EPISODE 15

Sesuai dengan informasi sebelumnya, Agam sudah mengirimkan pasukan khusus nya untuk menemui Luis. Dan tentu itu bukan hanya sekedar kunjungan biasa, bukan untuk menghibur dan bermain. Akan tetapi mereka membawa calon petaka bagi si tuan rumah. Agam sudah menitipkan senjata dan keperluan pengawasan lainnya pada Aidan dan kawan-kawan, lelaki itu berencana menghabisi keluarga Daniel satu persatu.

Ditempat lain Raizel, Luis dan Daniel sedang duduk bersama ditaman. Sang alpha duduk ditengah, jika bisa berbicara, kursi taman berwarna putih yang mereka duduki itu, mungkin akan berteriak girang melihat tiga orang tampan sedang bercengrama. Sekali lagi mereka tampak seperti sebuah keluarga sejati.

"Jadi apa yang mau kamu bicarakan?" tanya Daniel pada Raizel.

"Aku pikir tidak ada yang perlu dijelaskan," timpal anak itu seraya mencuri pandang pada Luis.

"Kamu malu mengatakannya karena ada Luis?" goda Daniel.

"Tidak!" tegas Raizel.

"Lalu?" anak itu memasang ekspresi malas ketika sang ayah memojokkannya.

"Ya aku minta maaf, karena sudah membentak mu tadi," seru Raizel memelan diakhir kalimatnya.

Hfft!

Luis tentu mendengar pernyataan Raizel, dan ia terlihat menahan tawanya.

"Lihat kan, dia menertawakan aku,"

"Kenapa? Biarkan saja, Luis pasti punya alasan kenapa dia begitu," ujar Daniel.

"Ayah hanya ingin kamu belajar mencintai orang lain, tapi tidak menyakiti diri sendiri," imbuhnya.

"Jika kamu salah meminta maaf lah, jangan pikirkan tanggapan orang atau reaksi mereka soal tidakan kamu. karena yang salah memang wajib dibenarkan," Raizel tersenyum dan mengangguk mendengarkan nasihat dari ayahnya.

"Meminta maaf membuat ku lega," gumam anak itu.

Sejak tadi Luis hanya bisa menyaksikan interaksi Daniel dan Raizel, rasanya iri sekali. Selama hidupnya ia tak pernah merasakan kasih sayang, ia didik dengan baik tapi tidak dengan nasehat yang mengajar. Dan itu membuat Luis seketika terdiam melamunkan masa lalunya.

Pluk!

Akan tetapi elusan tangan Daniel dikepala Luis, menyadarkan lamunan anak itu. Mata mereka saling bertatapan, dan mata Luis terlihat bersinar menatap manik teduh milik sang alpha.

"Ada kabar baik untuk mu Lu," ujar Daniel penuh seri.

"Apa tuan?" tanya Luis.

"Teman-teman mu sedang dalam perjalanan kemari, tadi ayah mu telpon. Jadi jangan bersedih lagi,"

"Tuan Daniel tahu aku sedang bersedih?"

"Mata mu menjelaskan semuanya,"

Luis tersenyum, hatinya menghangat. Baru kali ini ada orang yang tahu dan paham keadaannya, meski entah Daniel hanya menebak, tapi pernyataan itu memang benar.

"Kenalkan mereka pada Raizel juga," seru Daniel mendapatkan cubitan dari sang anak.

"Dia harus sering bersosialisasi,"

"Ayah," rengek Raizel. Daniel hanya tertawa, dan setelah itu dia pun pergi. Katanya sih ingin melanjutkan pekerjaan lagi.

Sepeninggal Daniel, kedua anak itu diam dengan pikirannya masing-masing. Luis senang menatap kakinya dan tersenyum miring. Sedangkan Raizel memperhatikannya dalam diam.

"Ada yang ingin aku tanyakan," ujarnya ragu.

"Tanyakan saja," timpal Luis tanpa mengalihkan pandangannya.

