kalah tajam.

"Kayaknya bentar lagi ada perang suami istri guys prfftthhh" Abdi terus berusaha menahan tawa nya. Baru kali ini ,mereka mendengar Dion di rendahkan seorang wanita apa lagi orang itu kini berstatus istri nya.

Suasana berubah akward ketika Dion dan Nara masih saling menatap tajam.

"Mmm guyss kayaknya udah malam

banget deh gue cabut dulu" gumam Aan yang mulai merasa tidak nyaman.

Abdi melirik arloji nya. Dan benar saja sudah jam 12 malam.

"Buruan sinting! Lo mau jadi santapan tengah malam mereka?!"geram Aan yang melihat Abdi belum beranjak sama sekali.

"Gas!!!" Sontak mereka berdua langsung berlari keluar kamar dan meninggalkan apartemen mewah itu secepat mungkin.

***

"Seriously!!?" Amel memekik tidak percaya membuat Nara sontak menutup mulut gadis itu dengan tangan nya.

"Pftttt!!" Amel melotot memukul tangan Nara yang membekap nya "tangan Lo bau terasi!" Gerutu gadis itu.

Nara hanya cemberut menggosok gosok tangan nya yang memerah "siapa suruh tuh mulut kayak petasan"gumam nya kesal.

"Namanya juga kaget"Amel memperbaiki duduk nya.Memutar tubuh nya menghadap ke arah Nara. "So? Lo sama Dion udah" ia menyatukan jari telunjuk kanan dan kiri nya.

Nara menaikkan satu alis nya "what?"

Amel mendengus "ya itu"

"Paan sih?"

"Ya itu Nara.”

Nara bingung, namun mungkin yang di maksud oleh Amel, adalah benar benar sah,atau menikah mungkin? Dengan pelan Nara mengangguk mengiyakan membuat Amel bertepuk tangan heboh dan setelah nya Tiba2 menempelkan tangan nya pada perut rata Nara.

Nara melotot dan memukul tangan Amel"woyy!! Bukan muhrim!"

"A..awww sakit Ra,lagian gue ga nafsu sama Lo"gerutu gadis itu merasa ternistai.

"Lagian siapa sruh main nyerobos aja"

"Ya kan gue cuma nge cek"

Nara menaikkan alis nya satu "tenang cacing cacing di perut gue masih aman kok"

Amel hanya memutar bola matanya malas "yang nanyain cacing Lo siapa Bambang?"

"Terus?"

"Gue nge cek aja siapa tau udah ada bibi nya"ucap Amel cengingiran membayangkan gadis plos seperti Nara memiliki anak di perutnya.

"Bibi?"Nara bergumam bingung.

Amel mendengus dan menjitak kepala Nara membuat Nara meringis kesakitan.

"Apaan sih mel sakit nihh"gerutunya mengusap2 kepalanya.

"Lagian Lo yah, belum tau apa2 udah nikah aja"

Nara hanya membalas nya dengan cemberut.

"Bibi itu bayi"jelas Amel singkat.

Nara mendongak memperbaiki duduk nya "maksud Lo di perut gue ada bayi nya gitu?" Ucap nya ngeri sendiri.

Amel menangguk dan semakin mendekat "udah ada belom?"gumam nya penasaran.

Nara terdiam sebentar namun ia langsung melotot "YAAAA!!!" Teriakan itu membuat Amel memundurkan tubuh nya kaget.

"Woy telinga guee!!"

"Mulut Lu tu yahh!"

Kali ini Amel yang mengernyit bingung "lah gue napa"

Nara menghela nafas "gue sama Dion belum pernah ngapa2in" jelasnya membuat Amel terdiam.

"Beneran Lo? Demi apa?" Gumam nya sambil menganga.

Kali ini Nara yang memutar bola matanya malas "demi Lo yang keseringan mojok di gedung belakang sama kak Abdi"

Amel mendengus "ih serius nara"kesal nya.

"Gue juga serius, dan perjanjian nya Emang gitu dia gaboleh nyentuh gue sebelum gue lulus"

Amel hanya memijit kepalanya pelan "lagian klo Gamau di sentuh ngapain Lo nikah subaedahh!!!” Amel jadi gemas sendiri.

"Dah lah malas gue bahas itu"gerutu Nara. Ia mendongak ke arah luar kelas, yang masih ramai dan mengecek jam tangan nya yang menunjukan pukul 8:57.

"Ini free yah? Kok gurunya belum masuk?"

Amel hanya mendelikkan bahu nya tidak tau "bodo ah gue laper dengar kisah hidup Lo yang aneh" ia hendak berdiri namun di tahan oleh Nara

"Mau kemana Lo?"

"Kantin Nara!! Ayokk!"

Nara hanya membulatkan mulut nya lalu ikut melangkah bersama Amel menuju ke kantin.

***

Nara, Fia, Luna dan Amel. tiba di kantin yang tidak terlalu ramai,karena memang bukan jam istirahat. Kebetulan saja kelas mereka berempat sedang free.

"Mau besan apa?"

"Biasalah"

Luna mengangguk dan pergi bersama Fia,memesan makanan meninggalkan Nara yang sedang sibuk memainkan ponsel nya sedangkan Amel? Gadis itu tengah melirik kesana kemari.

