Segera Adam beserta Iva duduk di panggung menghadap tamu sudah lengkap ayah ibu Adam dan jangan Lupa Inara duduk dipinggir suaminya. Dengan menundukan kepalanya tak ada senyum sedikit pun dari wajah Inara hanya kesedihan yang mendalam.
Saat Inara naik semua malah terpana dengan Inara bukan dengan Iva, karena memang aura Inara keluar dan sangat cantik sekali serta anggun.
Iva yang melihatnya langsung mendelik kearah Inara, kenapa tamu-tamu itu malah fokus dengan Inara bukan dengan dirinya yang jelas-jelas adalah pengantinya. Seharusnya kemarin itu dia meminta pada suami jangan membawa Inara. Gagalkan membuat orang orang kagum padanya.
Segera ijab kabul dimulai dan Adam dengan lancar mengucapkannya. Iva tersenyum bahagia mendengar Adam lancar saat mengucapkan ijab kabul untuknya.
Inara jadi ingat saat dulu dia menikah dia sangat bagia dan merasa sangat dicintai tapi sekarang bukan kebahagian yang dia rasakan namun luka dan sakit yang amat sangat dan tak bisa dideskripsikan sama sekali.
Inara yang menendengar kata sah, makin menundukan kepalanya dan meneteskan air matanya. Sekuat-kuatnya dia mencoba untuk ikhlas dan tak menangis namun itu nyatanya tak bisa.
Dia tak sekuat itu sampai harus bisa menahan semua kesakitan ini, kesakitan yang diberikan suaminya sendiri. Apalagi dia melihat didepan matanya langsung.
"Tuh kan bener pih, neng Inara teh istrinya si pengantinnya "
"Iya mih, padahal cantikan neng Inaranya meni lalaki teh sok sarakah. Sakitu pamajika ges sampurna tapi angger wehnya hoyong nikah dei wae mah ( iya mih, padahal cantikan Inara yah laki laki sok serakah. segitu istri tos sempurna tapi tetep aja mau nikah lagi aja iya mih ) "
"Papih, baheula kafikiran teu jang nikah dei ngaduakeun mamih jiga kitu (papih, dulu kefikiran ga buat nikah lagi ngeduain mamih kaya gitu ) "
"Nya henteu mamih, da papih mah cinta mati ka mamih teh (ya engga mamih, kan papih tuh cinta mati ke mamih )" sambil membuat hati menggunakan tangganya.
"Ih papih, meni romatis pisan " sambil mengidip-ngedipkan mata genitnya.
Papih Abian langsung memeluk istrinya dengan sayang dan sesekali menciumnya menyalurkan rasa sayangnya yang tak pernah luntur dari dulu sampai sekarang malahan makin tambah sayang.
Selesai dengan akad mereka semua langsung kepelaminan dan menyalami semua tamu, Inara yang memang dipaksa harus berada disana hanya bisa tersenyum palsu pada setiap tamu.
Tiba-tiba ada yang memeluk Inara dengan erat" sayang yang sabar, pasti nanti akan ada kebahagian untuk Inara, mamih yakin perempuan seperti Inara akan bahagia " ucap mamih Abi
Inara yang mengetahui bahwa itu mamih segera membalas pelukannya dan mencurahkan semua kesakitannya dipelukan mamih "terimakasih mih, terimakasih Inara sangat senang masih ada yang peduli sama Inara " sambil terisak kecil.
"Iya sayang, pokoknya kamu harus kuat ya " ucap mamih sambil menghapus air mata Inara dengan sayang dan memberikan kartu pengenalnya ke genggaman Inara.
"Kalau ada apa-apa kamu hubungi mamih yah jangan sungkan " lanjutnya dan pergi menyalami yang lain.
Tiba papihnya Abian menggenggam tangan Inara sambil mengangkat tangannya untuk menyemati Inra " jangan menangis " tanpa suara.
Inara membalasnya dengan anggukan dan tersenyum dengan sangat tulus. Inara seperti mempunyai orang tua lagi, mereka berdua sangat baik padanya padahal baru kenal.
Setelah bersalam mereka bedua enggan untuk melakukan foto bersama sungguh mereka berdua sangat muak melihatnya. Apalagi melihat wajah pengantin perempuannya sangat angkuh sekali.
