Part 6

🌸🌸🌸

Sakura baru saja meletakkan tasnya di meja. Ia melepaskan ikat rambutnya, membiarkannya tergerai. Sakura yakin, sebentar lagi suaminya pasti pulang. Ia ingin sekali saja tak perlu peduli dengan Uchiha yang satu itu. Sepertinya, itu hanya angan-angannya saja. Buktinya, sesuai dugaan Sakura, Sasuke baru saja masuk ke dalam kamar mereka.

Gadis itu berjalan mendekat. Mengambil tas kerja suaminya yang bahkan belum Sasuke serahkan padanya. Sasuke menatap Sakura tanpa arti. Ia terus memperhatikan istrinya dengan rambut panjangnya itu tanpa merasakan apapun. Alih-alih mengomeli Sakura, Sasuke justru mengatakan hal yang tak terduga bahkan untuknya sendiri.

"Dia hanya sekretarisku, Sakura," ucapnya, tanpa keingingan untuk mengatakannya.

"Akan kusiapkan air hangat untukmu, Sasuke-kun," ujar Sakura usai ia menerima pakaian kotor Sasuke. Baru saja berbalik, Sakura merasakan pergelangan tangannya tertahan.

"Ada apa?" tanya Sakura. Emerald-nya balik menatap Onyx suaminya.

Sasuke tak segera memberi jawaban. Ia menghela napas pelan. "Tidak."

Dilepaskannya tangan Sakura. Tanpa berkata lagi, gadis itu melangkah menuju kamar mandi. Menyiapkan bak mandi air hangat suaminya. Ketika ia selesai dengan urusannya, Sakura beranjak dari kamar mandi. Ia dibuat terkejut tatkala membuka pintu kamar mandi, karena dada bidang suaminya yang terekspos itu menyambutnya. Sakura tersipu malu, dan dengan segera berlalu dari sana.

Sasuke sengaja berlama-lama di kamar mandi. Ia teringat tentang yang pernah istrinya katakan, bahwa dia tak akan mudah melepaskan apa yang dia cintai dan dia miliki. Sasuke mendecih karena pikirannya melayang ke mana-mana. Ia mengakhiri acara mandinya. Saat ia keluar kamar mandi, didapatinya Sakura sudah terlelap dalam tidurnya. Istrinya itu sudah menyembunyikan sebagian tubuhnya di balik selimut.Sasuke hanya menatap datar pemandangan itu.

🌸🌸🌸

"Ohayou, Ino-san," sapa seorang perawat perempuan yang tengah memeriksa kertasnya di meja.

"Ah! Ohayou mo, Ayame-san," jawab Ino.

Ia baru saja memasuki rungan khusus perawat. Gadis berambut cokelat dengan kuncir kuda itu meneruskan kegiatannya. Ia salah satu perawat baru, seperti Ino. Ayame berada di tim Hyuuga Neji. Sama seperti Ino, tugasnya membantu dokter saat melakukan operasi, juga memeriksa pasien-pasien di rumah sakit itu ketika jam periksa sudah tiba.

"Hei, apa Sakura-Sensei itu sudah menikah?" tanya seseorang di ruangan itu. Ino menajamkan pendengarannya.

"Entahlah. Dia terlihat begitu muda. Mungkin saja dia sudah menikah," sahut yang lainnya.

"Ne, kalian tahu pengusaha muda yang menjadi manajer di Uchiha Ace?"

"Maksudmu, Uchiha Sasuke? Orang yang membangun perusahaan bersama kakaknya itu?" tanya seorang gadis yang lain, memastikan.

"Iya. Kau tahu? Banyak yang mengira Sakura-Sensei itu tunangannya Sasuke-san. Aku pasti benar-benar iri jika berita itu benar."

"Tahu dari mana?" tanya yang lain.

"Kudengar dari temanku, salah satu temannya pernah melihat mereka di Nagasaki beberapa bulan yang lalu."

"Apa memang se-terkenal itu mereka?"

"Kau lupa? Sakura-Sensei itu dokter bedah perempuan terbaik di Jepang. Lalu, Sasuke-san itu salah satu pengusaha muda yang terkenal di seluruh dunia," sahut seseorang.

Ino menghela napas panjang di tempat duduknya. Sakura memang berbulan madu dengan Sasuke di Nagasaki. Ino tahu hal itu karena Sakura pernah bercerita. Sepertinya, itu tidak cocok disebut bulan madu.

