EPISODE 12

Zean tadinya sedang sibuk membantu sang isteri di butik, setelah menikah lelaki itu jadi rajin menjadi model pakaian terbaru milik Giselle. Bilangnya sih Zean tampan, dan badannya bagus, entah hanya sekedar memanfaatkan sumberdaya manusia yang ada. Tapi meski bergitu Zean senang, selagi itu menciptakan moment dirinya dan sang isteri, ia akan selalu bahagia.

"Kamu itu apa-apa senyum, pakaian berduka juga senyumnya lebar sekali," ujar Giselle setengah mengeluh.

"Karena ada bibidari di depan mata ku, jadi mustahil aku tidak tersenyum,"

"Cih! Tukang merayu," gerutu Giselle namun tidak bisa menyembunyikan semburat merah dipipinya.

"Yeay kamu blushing," seru Zean semakin menggoda isterinya.

"Ih sayang," rengek perempuan itu.

Kring!

Kring!

Namun sayangnya ditengah situasi hangat itu, panggilan telpon mengganggu interaksi keduanya. Dengan terpaksa Zean mengangkatnya lebih dulu karena itu suara dari handphonenya.

"Selamat siang, kami dari pihak sekolah immortal. Apa benar ini dengan tuan Zean?"

Sontak lelaki itu langsung mengernyitkan keningnya, mendapatkan telpon dari pihak yang mengatas nama kan sekolah immortal.

"Kami harap tuan bisa datang ke sekolah sekarang. Karena anak tuan, Jerga, terlibat kerusuhan dengan menyerang pangeran vampire, Roman,"

"Baik," jawab Zean singkat.

Bif!

Telpon berakhir, merasakan ada perubahan di raut wajah suaminya, Giselle pun bertanya.

"Ada apa sayang?"

"Jerga, dia menyerang pangeran vampire," pernyataan itu seketika membuat Giselle terkejut.

"Bagaimana bisa? Anak kita bukan orang yang akan seenaknya menyerang," ujar perempuan itu.

"Aku tahu, cerita pastinya aku harus pergi ke sekolah sekarang," timpal Zean.

"Aku ikut."

"Tidak perlu, kamu lanjutkan saja pekerjaan disini. Sekolah juga hanya meminta aku yang datang,"

Tak melawan, Giselle pun membiarkan suaminya pergi sendiri.

"Tapi aku mohon, jangan marahi anak ku," ujarnya.

"Anak kita," timpal Zean tersenyum lembut.

"Aku tidak akan memarahinya, cukup itu hanya menjadi hak mu sebagai ibunya," imbuhnya.

Zean pun pergi setelah mengatakan itu, sebelumnya ia juga langsung memberitahu Daniel soal masalah ini, karena takuttakut alphanya itu memanggil sedangkan ia masih ada urusan lain.

Sedangkan di sekolah, Roman sudah mendapatkan pertolongan medis dan kedua orangtuanya pun datang. Mereka bertiga duduk di ruang kepala sekolah, Jerga sendiri tak merasa bersalah, bahkan dengan terang-terangan dia menunjukkan wajah angkuhnya beberapa pada keluarga anak menyebalkan itu, tentunya tanpa sepengetahuan guru dan kepala sekolah disana.

"Tuan, pokonya kami ingin masalah ini ditindak lanjuti lebih jauh, anak saya sudah menjadi korban berandal cilik ini," seru ayah Roman.

"Kita akan menunggu orangtua dari Jerga terlebih dahulu, jadi mohon bersabarlah," timpal kepala sekolah.

"Cih, lihat saja orangtua berandal ini datang terlambat. Mereka sepertinya memang keluarga yang buruk.

Wush!

Mendengar nama keluarganya dijelekkan, Jerga sudah berganti shif setengahnya dengan Han.

'Ternyata mereka sekeluarga adalah orang pembual,' mindlink serigala itu.

'Ya, mari kita buat perhitungan setelah ini,' timpal Jerga.

Tok!

Tok!

Tok!

Pintu ruangan diketuk, orang dalam pun menyeruh gerangan itu masuk.

Ceklek!

"Selamat siang,"

"Selamat siang, tuan Daniel,"

Ya, Jerga pikir itu ayahnya. Namun nyatanya semua orang dibuat terkejut mendapati salah satu petinggi sekaligus pendiri sekolah datang. Daniel sendiri langsung melesat ke sekolah immortal setelah mendapat kabar jika Jerga terlibat masalah.