Mata Amel membulat lalu memfokuskan pandangan nya pada arah kantin samping yang dekat dengan lapangan.

Dengan gemas Amel memukul mukul lengan Nara asal, tanpa mengalihkan tatapan nya pada arah lapangan "Narr!!!! Naraaaa!! Naraa"

Nara menggeram "apaan sih Amel!!!!!!"

"Lihat itu!!"

Dengan kesal. Nara melirik arah yang di tunjukan oleh Amel . Matanya memicing melihat pemandangan di depan nya.

"Oaaa debak"

"Itu siapa?"gumam Nara santai. Seolah menanyakan orang yang tidak ia kenali. Dan memang tidak Nara kenali.

"Oh itu siswa baru anak kelas 12" ucap Luna yang Tiba2 muncul bersama Fia

"Kok gue Gak tau?"gumam Amel.

"Ya iya baru juga tadi masuk nya"kali ini Fia yang bersuara.

Sedangkan Nara hanya acuh dan meraih makanan nya,dan memulai ritual isi perut nya.

"Lo kok santai aja"gerutu Amel. Mengapa ia yang menjadi panas?

Nara mendongak "terus gue harus gimana?" Ucap nya santai lalu kembali melirik ke arah lapangan dimana di sana terlihat Dion sedang mengajari seorang gadis bermain basket.

"Samperin kek apain kek"Luna ikutan gemas melihat sikap santai Nara. Memang Luna dan Fia hanya tau kalau Nara dan Dion berpacaran bukan menikah.

"Ogah gue,makanan gue lebih menarik di banding mereka"ucap Nara kembali fokus pada makanan nya membuat ketiga teman nya greget sendiri.

"Lo Gak cemburu gitu?" Fia merasa miris sendiri ketika Nara hanya membalasnya dengan gelengan santai.

Luna meneguk minuman nya sampai habis dan meletakkan gelas nya dengan gereget "coba deh sini kak Dion buat gue aja mumpung gue jomblo nih" gemas nya sendiri.

"Ambil aja klo mampu"ucap Nara santai dan meminum minuman nya,tanda kalau iya sudah menyelesaikan ritual nya. “gue ke perpus dulu" lanjut nya segera berdiri meninggalkan teman2 nya yang hanya bisa terdiam.

Begitu Nara sudah pergi, ketiga orang itu hanya saling menatap dengan wajah cengo.

"Teman Lo itu?"gumam Luna dan mendapat gelengan dari Amel dan Fia.

Di perjalanan menuju perpus mau tidak mau ia harus melewati lapangan basket, bohong kalau ia tidak merasa kesal hanya saja ia tidak mau terlalu pusing. Apa lagi dalam keadaan hati nya yang masih Abu2 terhadap hubungan nya dan Dion.

Sebuah bola basket,menggelinding mengenai kaki nya membuat Nara berhenti dan menunduk.menatap datar bola itu mood nya entah kenapa Tiba2 menurun sejak di kantin tadi.

"Lemparin bola nya dong"sebuah suara lembut dari tengah lapangan,membuat Nara mendongak dan mendapati seorang gadis dengan seragam minim menatap ke arah nya meminta bola.

Nara mencibir dalam hati, jadi ini Kk kelas kegenitan yg di ajar oleh suami nya?

mata nya tidak sengaja melirik Dion yang tengah berdiri tidak jauh dari siswa baru itu yang juga menatap nya santai hingga akhirnya Nara memutuskan pandangan dan melirik pakaian siswa baru itu.

Lagi? Nara mencibir melihat seragam gadis itu yang kancing atas sudah terlepas juga rok nya yang terlalu pendek gilak saja? Dia main basket dengan seragam seperti itu? Dia sengaja atau memang tolol ingin mempertontonkan tubuh nya gratis? Apa lagi banyak pria yang duduk di pinggir lapangan.

"Heyy Lu tuli atau gimana? Bola nya!!!"teriak gadis itu lagi membuat Nara tersadar.

Dengan malas Nara menunduk,mengambil bola itu dan menatap ke arah Kk kelas nya itu datar.

"Lain kali klo main basket pake seragam basket, kasihan paha nya nya di pertontonkan

Secara gratis" ucap Nara frontal membuat para siswa yang kebetulan mendengar nya langsung bersorak.

Wajah Kk kelas itu memerah baru saja ia hendak melangkah maju, Nara sudah lebih dulu melempar bola basket itu asal dan kembali melangkah santai.

"Awww!!" Tidak di sangka lemparan asal Nara mengenai Kk kelas itu dan membuat Nara berhenti melangkah lalu menoleh mendapati gadis itu sedang berduduk di aspal lapangan.

Nara memutar bola matanya malas, padahal ia melempar bola dengan pelan "alay sih" ledek Nara santai apa lagi ketika melihat Dion hendak membantu  gadis itu.

"Awas Lo yahh!!"teriak gadis itu marah namun Nara hanya kembali melangkah dengan santai.

"Good Job ledies" ucap Abdi dan Aan bersamaan memberikan Nara 2 jempol mereka.

Nara menoleh dan ikut mengacungkan 1 jempol nya dan lanjut melangkah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!