Pertemuan yang aneh

Intan mengendarai mobilnya menuju sebuah gedung tua. Ia turun dari mobil, dan naik ke lantai paling atas gedung itu. Tangisnya pecah sepanjang perjalanan, hingga tiba di tempat yang Ia tuju.

"Aaaaaarrrrrrrggghhhh! Berengsek, semuanya berengsek.! Tak ada yang benar sama sekali dalam hidup ini. Semua gila, lebih gila dari dia." pekiknya sekuat tenaga.

Ia naik di atas pembatas, setelah melepas high helsnya. Ia merentangkan tangan, menerima hempasan angin yang menerpa tubuh indahnya itu. Hingga tiba- tiba, sebuah suara tembakan mengagetkannya.

Dooorrr!!! Karena terkejut, Ia pun terpeleset dan hampir jatuh. Untung saja, jatuhnya tak mengarah keluar gedung yang tinggi, melainkan kembali ke dalam.

"Aaaargghhh! Siapa yang mengagetkanku?" kesalnalya.

Ia pun memakai lagi high hellnya, dan mencari sumber suara untuk memarahi orang itu.

"Woy... Ngga ada kerjaan apa ngagetin orang?" bentaknya.

Seorang pria berbadan tegap, dengan postur tinggi besar ada di hadapannya. Sepertinya Ia tak mendengar omelan Intan, dan fokus dengan bidikan yang ada di hadapannya.

Intan menghampiri, dan langsung menarik tangannya.

" Heh, ngga denger apa di panggilin?" ucap Intan dengan nada keras.

"Woy! Kamu ngga tahu kalau saya sedang pegang pistol? Kalau sapai salah bidikkan, dan nembak orang ngga bersalah gimana?"

"Heleh, palingan pistol mainan." ledek Intan.

Pria itu tak banyak berkata, dan langsung menembakkan pistol itu sekali pada dinding, hingga terdapat bekas di sana.

"Lihat! Mana mungkin pistol mainan bisa ngelubangin dinding. Atau mau kamu aja yang jadi bahan percobaan?" tantangnya.

Pria itu bernama Troy, profesinya adalah seorang pembunuh bayaran. Tapi karena pekerjaannya yang begitu halus, Ia tak pernah tertengkap selama karirnya. Pernah sempat di tangkap, tapi akhirnya semua tak terbukti dan di bebaskan. Pengaruh orang dalam pun kental dalam setiap pembebasannya, karena merekalah yang siap membayar mahal atas jasa Troy untuk mereka.

"Emang berani kamu bunuh saya? Ayo coba, bunuh. Kebetulan, saya juga pengen mati." tantang Intan padanya, dengan mengarahkan pistol tepat di kepalanya.

"Jangan main-main dengan kematian. Deritamu tak seberapa di banding dengan orang-orang di luar sana."

"Sok tahu tentang hdiupku. Siapa kamu, bisa menasehati seperti itu?"

Troy tak menjawabnya, Ia kembali mengarahkan pistol ke depan, dan mulai kembali fokus dengan bidikkan.

"Hey, kenapa tak menjawabku?" Intan menarik tangannya lagi karena emosi.

Kali ini emosi Troy terpancing. Ia menarik lengan Intan, lalu mendorongnya ke luar gedung hingga setengah tubuh Intan tergantung sekarang.

"Sudah ku bilang, jangan ganggu kerjaku. Apa kau tak dengar?" pekik Roy padanya. Ia pun semakin mendorong Intan kebawah.

Intan takut dengan tatapan mata Itu, tatapan mata yang begitu tampak serius dan marah. Ia mencengkram tangan Troy hingga terluka karena kukunya yang panjang. Troy sama sekali tak merasa sakit dengan itu.

"Jatuhkan aku, segera." pinta Intan dengan terbata-bata.

Troy melepas tangannya dari tubuh Intan, hingga Intan kembali melorot kebawah.

"Aaarrrkhhh!" pekiknya.

Tapi bukan karena takut, melainkan ketika roknya tersingkap dan bagian bawahnya terbuka. Apalagi, ketika melihat Troy begitu syok melihat area itu.

"Hey, jangan kau lihat. Itu pelecehan." pekik Intan.

"Bagaimana aku tak melihatnya, dia terbuka."

"Tutup matamu. Itu area terlarang."

"Kau jadi bunuh diri atau tidak?" tanya Troy.

"Tidak, aku tak ingin mati dalam keadaan memalukan seperti ini. Cepat, tarik aku kembali.

"Tolooooong... Toloooong..." pekiknya kembali dalam kondisi absurd itu.

Troy masih bingung, Ia begitu syok dengan pemandangan yang ada di depan matanya. Meski jujur, bukan baru kali ini Ia melihatnya.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***