EPISODE 07

Sret!

Alea memeriksa keadaan Raizel setelah kejadian panas tadi, ia pastikan tidak ada satu centi pun bagian tubuh anaknya terlewat ia periksa. Perempuan itu tidak bisa berbohong jika dirinya khawatir, apalagi ia juga merasakan aura yang kuat setiap detiknya, yang memancar dari anak itu.

Tapi untungnya keadaan kembai normal, anak itu juga mulai tenang dan bisa diajak bicara dengan baik. Meski masih menjaga jarak dan enggan dibawa duduk santai. Semua orang pun begitu, tidak ada yang berani bicara, terlepas lagi ini masalah Daniel, teman-temannya ada disini hanya bisa menonton.

“Kalau begitu berikan aku handphone,” ujar anak itu.

“Aku akan menelpon ayah ku,” imbuhnya.

Raizel yang mendengar hal itu langsung tersulut. Entahlah, rasanya apa yang keluar dari mulut orang itu sangat menyebalkan dan menggangu teliganya.

“Tamu tidak tahu diuntung, bukannya minta maaf tapi justru meminta hal lain,” desis Raizel seraya mendelik tajam.

Grr!

Alea yang berada dekat dengan sang anak, sontak langsung mendekapnya, menyenderkan kepala anak itu di dadanya seraya mengusap lembut rambutnya. Hal itu karena Alea merasakan eraman dari werewolf yang ada di tubuh Raizel. Ia hanya takut jika anaknya marah dan lepas kendali.

“Siapa yang ingin menjadi tamu? Dari awal aku tidak meminta kalian menyelamatkan aku,” ujar anak itu tak kalah tajam.

Raizel semakin dibuat tak suka dengannya. Mata anak itu sempat berubah warna dan bersitegang dengan anak tak dikenal itu.

Sret!

Namun detik berikutnya ia memalingkan wajah, sesaat setelah menyadari jika lawannya terkejut dengan apa yang dia lihat.

‘Bodoh, apa dia melihatnya?’ mindlink Afanas, werewolf Raizel.

‘Jangan memanggil ku bodoh! Dasar bodoh! Ini semua juga karena diri mu yang bernafsung menghajarnya,’ seru Raizel kesal.

‘Kamu tidak bisa menahan emosi ku!’ elak Afanas tak ingin kalah.

‘Pokoknya kamu yang salah!’ ujar Raizel kekeh.

“Enak saja, tidak bisa. Kita yang salah dan sama-sama bodoh!’ timpal Afanas.

‘Terserah,’

“S-Sudahlah jangan banyak basa-basi lagi, berikan saja handphonenya agar semua ini cepat selesai,” seru anak itu membuyarkan keheningan, tidak tahu juga kenapa keadaan tiba-tiba senyap tadi.

“Baiklah, ini handphone ku,” ujar Daniel seraya memberikan benda yang dimaksud.

Sret!

Anak itu langsung menerimanya, dan mengetikan beberapa nomor dengan cepat.

Tut!

Tut!

Butuh beberapa saat untuk telpon tersambung, hingga tak lama kemudian, suara berat seorang lelaki mengangkatnya.

“Halo ayah,”

“Dimana kamu nak? Semuanya baik-baik saja?”

“Aman ayah,”

“Tolong berikan handphone ini pada tuan rumah,”

Mendengar penuturan sang ayah, anak itu sedikit menjauhkan hanphonenya dari telinga.

“Ayah ku ingin berbicara dengan mu,” ujarnya seraya memberikan handphone itu.

Sret!

Benda pipih itu kini berpindah tangan, Daniel bisa mendengar suara ayah dari anak itu, namun betapa terkejutnya ia menyadari siapa orang di sebrang telpon itu.

“Hallo tuan?”

“Tuan Adam? Itukah anda?” seru Daniel.

“T-Tuan Daniel?” timpalnya ragu.

“Jadi dia anak mu?”

