...Sikapnya yang manis membuatku jatuh semakin dalam di jurang cintanya. Pesonanya masih tetap sama, kuat dan membuatku tak berdaya....
...~Almeera Azzelia Shanum...
...🌴🌴🌴...
"Bolehkah Abra membenci Papa?"
"Apa!" Jantung Bara berpacu dengan cepat.
Bahkan pria itu sampai menegakkan tubuhnya untuk bisa melihat raut wajah putranya.
"Apa maksudmu, Nak? Kenapa kamu ingin membenci Papa?"
"Karena Papa membuat Mama menangis setiap malam."
"Setiap malam?" ulang Bara menatap tak percaya.
"Ya. Setiap malam, Pa. Papa tidak tau, 'kan?" ucapnya dengan nada sinis. "Disaat Papa bahagia dengan istri kedua, Papa. Disini Mama menangisi Papa."
Abraham membuang wajahnya ke samping. Entah kenapa melihat wajah Papanya selalu membuatnya mengingat bagaimana Mamanya menangis. Wajah itu sangat membuatnya muak.
"Papa pasti penasaran, 'kan? Dari mana Abra tahu semuanya."
Bara masih merasa syok. Bahkan pria itu masih terdiam dengan pandangan kosongnya.
"Abra tau dari Mama. Abra paksa Mama cerita pada Abra. Papa tau, apa yang Mama katakan?"
"Apa?" tanya Bara dengan wajah penuh penyesalan.
"Papa sudah bukan milik Mama seutuhnya. Papa sudah memiliki istri lain yang lebih Papa cintai. Papa akan melupakan Mama," ungkap Abra dengan mata berkaca-kaca.
Ingatannya terus berputar pada wajah bidadari dunianya. Wanita yang menjadi cinta pertamanya itu sangat terlihat rapuh di depan Abra. Hingga hal itu lah yang membuat anak dari pasangan Bara dan Almeera begitu membenci papanya.
"Kenapa Papa menikah lagi? Apa kurangnya Mama, Pa? Apa!" seru Abra dengan kedua tangan terkepal.
Matanya begitu tajam seakan berusaha mengorek apa yang ada di dalam mata papanya. Mencoba menebak apa yang akan dikatakan Bara sebentar lagi.
Bara hanya mampu terdiam. Setelah tadi dia tertampar akan nasehat orang tuanya. Malam ini lagi-lagi dia merasa tertohok akan ucapan anaknya sendiri.
Anak yang sangat dinanti kehadirannya dulu, saat ini tak lagi menatapnya penuh bangga. Bahkan Bara bisa merasakan jika anaknya sangat tak nyaman ada di dekatnya.
"Katakan, Pa! Katakan!"
"Papa tak bisa mengatakan apapun, tapi…." jeda Bara sebentar sambil menatap putranya. "Suatu hari nanti kamu akan mengerti kenapa Papa melakukan semua ini. Yang pasti, Papa mencintai wanita lain selain Mamamu."
"Papa berselingkuh?" tuding Abra dengan cepat.
"Tidak!"
"Lalu jika bukan berselingkuh. Apa lagi? Papa sudah menikah dengan Mama. Jadi sebutan apa yang pantas?"
"Jangan melebihi batasmu, Abra!" seru Bara dengan tegas.
"Aku tak melebihi batasku. Aku hanya ingin tau kenapa Papa menikah lagi, karena itu membuat Mama menangis setiap malam."
"Papa sayang sama Mama, tapi Papa juga sayang sama Mama Narumi."
"Dia bukan Mamaku!"
"Papa tahu, Nak. Tapi ingatlah, dalam islam pria boleh menikah lebih dari satu wanita."
"Tapi aku tak akan mengikuti jejak Papa," balas Abra dengan beranjak berdiri. "Ketika aku sudah dewasa. Aku tak akan seperti Papa. Aku akan berusaha setia pada wanitaku dan tak akan membuatnya menangis setiap malam."
Setelah mengatakan itu Abraham segera pergi dari sana. Dia membawa laptop dan gelasnya menuju kamar meninggalkan Bara sendirian. Dia mengabaikan panggilan papanya. Dia seakan sengaja menulikan telinganya karena tak mau mendengar jawaban apapun lagi.
"Papa egois. Papa tak mau mengerti perasaan Mama," gumam Abra dengan menghapus air matanya yang mengalir.
Sedangkan Bara, pria itu menjatuhkan tubuhnya di sofa ruang tamu. Air matanya tentu sama-sama menetes. Dia merasa sakit akan perkataan putranya. Bukan karena Abra kurang ajar, melainkan dia malu ditelanjangi oleh perkataan anaknya sendiri.
Semua perkataan Abraham. Semua yang dia ungkapkan padanya begitu menampar dirinya. Hatinya merasa tertohok hingga membuatnya tak bisa berkata apa-apa lagi.
Tiba-tiba bayang-bayang Bia tertawa dengannya berkelebat dalam ingatannya. Wajah cantik dan imutnya entah kenapa membuat rasa bersalah kian membesar di hati Bara.
"Mungkin aku harus menyiapkan hati saat putriku mengetahui semuanya."
