Bocil mau main nakal

"Hhh, enaknya jadi Intan. Ngga perlu capek goyang aja, udah dapet duit. Ngga kayak kita, yang sampai perih gini." keluh Dewi.

"Ini uang kasihan, Wi. Nanti kalau udah kinclong lagi ya bakalan kayak kalian." balasku.

"Iya, tapi kalau kamu sembuh, bakal jarang yang lirik kami. Maunya sama kamu."

"Udah ih, yang penting malam ini kalian panen." godaku pada mereka.

Di Rumah Madam Lola, aku memang salah Satu yang paling laris. Meskipun, aku datang dalam keadaan sudah tidak perawan karena diperkosa. Tapi, Madam sendiri yang melatihku saat itu agar menjadi seorang yang profesional dan menguntungkan satu sama lainnya.

Hari sudah semakin gelap, aku pamit pulang kepada mereka semua yang masih lembur malam ini. Ada target sendiri untuk kehidupan mereka, yang harus mereka penuhi. Seperti Dewi, yang harus berjuang demi anaknya yang memiliki kelainan jantung sejak bayi. Suaminya langsung meninggalkan dia ketika ketika menerima kabar itu.

"Semua lelaki Bajingan... Hanya mau menanam benih, tapi tak mau mengurusnya dengan baik. Padahal, Dia seperti itu juga karena kebiasaan merokoknya yang parah! Dan bahkan, lebih penting rokok dan alkohol di bandingkan denganku dan anaknya." keluhnya ketika sedang mabuk.

Bagi kami yang sudah terlanjur masuk, akan begitu sulit menemukan jalan keluar. Dan bahkan nyaris tak ada jalan keluar sampai kapanpun.

Aku telah tiba di rumah, dan akan membuka pintu. Tapi, seperti ada seseorang yang mengawasiku dari kejauhan.

"Siapa lagi? Ini bukan pertama kalinya." gumamku.

Aku mencoba tak ambil pusing, tapi sepertinya Ia semakin menatapku tajam dari tempatnya.

"Keluar ngga? Ini sendal gue Sepuluh Centi dan ujungnya runcing loh. Kegetok bisa bocor kepala lu." ancamku padanya.

"A-ampun, Kak. Maaf, jangan getok kepala saya."

Ia pun keluar dari persembunyian. Rupanya seorang pria kecil yang sepertinya masih sekolah.

"Siapa kamu? Mau apa kemari?"

"Eehmmm, anu... Mau...."

"Heh, bocil! Ngga usah mikir dan pengen macem-macem. Sekolah ama jajan masih di biayain Orang tuamu juga."

"Ta-tapi.... Ini, saya nabung sendiri, saya cuma pengen belajar."

"Belajar apa, dek? Kenapa harus belajar? Besok kalau udah waktunya, kamu juga bakalan bisa sendiri."

"Kak... Gue mohon. Gue kesel kalau selalu di bully karena cupu. Gue yang ngga pernah nyambung kalau temen-temen gue ngomongin masalah itu. Gue penasaran, tapi tia gue nanya, mereka malah ngetawain gue, Kak." rengeknya.

"Gue ngga mau ngerusak anak orang. Maaf." jawabku dengan wajah datar, dan kembali membuka kunci rumah.

"Tapi, kakak selama ini kan ngerusak rumah tangga orang!" pekiknya lumayan keras. Untung saja, tetangga sudah tidur semua.

Aku kesal, lalu ku tarik tangannya masuk ke dalam rumah. Ia yang tersentak kaget, tapi masih menurutiku dengan baik.

Setelah masuk, ku dorong tubuhnya ke dinding, dan ku himpit tubuhnya dengan kuat. Tampak Ia mulai tegang dan berusaha mengatur nafasnya yang mulai tersengal.

"Hh, dasar bocah." ledekku dalam hati.

Ia tampak pasrah dengan perlakuanku padanya. Apalagi, ketika tanganku mulai masuk kedalam jeansnya, dan mencolek adik kecil yang terhimpit di dalam.

"Ih, apaan ini? Belum gue apa-apain, woy!" ledekku ketika mendapati sesuatu yang basah di tanganku.

Aku langsung mengeluarkannya, dan mengelapkannya di pakaian miliknya.

Dengan penuh rasa malu, pria kecil itu pun langsung berlari keluar dari rumahku. Berlari begitu kencang tanpa pernah lagi menoleh kebelakang.

"Hh, dasar bocil. Mau main-main, tapi belum siap mental."

Terpopuler

Comments

Leni Fatmawati Fatmawati

Leni Fatmawati Fatmawati

hahaha dasar bocah

2021-12-30

0

Wie Yanah

Wie Yanah

wahhh... kelas brp itu macem" aja😂😂😂😂

2021-12-09

1

Tutik Idawati

Tutik Idawati

lanjut

2021-12-05

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!