Aku yang memang sedari tadi sedang menunggu suami ku sambil menonton Tv, saat mendengar bell rumah berbunyi secepat kilat aku buka pintu, itu benar suami Adam, namun ada yang aneh. Adam membawa perempuan dan merangkul pingangnya dengan mesra.
"Mas dia siapa " tanya ku dengan penasaran aku masih menganggapnya kalau perempuan itu teman suamiku.
"Oh ini ya istri mu yang kampungan itu " ucap perempuan itu dengan sewot.
"Kenalkan aku Iva calon istri suami mu, mulai sekarang kamu siap-siap untuk membagi suami mu ini dengan ku " sambung perempuan itu.
Inara sangat kaget mendengarnya apa ini maksudnya ," apa ini mas, kenapa perempuan ini mengaku-ngaku sebagai calon istrimu, kamu tak pernah bilang akan menikah lagi kenapa tiba-tiba perempuan ini datang " ucap Inara dengan marah.
Mereka berdua tak menghiraukan Inara malah melengos bengitu saja pergi meninggalkan Inara di depan pintu.
Dengan marah disusulnya suaminya itu dengan perempuan yang dibawanya tadi, amarahnya sudah tak bisa ditahan lagi.
"Jelaskan semuanya mas , kau jangan diam saja " sambil menarik tangan Adam.
"Ya memang aku akan menikahi Iva, kamu harus mau di madu dan tak usah banyak menuntutku kau hanya perlu diam dan menurut saja padaku"
"Apa alasanyanya sampai kamu tega khianati aku" dengan air mata yang sudah mengalir dengan deras.
"Kau tau alasannya. Aku ingin punya anak Nara sedangkan kamu tak bisa memberiku anak, aku juga sudah dituntut terus oleh ibu dan ayahku untuk segera mempunyai anak, namun apa daya kau bukan wanita sempurna yang bisa memberiku anak Nara, jadi jangan salah kan aku jika aku menduakanmu, salahkan lah dirimu sendiri karna tak becus tidak bisa memberiku seorang anak " marah adam sambil memaki Inara.
"Apa karna masalah itu saja kamu menduakan ku mas, lalu cinta mu untukku kemana mas , dan janji mu yang akan selalu hidup bersamaku dan tidak menduakan ku kemana. Itu semua kehendak tuhan mas kita belum diberikan seorang anak "
"Ah hidup ini bukan tentang cinta saja Nara, namun harus ada penerus pula untuk keluargaku, aku ingin anak Nara " ucam Adam dengan berteriak dan melengos pergi bersama calon istrinya itu kekamar tamu.
"Oh ya aku lupa bereskan semua barangmu itu dari kamarku dan kau pindah kekamar lain, terserah kau mau dikamar mana pun aku tak akan melarang " ucap Adam yang memang masih belum masuk kedalam kamar itu.
"Kalai begitu ceraikan aku mas, aku tak mau dimadu dan aku tak mau pindah kekamar manapum" teriak Inara dengan merasakan sesak dihatinya.
"Tak akan pernah aku ceraikan kamu Inara sampai kapan pun, jika kau masih ada dikamar itu lihat saja nanti apa yang akan aku lakukan padamu" sambil membuka pintu dan menutupnya dengan sangat keras.
Inara sunggung sangat hancur , sehancur-hancurnya dia sampai tak bisa menopang lagi tubuhnya dan terjatuh sambil menangis dengan pilu, meratapi hidupnya yang hancur seketika, kenapa tuhan memberikan cobaan yang sangat berat.
Saat tangisnya sudah mereda Inara bergegas pergi kekamar nya bersama Adam menatap satu persatu foto mereka berdua.
Rasanya ingin kembali jadi pengantin baru yang sedang romantis-romantisnya namun waktu tak bisa berputar kembali kemasa lalu.
Daripada bertengkar dengan suaminya itu dan membuat senang pelakornya karena dia dimarahi oleh suami lebih baik dia mengalah untuk pindah kekamar lain.