“Ya tuan Daniel, sebelumnya kau tidak menyangka, dunia ternyata sempit ya,” ujar Adam terkekeh pelan.

“Aku khawatir karena anak ku menghilang dalam perjalanan helicopter yang aku kirimkan, ku pikir dia tidak selamat, tapi syukurlah dia ditolong oleh mu,” imbuhnya.

“Jika boleh tahu, dalam rangka apa kamu mengirim anak mu pergi?” tanya Daniel merasa ada yang janggal.

Ngomong-ngomong soal Adam, diaa adalah pemilik perusahaan yang saat ini berseteru dengannya. Namun karena beliau memang dasarnya orang yang baik, dia mempercayai adanya pihak ketika yang mengadu domba dan mau diajak berdamai untuk mencari penjahat sebenarnya.

“Kamu tahu tuan Daniel, memiliki harta yang banyak, jabatan yang tinggi, perusahaan raksasa, tidak menjamin kehidupan kita damai. Seperti yang kmau bilang sebelumnya jika ada pihak lain yang mengadu domba kita kan? Sejak saat itu aku mulai mendapatkan terror, tadinya hanya aku, tapi semakin kesini anak ku selalu menjadi oprasi target mereka. Karena itu aku berusaha menjauhkannya sejauh mungkin,” ujar Adam menjelaskan keadaannya sekarang.

“Pasti merepotkan, lalu apa sekarang kamu dan isteri baik-baik saja?”

“Isteri ku sudah lama meninggal saat Luis masih kecil,”

“Ah maaf, aku tidak tahu soal itu,” ujar Daniel tak enak.

“Tidak apa, santai saja,”

“Luis? Nama anak mu?”

“Ya tuan Daniel, dia anaknya tidak menurut pada orang yang tidak dikenal. Selama ini dia tidak merepotkan bukan?” tanya Adam.

“Tidak, Luis anak yang baik. Namun pada saat sadar tadi ia hanya syok,”

“Syukurlah. Tuan Daniel jika aku meminta bantuan mu, apa kamu mau membantu ku?” tanya Adam.

“Apa itu? akan aku usahakan tuan Adam,” timpal Daniel.

“Bisakah anak ku tinggal bersama mu, sampai situasi disini membaik. Musuh tidak akan menyangka jika anak ku ada bersama mu,”

“Aku sendiri sedang dalam terror tuan,” ujar Daniel.

“Tapi aku tahu bagaimana rasanya itu, jadi boleh saja anak mu tinggal disini. Tapi jika musuh berhasil menemukan keberadaan keluarga ku, dia mungkin akan dalam bahaya juga,” imbuhnya.

“Aku ingin kita bersatu lagi. Khususnya untuk menjaga keluarga kita, bagaimana jika kita satukan kekuatan dan mulai mencari keberadaan musuh, saling memberi informasi terkait musuh dan menghancurkannya secepat mungkin,” ujar Adam.

“Aku tidak pernah keberatan tuan, aku juga sangat memprioritaskan keluarga ku,” timpal Daniel.

“Kalau begitu Luis bisa aman bersama mu?” tanya Adam.

“Aku akan mengirimkan pasukan penjaga terbaik untuk kalian semua. Kita harus tetap berhati-hati, karena musuh yang kita hadapi ini adalah manusia licik,” imbuhnya,

“Ya tuan, aku akan menjamin Luis aman, kabari aku saja jika kamu menemukan informasi terbaru tentang musuh,”

Daniel seketika terdiam. Ya, benar sekali. Ia baru ingat musuhnya adalah manusia licik.

‘Sangat jauh berbeda atau sama saja seperti musuh kita dimasa lalu? Iblis licik?’ mindlink Ken tertawa geli. Daniel hanya tersenyum menanggapinya.

“Baik, sebelumnya termakasih tuan Daniel. tolong sampai saja salam ku pada Luis, jangan berikan handphone ini lagi padanya,”

“Ya tuan, sma-sama,”

Bif!