"Ada apa ini kepala sekolah?" tanyanya.

"Tuan, sebelumnya maaf. Nak Jerga, sudah menyerang nak Roman, sampai terluka seperti itu," jawab kepala sekolah.

Tatapan Daniel langsung tertuju pada Roman yang wajahnya sudah di perban, menyisakan ruang di salah satu matanya untuk melihat. Lalu beralih pada Jerga, tak kala mata keduanya bertemu anak itu langsung menunduk. Jujur Jerga segan pada ayah dari temannya itu.

Tap!

Tap!

Tap!

Duk!

Daniel berjalan dan duduk tepat disampin Jerga, karena dia adalah salah satu orang yang berpengaruh bagi sekolah, kepala sekolah dan guru-guru tak ada yang berani mengusirnya.

"A-Alpha ma-" bisik Jerga terpotong.

"Sut! Jangan khawatir," sela Daniel.

Sret!

Tangan lelaki itu bergerak menyentuh ujung dagu Roman. Anak itu tak berkutik, sedangkan kedua orangtuanya pun tampak terdiam.

Sring!

Lalu tibatiba, tangan Daniel mengalirkan cahaya biru yang berkilau. Roman yang melihatnya terkejut dan sedikit takut, namun detik berikutnya cahaya itu langsung hilang, dan Daniel tersenyum.

"Sekarang buka perban mu," ujarnya.

Roman menurut saja, dibantu kedua orangtuanya dia membuka perban diwajahnya. Dan tebak apa yang terjadi? Ya, benar. Luka itu menghilang tanpa jejak. Wajah anak itu kembali seperti sedia kala. Membuat semua orang melongo takjub dengan apa yang mereka lihat.

"Kedatangan ku kesini dalam rangka mengontrol sekolah," ujar Daniel kembali memberikan perhatiannya pada kepala sekolah yang berdiri dibelakang.

"Dan ti-"

Ceklek!

"Selamat siang,"

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, pintu tibatiba dibuka dan langsung menampilkan sosok Zean yang juga terkejut. Pasalnya ia mendapati Daniel ada disini? Apa karena dirinya mengadu sang anak terjerat masalah?

"Tuan Zean, silahkan duduk,"

Daniel pun beralih tempat ke belakang, sesaat ia memberikan lirikan manis pada Zean. Membuat si empu pusing dengan pikirannya sendiri. Lantas dua keluarga yang berseteru itu pun berkumpul, dengan kepala sekolah sebagai pihak penengah.

"Jadi apa yang sudah anak saya lakukan?" tanya Zean to the point.

"Jerga sudah menyerang Roman, sampai tadi wajahnya terluka cukup parah. Tapi untungnya tuan Daniel sudah mengobatinya," jawab kepala sekolah.

"Sebelumnya mohon maaf pak, tapi saya tahu Jerga bukan anak yang sembarangan menyerang, pasti ada hal yang menyinggungnya sampai dia menyerang seorang pangeran vampire,"

"Ya tuan, kami juga belum bertanya soal hal itu. Jadi Jerga bisa menjelaskannya terlebih dahulu,"

Orangtua Roman tampak tidak terima.

"Tidak bisa begitu pak, anak kami yang menjadi korban. Seharusnya cukup dia yang bersaksi atas apa yang terjadi, bukannya malah anak ini ditanya pertama kali," seru ibu Roman.

"Mohon tenang pak, kita akan mencari titik tengah dari masalah ini," ujar kepala sekolah.

"Ya pak kami tahu, tapi ini tid-"

"Sebelumnya maaf menyela," gumam Daniel membuat semua orang seketika diam.

"Kepala sekolah itu diibaratkan polisi, pelaku dan korban mendapatkan hak bicara yang sama. Dan agar masalah cepat menuju klimaksnya, kita cukup mendengarkan dan mengikuti prosedur yang dikatakan polisi atau kepala sekolah, kan," imbuhnya.

"Benar tuan Daniel, terimakasih," timpal kepala sekolah.

Keluarga Roman pun tak banyak bicara lagi, dan Jerga mulai menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.

"Roman menghina Raizel, dan memprovokasinya didepan umum, sampai satu kantin tahu dan mendengarkan ucapannya,"

"Kenapa? Kami tahu Roman adalah anak yang jujur, jadi apa yang dia katakan selalu fakta dari apa yang dia lihat," seru ayah Roman.