"Disaat situasi genting seperti ini, kamu tidak mengkhawatirkan teman-teman mu? Musuh bisa saja menyerang mereka sewaktu dalam perjalanan kemari,"

"Aku tidak perlu memikirkannya,"

"Bagaimana bisa? Mereka teman mu kan?" tanya Raizel sedikit sewot.

"Mereka adalah keluarga ku," gumam Luis seraya menatap lawan bicaranya.

"Tapi aku sangat percaya pada mereka, jadi semuanya akan baik-baik saja. Tidak seperti mu yang bawa perasaan pada Jerga," imbuhnya tertawa kecut.

"Jelas, karena dia-"

"Apa pun yang teman sejati mu lakukan, adalah yang terbaik untuk mu. Memberikan respon selain terimakasih dan tersenyum ibarat penolakan mentah-mentah, justru kita sudah melukainya," potong Luis.

"Aku khawatir pada teman-teman ku, tapi aku tidak memperdulikan itu. komitmen kami adalah dukungan satu nafas. Apapun yang terjadi setiap orang harus siap menerimanya," imbuh lelaki itu.

Raizel terdiam mendengar perkataan lawan bicaranya itu.

'Jadi apa yang aku lakukan tadi memang salah,' -batinnya sembari mengingat kejadian ia menyerang Jerga.

Sring!

Tiba-tiba saja sebuah panah terbang ke arah dua anak itu.

Hap!

Namun untungnya Raizel berhasil menangkap kayu tajam itu sebelum mengenai Luis, ekspresi lelaki itu langsung berubah serius.

"Jerga," tegasnya.

"Ayo Rai kita berlatih memanah," seru Jerga tak merasa bersalah. Ya, panah tadi berasal dari anak itu.

"Wakil ceroboh," gerutu Raizel seraya menghampiri temannya itu.

"Luis kamu juga ikut," teriak Jerga pada teman barunya. Luis menunjuk dirinya sebelum menyetujui ajak tersebut. Sudah lama juga ia tidak memanah dan sejenisnya.

"Kita harus mengajarinya dulu," ujar Raizel.

'Tidak perlu, Luis itu seperti kita. Hanya saja dalam versi manusia,' jawab Jerga lewat mindlink.

'Maksud mu?'

'Dia pandai bertarung, menggunakan senjata dan atlet dibeberapa olahraga. Bedanya dia tak bisa melakukan sihir dan berlari cepat,' jawab Jerga.

'Jadi sama saja dia seperti kita, tapi dalam versi yang lebih kecil,' imbuhnya.

"Ayo," seruan Luis menarik perhatian kedua temannya? Anak itu sudah mengantongi panah dan memegang busurnya saja.

"Aku tidak melihat mu membawa dua benda itu?" tanya Jerga seraya berjalan ke arena panahan.

"Penjaga membawakannya. Sepertinya orang-orang di pack ini memiliki pendengaran yang tajam, dan mereka juga cepat. Sudah seperti ninja saja, tadi aku lihat di dekat tangga, lalu detik berikutnya ada didepan gerbang atau dimana. Sudah seperti ninja saja ya," curhat Luis takjub.

'Karena kami bukan manusia,' batin Raizel dan Jerga sama.

Sedangakan didalam mansion keributan baru saja terjadi, sang alpha tiba-tiba ambruk di lawing dapur ketika hendak menghampiri isterinya.

"DANIEL!" seru Alea panik, apalagi setelah melihat wajah suaminya yang pucat.

"Sayang kamu kenapa?"

"Hm? Sepertinya aku tersandung tadi," jawab Daniel mencoba bangun. Padahal jelas jika ia sedang menahan pening dan lemas.

"Kita ke kamar ya, kamu harus istirahat," pinta Alea lembut.

"Aku ingin minum padahal," ujar Daniel dengan wajah cemberut yang gemas.

"Kamu bisa menyuruh maid, atau nanti aku buatkan langsung. Sekarang kita ke kamar,"

Mendengar pernyataan tegas dari isterinya, Daniel hanya bisa membuang nafas pasrah.

"Gagal rencana ku memeluk mu dari belakang," ujarnya tanpa saringan.

Plak!

