...Ketika keputusanku menjadi bumerang untuk diriku sendiri. Maka disitulah aku membutuhkan pelukanmu untuk menenangkanku. ...
...~Almeera Azzelia Shanum...
...🌴🌴🌴...
Jika Narumi dan Bara sedang bermesraan dan di mabuk asmara. Berbeda dengan Almeera, perempuan itu langsung mengunci dirinya di dalam kamar setelah melihat kedua anaknya tidur dengan tenang.
Jarum jam terus berputar. Malam semakin larut. Namun, sepasang mata dengan bulu mata lentik itu belum terpejam. Dia terduduk di lantai. Merebahkan sebagian tubuhnya di tepi ranjang dengan air mata yang terus mengalir.
Entah kenapa pikirannya terus berputar pada sang suami dan istri barunya. Tentang apa yang sedang mereka lakukan malam ini. Hingga, bayangan dimana suaminya berada di ranjang wanita lain. Disentuh dan dipuja oleh orang yang bukan dirinya.
Sakit, tentu saja. Bahkan matanya mulai membengkak. Kantung matanya menghitam dengan rasa sesak yang dirasakan.
"Apa keputusanku ini salah?" gumam Almeera dengan tangisan yang tergugu.
Dia memukul dadanya berulang kali. Berusaha menghilangkan rasa sesak yang semakin menjadi. Ini adalah keputusannya. Ini terjadi atas izinnya. Namun, jika dia tak mengizinkan maka suaminya akan terjerumus dalam zona perzinahan. Lalu jika dirinya berpisah, maka anak-anaknya yang menjadi pihak paling tersakiti.
Tak lama rasa sakit itu semakin menjadi. Almeera berusaha bangkit. Dia mencoba berdiri dan berjalan menuju meja riasnya. Dirinya memandang wajahnya dari pantulan cermin. Tak jelas memang, tapi dengan sinar dari lampu balkon setidaknya bisa membantunya untuk melihat bagaimana keadaan dirinya sekarang.
Buruk.
Satu kata yang muncul di pikirannya. Hingga kepala Meera menunduk dan terlihat banyaknya alat kosmetik miliknya tersusun rapi disana.
"Aghhhh…." Almeera menepis semua yang ada di meja rias.
Dia menjerit dengan kencang dan menghamburkan semua benda yang ada disana. Dirinya tak tahu harus melampiaskan kepada siapa. Hanya satu yang dia inginkan malam ini. Menangis, menjerit agar sesak di dadanya berkurang walau sedikit.
Mengabaikan semua kekacauan yang dia buat. Almeera berjalan tanpa memperdulikan bekas kaca yang menusuk telapak kakinya. Tak ada rasa sakit karena tusukan itu, melainkan semua dikalahkan dengan hatinya yang sudah hancur.
Almeera terus melangkah menuju tempat ponselnya berada. Tubuhnya mulai gemetaran. Dia meraih benda tipis itu dan meletakkannya di telinga. "Tolong jemput Meera, Kak. Meera gak sanggup dengan sakitnya."
Suara Almeera terbata-bata. Bahkan siapapun yang mendengarnya, pasti akan tahu jika istri dari Bara itu sedang tidak baik-baik saja.
"Meera tidak kuat lagi, Kak. Tolong Meera!" Biarlah kali ini dia butuh sebuah sandaran. Almeera butuh sebuah pelukan yang membuat dirinya menjadi tenang.
"Tunggu Kakak, Ra. Kakak akan menjemputmu."
...🌴🌴🌴...
Jonathan, Kakak kandung pertama dari Almeera langsung meluncur ke rumah sang adik. Dirinya baru kali ini mendengar suara adiknya yang begitu kacau. Tentu pikirannya sejak tadi benar-benar tak tenang. Dia ingin segera sampai disana dan memeluk adik perempuan satu-satunya itu.
"Almeera!" teriak Jonathan dengan mengetuk pintu kamar sang adik.
Suara kunci pintu yang diputar, membuat Jonathan sedikit mundur. Hingga saat tubuh sang adik mulai muncul dari balik pintu, mata Jonathan membelalak lebar.
"Astaga, Meera," ucap Jonathan dengan terkejut.
Jonathan melihat noda darah di lantai yang diinjak sang adik. Lalu dia meneliti penampilan Almeera hingga berakhir dengan keadaan wajah sang adik.
"Kemarilah, Sayang." Jonathan segera memeluk adiknya dengar erat.
Air matanya mengalir saat melihat keadaan adiknya yang mengenaskan. Jonathan benar-benar tak tahu apa yang dirasakan oleh adiknya itu. Namun, melihat keadaan Almeera yang seperti ini, Jonathan bisa menebak bila sang adik dalam keadaan terpuruk.
"Apa yang terjadi padamu, Ra. Kenapa kamu bisa seperti ini?" kata Jonathan dengan tangan yang mengelus kepala sang adik.
"Maafkan Meera, Kak. Maafkan Meera," lirih Meera dengan suara sesenggukan.
Jonathan tak bisa tinggal diam. Dia segera menggendong tubuh sang adik lalu membawanya keluar dari sana. Namun, sebelum itu, dia berpesan pada pengasuh kedua ponakannya, untuk menjaga Abraham dan Bia malam ini.
"Kita harus ke rumah sakit untuk mengobati lukamu," kata Jonathan setelah memasang sabuk pengaman pada Almeera.