...🌴🌴🌴...
Suara adzan subuh mulai terdengar di seluruh perumahan rumah Bara dan Almeera. Para manusia mulai terbangun untuk menjalankan ibadah dua rakaat. Begitupun dengan seorang pria yang sudah sejak tadi terbangun dari tidurnya.
Ya, siapa lagi jika bukan Bara. Pria itu mulai melakukan apa yang disarankan oleh Abi Hafiz. Semalam Almeera tidur di kamar mereka dan membuat Bara memilih tidur di sofa. Dia tak mau membuat istrinya marah. Apalagi semakin kecewa kepadanya. Bara ingin memperbaiki semuanya. Dia ingin mengambil hati istrinya kembali.
Dengan pelan Bara memasuki kamar miliknya. Dia bisa melihat istrinya masih terlelap disana. Berjinjit pria itu mendekati ranjangnya. Mendudukkan dirinya di sana dengan perlahan lalu menatap wajah cantik tanpa polesan istrinya itu. Bara ulurkan tangannya mendekati wajah sang istri. Perlahan dia mengelus pipi Almeera agar wanita itu terbangun.
"Almeera sayang, bangun!"
Pertama kali saat mata Almeera terbuka. Pemandangan yang dia lihat adalah wajah suaminya. Wajah tampan Bara di dekatnya. Wajah itu tetap sama. Bahkan mata dan senyumannya membuat Almeera terhipnotis.
Entah kenapa posisi ini membuat jantungnya berdegup kencang. Kesadarannya yang belum sepenuhnya dia dapatkan karena baru saja bangun tidur. Harus disuguhi dengan pemandangan indah ini.
Sungguh dia merasa Baranya kembali. Bara yang dulu begitu lembut dan penuh perhatian sedang ada di depannya. Almeera menyadari akan sesuatu. Beberapa hari ini dia memberi jarak pada suaminya. Membatasi diri dan membentengi hati agar tak mudah luluh. Namun, pagi ini. Entah kenapa hatinya mulai goyah.
"Sayang bangun! Ayo sholat bersama," pinta Bara kemudian,
Cup.
Almeera mendadak seperti patung. Dia tak bisa berkata apapun lagi. Bahkan dia masih bisa merasakan ciuman lembut itu di dahinya. Dirinya tak bisa menghindar karena memang hatinya masih terkejut.
Bara mengulurkan tangannya dan tersenyum. "Ayo!"
Seakan terhipnotis. Almeera menerima uluran tangan itu dan beranjak dari ranjang. Keduanya berjalan menuju kamar mandi dengan bergandengan tangan. Sampai di depan kamar mandi, Bara menghentikan langkah kakinya. Dia mengelus kepala istrinya dengan sayang.
"Sana ambil wudhu. Aku tunggu disini."
"Iya."
Setelah keduanya selesai mengambil wudhu. Mereka akhirnya mulai menjalankan ibadah sholat subuh. Ibadah yang dulu sering mereka lakukan berjamaah akhirnya kembali mereka lakukan bersama-sama.
Posisi yang sangat disukai Almeera. Posisi ketika bisa melihat punggung suaminya menjadi imam. Posisi dimana dia menghadap Tuhan, meminta rahmatnya dengan sosok imam di depannya semakin membuat hatinya berdesir.
Keduanya sama-sama menangkupkan kedua tangannya di depan dada. Memanjatkan doa untuk prahara rumah tangga mereka dan menjalani sampai maut yang memisahkan.
"Tuhan ampuni dosaku, istriku dan kedua anakku serta keluargaku. Jauhkan kami dari segala bahaya yang mendekat. Jagalah kami dari segala kenikmatan dunia yang membuat kami buta."
"Aamiin," sahut Almeera dengan pelan.
Maafkan aku, Tuhan. Aku bukan pria baik. Aku bukan pria sempurna tapi aku selalu berusaha menjadi hamba yang taat. Aku memohon kepadamu. Berikan kesabaran yang besar di hati istriku. Aku sangat mencintai Almeera. Aku tak mau kehilangan istri dan kedua anakku. Tolong lembutkan hatinya agar mampu memaafkan dan menerima semua keadaan ini, aamiin, gumam Bara dalam hati.
~Bersambung
Mas Bara usaha ye? Sia-sia gak yah, hihihi.
Makin gedeg lah gedeg hahaha. Sabar tahan yah.
Jangan lupa klik like, komen dan vote. Biar author semangat ngetiknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 286 Episodes
Comments
Zalva riziq
d bejek muka bara hadeuh mangkel nih
2024-04-28
0
aisyahara_ㅏㅣ샤 하라
poko nya di part bara tu pen ngomong kasar aj, dia mau berbuat apa aj selalu salah aj di mata saya,
2024-03-28
0
Lanjar Lestari
emang kmharus pilih salah 1 Bara Almeera dan 2 anakmu atau Narumu yg km pilih dasar laki laki egois aku benci km Bara ingin aku ulek ulek tu wajah dan mukamu bara tak kasih cabai 1 kg terus ku ulek🤣🤣biar Abra senang
2024-03-15
0