Telpon pun berakhir, Daniel kembali memasukkan handphonenya ke saku. Hal itu mengundang kerutan bingung di kening Luis.

“Hey aku belum selesai dengan ayah ku,” serunya.

“Kamu dengar kan tadi, aku dan ayah mu saling mengenal, jadi tidak ada yang perlu di khawatirkan,”

“Hm, aku sudah tahu sebelumnya. Setelah kamu menunjukkan kartu nama itu,” ujar Luis enteng.

“Lantas kenapa kamu masih bersikap arogan?” tanya Zean kesal. Orang-orang mulai berani ikut campur karena melihat kondisi sepertinya sudah tenang.

“Karena perusahaan mu dengan perusahaan ayah ku sedang bermasalah? Terlepas ada tidaknya pihak yang mengadu domba, kita harus tetap menjaga jarak kan?”

“Benar, tapi ayah mu meminta diri mu tinggal disini,” ujar Daniel membuat Luis langsung terkejut.

“Hah? What was the old man thinking?” desis Luis kesal.

“Kenapa tidak kamu tolak saja tuan,” imbuhnya dengan ekspresi heran.

“Karena kita ada di posisi yang sama, memangnya kamu mau kemana jika tidak disini? Semua barang-barang mu hancur terbakar bersama helicopter yang terbakar,” tanya Daniel.

“Serius? Heli ku terbakar?” tanya Luis kaget.

Anak itu sering kaget juga.

“Ya, apa kamu amnesia hah? Sampai tidak ingat apa saja yang sudah terjadi menimpa mu,” ujar Raizel masih dengan raut kesalnya. Meski kali ini tidak terlalu kentara.

Luis terdiam sejenak, benar juga apa yang dikatakan anak itu. ia pun mencoba mengingat-ngingat apa yang sudah terjadi?

“Arkh!” namun detik berikutnya ia justru merasakan pening yang hebat dikepalanya.

Brak!

Luis terjatuh sembari memegangi kepalanya, mengundang kepanikan semua orang. Alea dan Daniel yang kebetulan paling dekat disana kompak mendekatinya.

“Luis,” ujar Daniel.

“Sayang kamu kenapa?” tanya Alea khawatir.

Ujar mereka berdua. Luis hanya menggeleng sembari memejamkan matanya.

“Aku ter-luka, lalu helicopter itu tiba-tiba hilang kendali dan terjatuh,” gumam Luis berusaha mengingat apa yang terjadi.

“Kamu tidak sadarkan diri selama seminggu, jangan paksakan diri mu,” ujar Alea seraya melepaskan remasan tangan anak itu dari kepalanya.

“Sebaiknya kita semua isi tenaga dulu, kamu juga pasti lapar kan? Kita makan bersama ya,” imbuhnya seraya membantu anak itu berdiri.

Melihat Luis yang mau menurut pada Alea, Daniel hanya membantu bagian-bagian kecil. Alpha itu memerintahkan semua teman-temannya untuk bersiap makan malam.

‘Sejak kapan rasa sayang mamah terbagi jadi tiga, sebelumnya hanya aku dan ayah yang dipanggil dengan sebutan manis itu,’ –batin Raizel kesal.

Oh ternyata Adam di part sebelumnya itu ayahnya Luis, dan Luis itu ternyata anak yang diselamatkan Raizel. Dunia memang sempit ya, dan mereka ternyata aslinya baik-baik.

Pernyataannya siapa dan dimana musuh saat ini? Begituloh:)

Next gak nih?

Jangan bosen vote, komentar dan bantu share cerita ini ya, agar semakin banyak orang membacanya.

Salam hangat

Resa Novia.

Terpopuler

Comments

Vemas Ardian

Vemas Ardian

aku jdi bingung thor di cover katanya ada mslh besar dari anos anak daniel tpi aku jg merasa klw luis tu anos tpi skrng udh tnggl brng ma daniek duh 😭☺

2021-12-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!