Perempuan dengan gamis polos panjang dan jilbab itu, spontan memegang tangan Jonathan. Kepalanya menggeleng dengan raut muka penuh harap.
"Tapi…."
"Aku mohon, Kak," pintanya penuh harap.
"Baiklah. Ayo ke rumah, Kakak."
Keadaan jalanan yang sepi. Tentu membuat Jonathan bisa sampai rumah dalam waktu yang singkat. Dia segera menggendong Almeera lalu membawanya masuk.
"Kayla...Kayla!" panggil Jonathan dengan kencang.
Perempuan bernama Kayla tentu langsung keluar. Dia mendekati sosok sang suami hingga matanya terbelalak.
"Astaga, Meera. Kamu kenapa, Dek?"
"Cepat obati lukanya, Sayang," pinta Jonathan yang langsung dituruti oleh Kayla.
Kayla segera mengambil kotak obat. Dalam hal pengobatan, tentu istri Jonathan adalah pakarnya. Dia merupakan seorang dokter dan membuka praktek sendiri di dekat rumahnya.
"Bagaimana ini bisa terjadi, Mas?" tanya Kayla dengan mengangkat kedua kaki Meera lalu meletakkannya di pangkuan.
Jonathan menggeleng. "Aku sudah menemukannya dalam keadaan seperti ini."
Kayla tak lagi bertanya. Dia segera memeriksa kaki Almeera dan menemukan beberapa serpihan kaca yang menempel di sana.
"Ini mungkin terasa sakit, Dek. Jika terlalu menyakitkan, kamu bilang sama Kakak, 'yah!" perintahnya yang tak mendapatkan balasan.
Almeera benar-benar hanya diam. Dia menatap kosong ke depan dengan sisa air mata di wajahnya. Keadaan adik dari Jonathan itu, benar-benar menyedihkan. Bahkan saat Kayla mulai mencabuti kaca itu dari telapak kaki Meera. Tak ada sedikitpun rintihan yang terdengar.
Hal itu tentu membuat Jonathan khawatir. Dia segera duduk di dekat Meera dan meraih wajah adiknya yang pandangan matanya kosong.
"Meera," panggilnya dengan lembut.
Bola mata Meera bergerak. Dia menatap sosok yang menjadi ayah kedua untuknya.
"Yang sabar, Ra. Ada Kakak disini yang siap menjadi tempatmu bersandar."
Air mata Almeera spontan menetes. Dia segera memeluk tubuh sang Kakak dan menangis disana. Suara tangisan itu benar-benar menyayat hati siapapun yang mendengar. Hingga Jonathan sendiri hanya bisa diam. Dia ingin memberikan waktu untuk adiknya menenangkan dirinya saat ini.
Perlahan suara tangisan Almeera menghilang berganti dengan deru nafas yang teratur. Mata yang sejak tadi menangis akhirnya mulai terpejam.
"Sudah selesai, Mas," kata Kayla setelah memberi perban di kedua telapak kaki Almeera.
"Terima kasih, Sayang," kata Jonathan begitu tulus.
"Sama-sama."
Akhirnya Jonathan mulai menggendong adiknya lagi. Lalu dia menidurkan perempuan yang dulu selalu manja kepadanya dengan pelan. Ditariknya selimut tebal untuk menutupi tubuhnya dan terakhir, Jonathan mencium dahi sang adik begitu lama.
"Tidur yang tenang, Ra. Kakak selalu ada disini."
...🌴🌴🌴...
"Apa kita akan mengabari Mama dan Papa?"
"No, Kayla," tolak Jonathan dengan kepala menggeleng. "Almeera tak akan setuju jika hal itu membuat Mama dan Papa kepikiran."
"Lalu bagaimana sekarang?" tanya Kayla dengan menopang kepalanya.
Walau hanya sebatas adik ipar. Jujur Kayla dan Almeera begitu dekat. Mereka sudah seperti saudara kandung yang saling menyayangi.
"Aku tak tahu, Sayang. Aku benar-benar takut mental adikku terganggu."
"Mas." Kayla menepuk punggung suaminya.
Dia tahu bagaimana perasaan Jonathan kali ini. Jujur hubungan persaudaraan antara Jonathan, Jimm dan Almeera sangat erat. Hingga jika salah satunya sakit, maka yang lain akan merasa sakit.
"Aku sama sakitnya dengan adikku, Sayang."
Kayla mengangguk. Dia membiarkan suaminya sedikit lebih tenang hingga ide bagus muncul di kepalanya.
"Gimana kalau Almeera, Abraham dan Bia tinggal disini sementara, Mas?"
"Kamu benar. Nanti aku akan berbicara kepadanya dan semoga Almeera setuju."
~Bersambung
Hah emang kalau nulis novel ini emosinya naik turun beneran. Rasanya pen marah, kesel tapi ya gimana. Cinta itu bikin orang gila dan bodoh.
Bener gak?
Jawab aja bener deh yah, hahaha.
Jangan lupa klik like, komen dan vote yah. Biar author semangat updatenya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 286 Episodes
Comments
Endah Ing
baca lagi di tahun 2024 tetep mewek, padahal dah tau akhirnya bia dapet adek
2024-10-16
0
Anonymous
Astaga… tssue abis 1 pck… sedih banget Almeera
2024-08-30
0
Lanjar Lestari
air mataku sampai g bisa berhenti ketika baca bab ini kisah ini mengingatkan masa lalu ku kita sama ya Meera di poligami di 2kan dan di bagi Cinta suami kita bikin nyesek di dada
2024-03-12
0