Inara yang baru saja sampai didepan rumahnya sangat bersyukur sekali kakinya ini sudah bergetar tak kuat lagi dan luka-luka juga. Besok sepertinya akan sangat sakit diajak jalan. Sampai malam begini dia baru sampai rumahnya.
Dandanannya entah lah mungkin sudah sangat berantakan sekali masa bodo lah yang Inara inginkan sekarang adalah istirahat, tak mau lagi memikirkan tentang pernikahan kedua suaminya biarlah.
Segera Inara membuka pintu rumahnya semuanya gelap sunyi tak seperti dahulu. Segera dinyala-nyalakan lampu rumahnya lalu masuk dan pergi kekamarnya, membersihkan semua makeupnya dan melepas semua pakaian.
Sungguh ini merepotkan sekali memakai kebaya selama perjalanna banya sekali yang melihatnya. Mungkin orang yang melihat dirinya menyangkanya linglung berjalan tanpa alas.
Dengan lunglai Inara pergi kekamar mandi, menjalakan keran dan menunggu air di bathtub penuh dan memberikan sabun beraroma mawar yang menyegarkan.
Luka kakinya tak sama sekali Nara hiraukan karena menurutnya itu tak sesakit dengan apa yang sekarang dia rasakan atas semua perlakuan suaminya serta ibu mertuanya.
Rasanya Inara ingin memberhentikan waktu sekejap saja dia ingin diam seperti ini. Mungkin akan lebih bahagia jika seperti ini namun itu tak akan mungkin terjadi.
Itu hanya hayalannya saja, mungkin akan lebih menyenangkan jika hidup didunia dogeng akan selalu happy ending dan mendapatkan pangeran berkuda.
Dengan perlahan Inara menengelamkan seluruh badannya bahkan kepalanya pun Inara tenggelamkan, cukup lama Inara melakukannya. Lalu mengangkat keluar kembali kepalanya.
Inara yang sudah puas dengan merendam tubuhnya dibathtub segera bangkit dan memakai handuknya lalu memakai pakaian tidurnya dan berbaring mengistirahatkan tubuhnya tanpa memikirkan perutnya yang keroncongan meminta di isi.
Namun mulutnya enggan untuk mengunyah makanan atau apapun itu, semua yang dia makan rasanya akan hambar membuatnya tak nafsu sama sekali.
***
"Tau tidak tadi istrimu yang kurang ajar itu membentak ibu lalu pergi tanpa berpamitan apa pantas seorang istri seperti itu Adam " adu ibu Adam sambil menagis.
"Jadi Inara pulang karena sudah bertengkar dengan ibu, kenapa ibu tadi tak bilang kalau Inara pulang. Kalau tahu begitu aku akan memberinya uang " jawab Adam sedikit khawatir.
"Seperti itu lah, ibu hanya menyuruhnya saja tapi dia malah membentak ibu nak sambil mendorong ibu sungguh Nara menjadi kasar pada ibumu ini nak, untuk apa nanti malah mengganggu kebahagian mu nak. Mulai lah tak peduli dengannya karena ada yang harus kamu lebih perhatikan yaitu Iva dan calon anakmu itu " jawab ibu Adam membalikan fakta.
"Kurang ajar Inara, baiklah aku dan Iva pulang dulu akan aku beri pelajaran Inara " jawab Adam sudah tersulut emosinya oleh ocehan ibunya
"Iya na berilah dia pengertian dan hukum dia " makin-makin mengompori Adam.
Ibu Adam hanya tersenyum dengan sembriwingan, rencananya sudah berhasil memfitnah menantu cacatnya itu. Semoga saja dia besok akan mendapatkan info bahwa Inara meninggal. Jadi dia tak usah mengotori tangannya sendiri nantinya.
Sebelum pulang Iva dan Adam berpamitan, Iva dan ibu mertuanya saling mengedipkan mata mereka berhasil membuat Adam marah dan sebentar lagi pasti Adam akan memarahi Inara.
Adam dan Iva sudah ada didalam mobil perjalanan pulang kerumah mereka bersama Inara. Sambil terus saja mengenggam tangan Iva sambil menciumi tangannya dengan sayang.
Setelah sampai Adam dengan romantis membantu istrinya itu untuk turun dari mobil dan mengandengnya untuk masuk kedalam rumah "sayang aku ingin menonton dulu ya " minta Iva dengan manja.
"Baiklah sayang jika itu maumu, aku akan kekamar Inara dahulu untuk memberikannya pelajaran " sambil melenggang meninggalkan istri keduanya setelah mengecup keningnya terlebih dahulu.