Segera Inara bereskan barang-barangnya satu-persatu tanpa ada yang tersisa dia tak sudi jika nanti barang-barangnya dipakai oleh pelakor itu.
Dan jangan harap dia akan berbaik hati pada pelakor itu dia tak akan mau kalah dengan dia.
Di bawanya semua barangnya itu kelantai bawah satu persatu dan ditempatkan dikamar paling ujung dekat dengan dapur.
Sudah selesai semua barang-barang Inara di bawa dan disusunnya kembali semua barang-barangnya itu.
Hari ini sangat melelahkan bahkan bukan badannya saja yang lelah namun hatinya sakit melihat suami tercintanya membawa perempuan lain dan akan menikah pula dengannya.
Pasti kedua orang tuanya Adam senang melihatnya seperti ini, dia juga sama seperti Adam ingin punya anak.
Namun jika Allah belum berkehendak memberikannya seorang anak dia harus bagaimana.
Dulu dia kan sudah memberi saran pada suaminya itu untuk mengadopsi anak saja dipanti asuhan untuk memancingnya agar cepat-cepat mempunyai anak.
Namun suaminya itu malah membantahnya dengan mentah-mentah dan kedua orang tuanya malah menghinanya habis-habisan.
Memang kurang ya mempunyai istri yang setia dan menurut padanya, Adam tak mau sabar menantikan anak yang lahir dari rahimnya malah mencari kembali perempuan yang bisa memberikannya seorang anak.
Sekarang aku harus meminta bantuan pada siapa bahkan teman pun aku tak punya karena saking fokusnya aku mengurus rumah dan suamiku aku bahkan tak sempat untuk mempunyai teman.
Seharusnya aku dulu bekerja saja ya, pasti aku tak akan seperti ini tak tau tujuan, ingin pergi juga kemana aku tak punya tujuan sama sekali.
Dulu rumah orang tua ku masih ada namun Adam malah menjualnya, katanya buat apa sekarang Inara kan sudah menjadi istrinya.
Uangnya pun bahkan sudah dibelikan rumah yang sekarang aku tempati namun dengan bodohnya dulu aku tak mau sertifikat atas namaku sendiri malah nama Adam.
Kalau saja rumah ini atas nama diriku aku bisa mengusir mereka berdua.
Tapi aku harus bisa berbuat sesuatu , aku harus mendapatkan surat rumah ini.
Aku tak mau sampai nanti rumah ini dijual oleh Adam dan suatu saat aku harus bisa merebut yang menjadi hak ku.
Sekarang yang harus aku lakukan mencoba menerima perempuan itu untuk menjadi maduku.
Meskipun sampai kapan pun aku tak akan iklas menerima perempuan itu tapi untuk kelanjutan hidupku aku harus mau.
Ini seperti mimpi yang sama sekali tak di inginkan oleh setiap wanita, mana ada wanita yang rela membagi suaminya dengan perempuan lain.
Mustahil akan ada yang mau di duakan dengan sepenuh hati pasti tak akan ada.
Perlahan Inara membaringkan tubuhnya itu diatas tempat tidur sambil menatap langit-langit semoga saja nanti dia saat terbangun ini hanya mimpi dan nanti saat bangun suaminya akan memeluknya seperti biasa.
Ya benar sekarang yang diperlukan olehnya hanya tidur dan mengembalikan semua kehidupannya yang semula sangat bahagia dan penuh kehangatan meski tanpa kehadiran seorang anak.
Segera Inara menghapus air matanya dan memejamkan kedua matanya sambi tersenyum dengan senang dan berharap semua ini hanya mimpi.
Ditariknya selimbutnya dan dengan tenang Inara tidur tanpa beban dan memikirkan yang sudah terjadi tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 332 Episodes
Comments
Jasreena
nah gercep cari surat2nya lgsg ubah namanya... n jual rumahnya
2022-04-03
0
Jasreena
bodoh nya kbangetan ...
2022-04-03
0
Sulati Cus
artinya km di tipu mentah sm suami mu
2022-03-04
0