Tangannya mengepal dan mendekati pipiku. Tapi, tiba-tiba berhenti dan menahannya sendiri.
"Tumben?" batinku yang bahkan sudah memejamkan mata.
"Hhh, aku sudah terlalu malas memberikan hukuman padamu. Untung saja, kau lebih banyak berhasil daripada gagal. Jadi, kali ini ku maafkan. Besok kesempatan kedua, jangan sampai gagal lagi."
"Iya, tak akan gagal lagi. Kalau bukan karen wanita itu, pasti sudah berhasil dalam sekali tembakan."
"Pembunuh bayaran dingin sepertimu, bisa-bisanya kalah dengan wanita."cibirnya padaku.
Aku tak menjawab apapun, hanya nenggaruk telinga menutupi rasa malu. Lalu berfikir jika yang di katakannya adalah benar. Aku, kenapa bisa sampai kalah dengan wanita itu.
Aku kembali ke kamarku, mengganti pakaian dan merebahkan tubuhku sejenak lalu memejamkan mata. Tapi, aku tak dapat tidur kali ini. Terasa ada yang mengganggu isi kepalaku, tapi aku tak tahu apa.
"Aaarrghhh, malah jadi galau begini. Mending bawa mabok ajalah, mabok. Ngapain juga di rumah diem-diem ngga ada kegiatan. Mana kerjaan gagal." gerutuku.
Kemudian ku ambil jaket hodie kesayanganku, dan keluar dari rumah itu.
"Kemana lagi kau?" tanya seorang penjaga.
Aku tak menjawab, hanya memberi isyarat melalu jempol yang ku arahkan ke mulutku. Dan Ia pun sudah tahu akan jawabannya.
Kembali ku lewati jalanan, menuju bar yang sudah menjadi langgananku dan para sahabatku dulu. Sahabat yang kini sudah berpencar entah kemana, dan kami putus komunikasi. Kini hanya aku sendiri, yang masih setia dengan Bos Ronald dan yang lain.
Suara musik menggema di seluruh ruangan, lampu warna warni memancarkan cahayanya yang terang dan berputar-putar. Lautan manusia seolah tanpa beban sedang berjoget, menggoyangkan tubuh dan menggelengkan kepalanya dengan begitu asyiknya.
Aku hanya menatap mereka sembari menikmati minuman yang di berikan bartender padaku. Ia yang sudan menjadi langganan, begitu faham semua yang ku sukai, sehingga aku tak perlu banyak memesan lagi.
"Bro... Sendirian aja?" sapanya.
"Ya, ngga ada temen lagi gue. Udah pada mencar semua, bikin bisnis sendiri. Gue aja yang masih terjebak disini."
"Buat bisnis juga lah bro, loe punya kemampuan. Duit juga ada kan? Ngga mungkin, ngga ada simpenan sama sekali."
"Ya, gue juga pengen hidup normal. Punya istri dan anak. Tapi entah kapan" tawaku pada diri sendiri.
Aku kembali minum, dan terus minum hingga kepalaku sakit rasanya. Tapi aku masih sadar dengan semua keadaan di sekitarku.
"Kalau ngantuk, tidur aja sana di sofa."
"Ya, makasih." jawabku, lalu berdiri menuju sofa bar, dan merebahkan tubuhku di sana.
Pov Author
Adzan magrib membangunkan Intan dari tidurnya. Tapi itu hanya sebuah alarm baginya, agar Ia bisa bangun tepat waktu.
Hari ini Ia masih libur karena lebam di tubuhnya, tapi Ia pun begitu malas di rumah sendirian dan diam tanpa kegiatan.
Intan mengendarai mobilnya dengan kencang dan menuju sebuah Bar di tengah kota. Ia masuk, dan menyapa semua orang yang sudah mengenalnya dengan akrab. Bartender memberinya minuman, lalu Ia meminumnya dengan lahap.
"Ngga kerja malam ini?"
"Kamu ngga lihat, luka lebam di wajah dan tanganku? Bahkan sudah ku tutup dengan make up, tapi masih terlihat." keluh Intan yang mulai mabuk.
Ia memang tak bisa minum, karena efeknya akan langsung memabukkan baginya. Tapi, kali ini Ia nekat dan tak perduli dengan apa yang akan terjadi.
Intan melirik panggung utama, tak ada penari latar di sana. Ia pun turun dari kursinya, dan naik kepanggung itu. Ia mulai menari-nari mengikuti irama musik yang dimainkan. Ia tak perduli, meski harus menjadi perhatian orang lain.
"Enjoy guys! Nikmati malam ini dengan kegembiraan. Buang segala gundah di hatimu, hempaskan semua yang mengganggu!" teriaknya di atas panggung.
Dj pun semakin mengencangkan musiknya, membuat suasana menjadi semakin panas. Termasuk Intan, yang menari semakin liar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Wie Yanah
wahhh intan bnr " wnta mlm yg perfec 💪
2021-12-08
0