Adam dengan kasar membuka pintu kamar Inara "enak sekali perempuan itu tidur disaat dia sudah menyakiti ibunya"
Adam segera pergi kekamar mandi dan mengambil ember berisi air cukup banyak dan menguyurkannya kewajah Nara.
Inara yang sedang nyeyak nyeyak tertidur lantas bangun dan terbatuk-batuk karena air masuk kedalah hidungnya "uhuk uhuk "
Belum juga Inara berbicara Adam sudah menjambak rambur Inara dengan kasar. Inara yang memang masih belum sepenuhnya tenanga nya terkumpul lantas terjatuh kelantai.
Dengan kasar Adam menarik lagi rambut istrinya dan membangunkannya untuk menghadap kearahnya. Ditamparnya pipi Inara beberapa kali sambil sudut bibirnya berdarah.
"Apa kau sudah gila mas tiba-tiba pulang menyiksaku " teriak Inara saat Adam sudah berhenti menganiyayanya.
"Kau keterlaluan Inara membentak ibuku dan mendorongnya kalau terjadi apa-apa dengan ibuku bagaimana " marah Adam.
"Kau sangat tak bisa membedakan mana yang sedang berbohong dan mana yang sedang jujur mas. Kamu bahkan tak mendengarkan dahulu penejelasan dariku dan malah langsung menyiksaku kenapa kau tak selalian saja bunuh aku. Biar kamu puas mas puas "teriak Inara dengan mata yang berkaca-kaca
"Ya tentu saja jelas ibuku yang benar Inara mana mungkin ibuku berbohong, aku peringatkan Inara awas kau jangan macam-macam dengan ibuku dan pada anakku yang ada dikandungan Iva jika itu terjadi aku tak segan-segan membunuhmu"
"Kenapa tak sekarang saja kau bunuh aku mas, sama saja kan " sambil mengeluarkaan air matanya. Menantang suaminya yang sudah kejam seperti setan saja.
"Belum saatnya aku masih membutuhkan mu Inara,mengertikan Inara jangan selalu membuatku marah " sambil memegang dagu Inara dan meludahi wajah Inara setelahnya mendorong tubuh Inara sampai jidatnya terbentur pada lemari kecil yang ada dipinggir tempat tidurnya.
Setelah itu Adam pergi sambil membanting pintu kamar Inara dengan kasar dan menghampiri istri keduanya yang sedang menonton tv.
Adam segera mengajak istrinya untuk segera masuk kekamar mereka berdua untuk menikmati malam pertama mereka yang sempat tertunda gara-gara mengurus Inara yang pembangkang.?
Inara yang mendengarnya sampai takut dan air matanya langsung mengalir kembali membasahi wajahnya yang sudah lebam. Inara segera menghapus ludah suaminya di wajahnya. Baru pertama kali dia diludahi seperti ini.
Serasa dirinya ini seperti hewan saja diperlakukan seperti itu, suaminya mungkin menganggapnya bukan manusia sampai tega seperti ini dan tak berfikir dua kali.
Seketika Inara menangis dengan meraung-raung merasakan sakit batin dan raganyanya dengan bersamaan. Kembali dia rasakan baru saja luka yang waktu itu sembuh sekarang sudah ditambah lagi.
"Haruskah seperti ini hidupnya, sakit sekali yatuhan tubuhku sudah lelah mendapatkan semua penyiksaan ini, kenapa kau tak ambil saja nyawa ku ini, agar kau puas ya tuhan " teriak Inara sambil menangis dengan histeris.
Iva yang memang tadi melihat bagaimana Adam menyiksa Inara hanya tersenyum senang dan bersorak gembira didalam hatinya karena Inara disiksa oleh suaminya.
Yang dimaksudnya tadi dengan menonton adalah ya ini menonton Inara disiksa oleh Adam kenapa coba tadi Adam tak membunuh Inara saja kan. Jadi hidupnya akan tenang kalau tak ada Inara
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 332 Episodes
Comments
Elok Pratiwi
klo bikin cerita poligami / perselingkuhan kenapa hrs di dramatisir sedemikian rupa dari pemeran utama wanita nya ... apakah penulis nya berharap hidup nya spt cerita yg ditulis ... hati hati ucapan / tulisan adalah doa ... bikin cerita jangan terlalu haluu ... setidaknya sesuaikan sedikit dg kehidupan real nya ... selalu pemeran utama wanita nya diberi karakter menyedihkan lemah tidak berani ...
2024-04-01
0
Sri Wahyuni
sbner nya pling sbel sm cwe yg bsa y mewek az kya s inara
2022-05-27
0
Sinsin Sinsin
bukan pergiii...mlh betah
2022-05-03
0