"Intaaaaannn!" pekik Wulan padaku.
"Iya, kenapa?"
"Itu, ada yang cariin kamu, Ibu-ibu"
" Hah, Siapa? Masa iya, Ibu-ibu nyariin aku?"
"Lihat aja dulu." pinta Wulan, dengan mendorongku menuju ruang tunggu.
Benar saja, di dalam sana ada seorang Ibu menungguku. Penampilannya begitu cantik, anggun, dan berkelas. Ia pun langsung menatapku tajam, ketika aku menghampirinya.
"Ibu, cari saya?"
Ia tak menjawab, hanya semakin tajam menatapku. Ku lihat tangannya mengepal, dan siap mencengkram wajahku yang baru saja perawatan ini.
"Perempuan ******!" ucapnya lirih.
"Ya, sepertinya anda tak harus menyebut itu. Toh, anda tahu sekarang ada dimana." jawabku santai.
"Kau tak malu, atas pekerjaan harammu?"
"Tidak... Sama sekali tidak. Ada begitu banyak alasan untuk saya tetap bertahan disini." jawabku.
Ia semakin tampak emosi, hingga akhirnya tangannya di layangkan menuju pipi mulusku. Tapi, aku berhasil menangkisnya.
"Baru saja kulit ini facial, sayang jika rusak lagi. Mahal, tau kan?" ucap ku.
"Hhh, bukankah begitu mudah caramu mendapat uang? Hanya dengan meniduri suami, atau merusak anak orang." jawabnya.
"Ya... Aku memang sering tidur dengan suami orang. Tapi untuk merusak anak orang, itu bukan sifatku."
"Lalu bagaimana dengan anakku?"
"Hah?"
"Fadly? Kau merusaknya, kau menggodanya, bahkan kau...."
"Astaga... Kau bahkan tak tahu apa-apa tentang anakmu sendiri, Nyonya."ledekku padanya.
" Kau yang tak tahu apa-apa tentang keluargaku!" pekiknya.
" Apa makanan kesukaan Fadly? Apa yang paling Ia benci? Dan apa, yang paling Ia inginkan saat ini? "tanyaku, yang langsung membuatnya diam.
"Dia suka ayam goreng, dia benci ikan. Dan yang Ia inginkan, adalah sebuah fasilitas yang serba lengkap, dan apapun bis aku berikan." jawabnya dengan begitu angkuh.
Aku terkekeh, karena itu sama sekali tak benar. Ya, aku sempat membaca buku harian Fadly yang terjatuh malam itu di rumah ku. Sehingga aku tahu apa isi hatinya.
"Tidak semua, bisa di beli dengan uang. Tidak semua anak, menginginkan kemewahan, Nyonya. Yang di inginkan Fadly sederhana, hanya ingin nonton film bertiga dengan Ayah dan Ibunya. Itu saja." jawabku, dengan memainkan kalung mutiara yang ku pakai.
"Ngaco! Tau apa kamu tentang hidupku dan keluargaku?"
"Lalu, memangnya kamu siapa bisa menilai kehidupanku? Siapa yang memberimu Hak untuk ikut campur, HAH!!!" bentakku, dengan menggebarak meja di hadapannya.
Wajah yang tadinya angkuh, kini menjadi gugup. Matanya berkaca-kaca, dan tangannya tremor. Berdiri pun, kakinya tampak lemah seolah tak akan mampu berjalan menggapai mobil mewahnya di luar sana.
"Jangan hanya menyalahkan orang lain, atas kesalahan yang kau buat. Itu anakmu, anak bersama suami mu. Perhatikan dia." ucapku untuk yang terakhir kalinya.
Ia pun kini berdiri, dan kembali menampakkan wajah angkuhnya itu padaku. Dan tanpa aba-aba, lalu pergi meninggalkan tempat haram kami.
Semua teman dan para tamu menatapku. Entah apa yang ada dalam fikiran mereka saat ini. Takjub, berfikir aku sok hebat, atau bahkan takut dengan sifatku yang arogan.
"Intan, kamu ngga papa?" tanya Nina padaku.
"Kamu lihat, aku kenapa-kenapa? Sudahlah, lanjutkan pekerjaanmu." jawabku padanya.
Aku pun kembali ke dalam kamarku, kamar penuh dengan dosa itu menjadi saksi semua perbuatanku. Tempat ketika aku di sayang, di manja, dan bahkan diperlakukan kasar olehnya yang memakai jasaku.
" Tetap tersenyum, meski senyum itu terasa menghina diri sendiri."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Wie Yanah
wahhhh... pemranya slain baik tp pemuas laki" .. smga cpt sdr y intan💪💪🥰😘
2021-12-09
1
Diana Susanti
lanjuuuuut kak
2021-12-06
0
alvalest
hem
2021-12-06
1