"Kalian pagi-pagi sudah bergosip? Sebaiknya segera lakukan tugas kalian sebelum Tsunade-sama datang menyapa kita," ujar Ayame tiba-tiba.

Beberapa perempuan yang semenjak tadi membicarakan Sakura dan suaminya-yang tentu hanya diketahui Ino-segera membubarkan diri. Mereka mulai menjalankan tugas masing-masing.

Ino tak habis pikir dengan kedua teman sekolahnya itu. Mau sampai kapan mereka menyembunyikan status pernikahan itu. Ia menduga, bahwa sebentar lagi pasti ikatan mereka akan diketahui orang-orang di sekitar mereka. Berpikir tentang kebohongan mereka membuat Ino ingat tentang sebuah kalimat yang pernah ia baca di sebuah novel.

Sekuat apapun daun, ia pasti akan jatuh dari pohonnya. Selama apapun sebuah dusta, ia pasti akan tersingkap saat angin menyapunya.

Ino menghela napas. Gadis bermanik Aquamarine itu berdiri saat mendapat panggilan dari Ayame untuk memeriksa beberapa pasien. Meski kadang ia merasa kesal dengan berbagai macam pasien yang ia hadapi, Ino tetap menyukai tetap menyukai pekerjaan ini.

🌸🌸🌸

Sepulang bekerja, Sakura menunggu Ino yang katanya ada operasi sore itu. Sudah lima belas menit gadis bersurai merah jambu itu duduk menunggu di salah satu bangku di taman rumah sakit. Sakura mulai kesal. Ia memutuskan untuk kembali masuk ke dalam rumah sakit dan mencari sahabatnya itu.

Baru saja ia naik pada anak tangga ke dua, kakinya tersandung. Ia hampir terjungkal, jika tangan kekar yang bersembunyi di balik lengan jas putih panjang itu tidak menahan punggungnya. Sakura meringis saat merasakan kakinya tergores tangga.

"Daijoubu, Haruno-san?"

Suara berat seorang lelaki membuat Sakura mendongak. Cepat-cepat Sakura menegakkan tubuhnya. Sesaat, ia tertegun pada wajah berahang tegas itu. Kulitnya yang putih dan jelas terlihat halus itu membuat Sakura berhenti bernapas sejenak. Jantungnya berdegup sedikit lebih kencang. Tentu saja bukan karena ia mendapati sesosok tampan yang membantunya. Itu hal alami yang terjadi saat adrenalin manusia meningkat. Sakura hampir terjatuh tadi, kan?

"Arigatou, Hyuuga-Sensei," ucap Sakura pelan, dan lembut di telinga lelaki bermarga Hyuuga itu.

"Kau tidak perlu memanggilku seperti itu. Panggil saja nama depanku," tukasnya kemudian.

Sakura sedikit mengernyit. "Neji?" tanyanya memastikan. Neji mengangguk.

"Kalau begitu, panggil aku dengan nama kecilku saja. Sakura," timpal Sakura. Neji mengangguk lagi.

"Kalau begitu, aku permisi," pamit Sakura. Ia segera berlalu meninggalkan Neji. Samar, lelaki itu tersenyum tipis di sana.

Ketika Sakura berbelok hendak ke ruangan khusus perawat, Ino hampir menabraknya. Mereka saling menyalahkan untuk sesaat, sebelum manik Sakura melihat siluet seseorang berjalan menjauh dari lorong rumah sakit tempatnya dan Ino berada.

"Sakura?" tanya Ino saat menyadari Sakura diam. Gadis berambut pirang itu mengikuti arah pandang Sakura.

"Siapa dia?" tanya Ino yang langsung mengerti siapa yang menjadi pusat perhatian Sakura.

Tanpa menoleh, Sakura menjawab. "Sekretarisnya Sasuke-kun."

Ino memasang wajah datarnya. "Heeh?! Apa katamu? Wanita dengan penampilan seperti itu?"

Wajar Ino mengomentari demikian, karena pakaian sosok yang Sakura maksud begitu fulgar untuk ukuran pekerja kantoran.

"Sebaiknya kita pulang, Ino," ajak Sakura lantas berjalan pelan meninggalkan Ino. Ino segera menyusul. Lalu, obrolan mereka berubah ringan seperti biasanya. Hal-hal seperti itu cukup membuat Sakura dalam suasana hati yang baik. Ino memang sahabat terbaiknya. Baik dulu, kini, dan mungkin esok hari. []

.

.

.

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!