Inara yang takut ketahuan langsung menyakui kertas yang tadi dikasih oleh mamih padannya dan mencoba membuat ekspresinya seperti tadi kembali.
Ibu mertuanya segera menghampiri Inara dan menariknya turun, dia tak mau kalau mantunya itu merasa minder lagi karena semua tamu dari tadi memuju Inara terus dan mengakibatkan menantunya manyun.
"Kamu mending sana cuci piring, kamu gapantes ada dipelamin anak saya "
"Memang menurut ibu saya ini pembantu ibu saya ini istrinya mas Adam kalau ibu lupa " lawan Inara.
"Ya memang seperti itu kenapa kamu sekarang tak terima, dulu aja kamu gapernah ngebantah. Mau aja saya jadiin babu kalau lagi kesini"
"Itu dulu bu, saat aku masih menghormati ibu, tapi rasanya sekarang tak perlu karena ibu tega pada saya, membiarkan anaknya menikah lagi padahal sudah mempunyai istri seharusnya kalau ibu adalah orang tua yang baik tak akan melakukan ini. "
"Kurang ajar kamu Inara dasar perempuan cacat "
"Tidak apa-apa kalau menurut ibu aku adalah perempuan cacat tapi untungnya aku bukan lah perempuan perebut suami orang dan tukang selingkuh"
Inara menangkap tangan ibu mertuanya yang akan menaparnya dan menghempaskannya. Sungguh dia sudah muak harus selalu begini terus. Sampai kapan dia harus melawan ibu mertuanya ini.
Dengan cepat Inara pulang kerumahnya tanpa menghiraukan semua orang yang ada disini. Mereka semua menatap Inara binggung ada apa sebenarnya mereka sangat ingin tau.
Ibu Adam langsung saja kembali lagi kepelamin dengan muka menahan amarah. Adam yang melihatnya langsung menoel ibunya "ibu kenapa, mana Inara " dengan suara pelan.
"Tau ah kesel ibu sama dia, kamu fokus aja jangan fikirin perempuan cacat itu " jawab ibunya dengan ketus.
Adam hanya menganggukkan kepalannya dan kembali menyambut tamu-tamunya. Adam tak mengundang teman-teman kantornya yang lain hanya teman-teman terdekatnya saja.
Dia tak mau sampai orang kantor tau semua, kan disana ada temannya Inara bisa-bisa dia nanti di cemoh lagi.
***
Mau tak mau Inara harus berjalan kaki, karena tak punya uang sama sekali, dia tak mau menghambur-hamburkan uangnya, dia butuh untuk nanti dia melamar kerja dan membeli kertas-kertas juga untuk membuat lamaran.
Inara yang lelah berjalan menggunakan sepatu hak tinggi segera melepasnya dan menyeker tak mengiraukan panasnya jalan dan bebatuan yang dia injak.
Dia ingin segera cepat-cepat pulang kerumah dan merenung sendirian tanpa ada gangguan sedikit pun. Semoga saja kan mas Adam dan Iva tak pulang kerumahnya.
Kalau saja ibu dan ayahnya masih ada pasti sekarang dia sudah pulang kesana mengadakuan semuanya mengeluh tentang semuanya.
Namun naas sekarang dia tak punya siapa-siapa hanya hidup sendirian. sebatang kara tak ada yang bisa dia kunjungi.
***
Ibu Adam lalu mempunyai rencana licik untuk membuat Inara dimarahi oleh anaknya Adam.
Akan dia adukan semua perbuatan Inara pada anaknya biar disiksa sekalian kalau perlu sampai mati agar tak merepotkan.
Sungguh Inara adalah seorang benalu dalam hidup anaknya harus segera disingkirkan.
Apalagi nanti saat sudah lahir anaknya Adam, Inara harus segera pergi dari rumah itu tak boleh tinggal disana.
Agar nanti keluarga Iva dan Adam selalu bahagian dan sejahtera tanpa ada gangguan dari Inara perempuan cacat itu.
Dia tak mau nanti kalau sampai cucunya di asuh oleh Inara atau sampai dipegang oleh Inara dan cucunya bisa-bisa tertular kesialan yang dialami Inara. Menjadi perempuan tak berguna dan hanya bisa menyusahkan saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 332 Episodes
Comments
Nani Suryani
lanjut ..
2021-12-15
0