Kenyataan yang mencengangkan

Pov Author

Dor... Dorrr.... Doooorrr!

Suara begitu kasar mengetuk pintu rumah Intan, membuatnya bangun terpaksa pagi ini.

"Intan! Keluar kamu!" pekiknya.

Intan mencoba membuka matanya, meski masih begitu berat. Merentangkan tubuhnya, dan menatap atap rumah yang ikut bergetar karenanya.

"Aku benci bangun pagi. Apalagi, dengan cara seperti ini." gumamnya.

Ia kemudian turun dari tempat tidurnya, dan membuka pintu depan dengan segala keributan yang ada.

"Siapa sih, ngawur ngetok rumah orang pagi-pagi." ucapnya, sembari menutup wajahnya dari matahari.

Byuuuuuuur...! Seseorang menyiram wajahnya dengan air.

"Wanita gila! Pantaskah kau di sebut wanita? Bahlan kau tak pernah bisa menghargai dirimu sendiri, dan teman wanita yang lain." ucapnya, dan dia adalah Mamanya Fadli, yang tampaknya belum puas dengan percakapan semalam.

"Apa-apaan ini? Beraninya anda seperti ini!"

"Sekarang katakan, dimana anak saya? Jawab!" pekiknya padaku.

"Anak ya anak situ, ngapain nanya ke saya? Emang saya Baby sitternya? Makanya, anak di jaga dan diurus yang bener, jangan kerja mulu." sergah ku.

Ia berlari dengan emosi, langsung menjambak rambutku sekuat tenaga. Aku berkali-kali berusaha melepasnya, namun begitu sulit. Hingga akhirnya, aku meraih rambutnya bagian belakang, dan menariknya juga dengan tanganku.

" Aaarrrghhh!" pekiknya yang kesakitan, dan refleks melepas tangannya padaku.

"Kau tahu, aku paling benci ketika tidurku yang nyenyak itu di ganggu. Apalagi, diganggu dengan hal yang tak penting macam ini." ucapku, sembari terus menarik rambutnya dengan kuat.

"Aarkh, sakit_lepaskan aku. Bagimu tak penting, tapi bagiku begitu penting. Dia anakku, anakku Satu-satunya."

"Aku tahu itu anakmu, tapi bukan berarti kau dengan bebas menghajar orang, apalagi mempermalukan dia didepan umum." pekikku.

Ia tak menjawab lagi, kini Ia hanya bisa menangis tersedu menyesali perbuatannya. Menundukkan wajah, dan bahkan berlutut di hadapanku.

"Aku mau anakku, dimana dia sekarang?" tangisnya.

Aku masuk tanpa menghiraukannya.

Ku cari buku harian miliknya yang tertinggal di rumahku waktu itu, lalu memberikannya pada wanita itu.

"Ini, buku harian Fadly. Dia sekarang berada dalam usia pubertas. Jadi, harus sering ditemani, di bimbing dan di beri pengertian. Jujur, aku tak tahu dia dimana, aku terakhir bertemu dengannya kemarin. Dan yang ku katakan, hanya untuk membuat para teman yang membuly nya diam."

"Di-dibully?"

"Ya... Di sekolah dia pendiam, tak ada teman, dan tempat berbagi keluh kesah."

"Anakku...." tangisannya semakin menjadi-jadi, memeluk buku itu di dadanya. Ia meraung raung memekakkan telingaku yang sebenarnya masih ingin ketenangan ini.

"Pulanglah. Siapa tahu, setelah kau membaca buku itu, kau dapat petunjuk kemana dia pergi."

"I-iya... Iya, terimakasih, aku pergi." ucapnya, lalu berlari dengan kencang meninggalkanku.

"Seperti itulah terkadang. Kalau sudah tidak ada, baru di cari sampai ke kolong semut. Giliran ada, di diemin, dan nyaris ngga pernah di urusin. Geblek dasar." gerutuku.

Aku masuk dan langsung mandi karena tubuhku basah. Bahkan, sudah nyaris kering karena pertengkaran tadi. Aku tak ingin masuk angin, karena aku tak dapat bekerja dalam keadaab seperti itu.

" Huaaaa.... Abis mandi, ngga bisa tidur lagi!" pekikku.

Aku pun mengenkan jaket hoddie ku, meraih tas pinggang, dan meraih motor Bu Tutik yang parkir di teras depan.

"Mau kemana? Abis ribut, langsung ngeluyur." tegurnya.

"Cari tolak angin, daripada di kerokin ntar. Jelek badanku." jawabku, lalu pergi.

Terpopuler

Comments

eryuta

eryuta

ok nextt seruuuu

2021-12-08

0

Diana Susanti

Diana Susanti

lanjuuuuut kak first🥇🥇🥇

2021-12-07

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!