Alea memukul Daniel dengan wajah bersemu merah, ada ada saja yang dikatakannya. Kondisi dapur sedang ramai dan semua maid juga beberapa penjaga yang ada pasti mendengarnya.

Wush!

Daniel langsung membawa Alea pergi ke kamarnya, dan ya para maid juga penjaga langsung kompak tertawa geli. Mereka senang karena alpha mereka menjadi sosok yang lebih ceria.

Sret!

Seddangkan didalam kamar, Alea langsung menidurkan Daniel. Suaminya itu harus benar-benar istirahat total.

"Kamu tidak mau temani aku?" tanya Daniel ketika melihat sang isteri hendak pergi lagi.

"Aku mau membawa makanan dan obat,"

"Aku cuman mau kamu,"

Alea memutar bola matanya malas, ia pun kembali duduk disamping Daniel.

"Kenapa kamu bisa seperti ini alpha?" tanyanya.

"Tidak tahu,"

"Jawab jujur Daniel," mendengar namanya sudah disebut, itu berarti tidak ada alasan untuk berbohong lagi.

"Tadi aku menyembuhkan siswa disekolah," jawab Daniel.

"Dan terbang dari pack ke sana," cicitnya.

Mendengar pengakuan seperti itu, amarah Alea membuncah. Ekspresinya berubah marah dan matanya sudah berubah warna satu.

"Kamu ini tidak pernah mau mendengarkan aku," suara Alea dan Kiara kompak bergema.

"Maaf," sesal Daniel.

"Aku hanya tidak ingin kamu pergi lagi Daniel," gumam perempuan itu dengan mata yang mulai berkaca.

Melihat sang isteri menangis karena dirinya, Daniel merasa sakit, ia pikir tidak bisa menjaga Alea dan selalu membebaninya.

Grep!

Dia pun memeluknya, bisa Alea rasakan tubuh hangat milik suaminya dan jantung yang masih berdetak, bunyi yang selama ini ia khawatirkan setiap saat. Takut jika itu berhenti tiba-tiba.

"Aku masih disini," gumam Daniel menenggelamkan kepalanya diceruk leher Alea.

"Aku ingin kamu bersama ku selamanya Daniel, jadi berjanjilah. Ayo berjanji,"

"Aku selalu bersama kamu,"

"Bukan itu,"

"Aku selalu ada bersama kamu, aku selalu ada didekat kamu, aku ada dihati kamu,"

Alea menyerah, sepertinya Daniel tidak bisa mengatakan janji yang ia minta. Enggan marah, tangan Alea mulai bergerak membelai wajah dan rambut suaminya. Tanda jika dirinya sudah baik lagi. Daniel pun tersenyum lebar.

Sret!

Mereka berdua berakhir merebahkan dirinya ke kasur, saling berpelukan dan mencoba untuk tidur.

Jleb!

Jleb!

Jleb!

Sedangkan diarena panahan. Jerga, Raizel dan Luis, kompak tersenyum. Peluh keringat mulai membasahi pelipis rambut mereka. Itu semua terjadi karena usulan Zean, lelaki itu membuat sebuah haling rintang yang mana setiap bagiannya mengharuskan mereka membidik, begitu juga dengan garis akhir. Ketiga anak itu sukses menancapkan panah di titik merah. Selisih waktu mereka juga tidak jauh.

"Untuk ukuran manusia kamu cukup tangguh," gumam Jerga seraya menyeka keringatnya.

"Benar," timpal Raizel. Luis hanya tersenyum bangga menanggapinya.

Yang tadi senyum-senyum baca part alea daniel mana suaranya? Yang iri dengki juga angkat tangan 😂

Kira-kira rencana Agam dkk mau ngapain aja ya, terus si Luis bakalan kek gimana?

Jangan lupa vote dan komentar, bantu share cerita ini agar semakin banyak orang membacanya.

Salam hangat

Resa Novia.

Terpopuler

Comments

Vemas Ardian

Vemas Ardian

buat luis berubah pikiran dan buat luis membela keluarga daniel thor

2021-12-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!