"Benar, dan lagi yang aku permasalahkan adaah Raizel, anak itu bahkan tidak bersekolah hari ini. Jika pun ada, dia pasti tidak akan keberatan dengan apa yang aku katakan. Lalu apa masalahnya dengan mu?" timpal Roman mulai berani berbicara.

"Kamu hanya ingin mencari masalah dengan anak kami," imbuh ayahnya.

"Cih! Aku memang akan selalu ikut campur dengan masalah Raizel, andai kata ini diluar sekolah, sudah pasti aku akan membunuh mu," ujar Jerga tajam.

"Lihat bapak kepala sekolah, kamu dengarkan apa yang anak ini katakana? Jelas dia bukan siswa yang baik, sangat berbahaya membiarkannya berkeliaran di area sekolah tanpa hukuman,"seru ibu Roman.

Kepala sekolah sempat berpikir, ia juga melihat ke arah Daniel dan Zean lebih dulu sebelum mengambil keputusan.

"Sebelumnya maaf kan aku tuan Zean, tapi kami terpaksa meng skors Jerga selama satu minggu. Agar dia bisa merenungi kesalahannya, dan berjanji tidak akan melakukannya lagi,"

"Baik pak, saya mengerti. Saya juga akan mendidik Jerga lebih baik lagi selama satu minggu itu," ujar Zean tak banyak berkomentar. Keluarga Roman tampak senang dengan keputusan itu.

"Dan untuk Roman kamu saya hukum membersihkan toilet sekolah dan kolam renang selama satu minggu full," imbuh kepala sekolah memberikah hukuman juga pada Roman.

"Lho pak, kenapa seperti-"

"Maaf tuan dan nyonya, tapi dibandingkan Jerga, Roman memang lebih sering terlibat masalah, sedikitnya kami para guru tahu sikapnya di sekolah. Dan meski menjadi korban, akan tetapi dalam kasus ini Roman tetap bersalah. Dia sudah melecehkan nama seseorang didepan umum, tindakan yang tidak bisa dibenarkan dari sudut pandang mana pun," potong kepala sekolah.

Dirasa tak ada yang perlu dibicarakan lagi, Jerga bergegas pergi. Niatnya dia ingin menghillang lebih dulu.

Sret!

Crat!

Namun sialnya kaki dia tersandung oleh sang ayah, alhasil menumpahkan the panas yang tersuguh diatas meja. Dan cairan itu tepat mengenai baju keluarga Roman.

"HEY!"

"Maaf, aku sengaja," bisik Jerga pelan, namun itu jelas terdengar oleh Roman dan kedua orangtuanya.

Wush!

Jerga pun pergi, begitu juga Zean yang tidak banyak bicara langsung keluar. Daniel sendiri sudah tidak punya urusan. Ia berjalan menghampiri kepala sekola dan meminta maaf.

"Aku meminta maaf pada mu atas nama Raizel, kepala sekolah. Anak ku menjadi sumber dari kekacauan ini,"

Perkataan Daniel barusan sukses membuat Roman dan kedua orangtuanya menegang. Selama ini mereka tidak tahu jika Daniel yang dimaksud adalah sosok lelaki beraura kuat didepan matanya saat ini.

Sedangkan di parkiran mobil, Jerga dan Zean bertos ria. Mereka berhasil mengerjai keluarga Roman dengan menumpahkan minuman tadi.

"Tapi maafkan aku ayah, kalian pasti marah dan kecewa aku terkena skors," gumam anak itu.

"Ibu mu mungkin akan marah, tapi ayah tidak, jika ada diposisi mu ayah juga pasti akan melakukan hal yang sama," ujar Zean sedikit menghibur Jerga.

"Bahkan lebih buruk, membuatnya sekarat mungkin," imbuhnya.

Tawa kedua orang itu pun pecah begitu saja, sampai tak menyadari kedatangan sosok Daniel.

"Ayah dan anak sama saja," ujarnya.

"Alpha," seru keduanya berbarengan. Daniel tersenyum menyapa mereka.

"Jerga terimakasih sudah membela Raizel,"

"Sama-sama alpha, itu sudah menjadi tugas ku,"

"Kalau begitu bagaimana jika kita pergi ke Lightmoon pack sekarang?" ajak Daniel.

"Tadi aku lihat, Raizel terus terusan bertengkar dengan Luis," imbuhnya.

Jerga melihat kearah sang ayah sebelum menjawab.

"Tak apalah, sekaligus pemanasan sebelum nanti kuping mu di jewer bunda," ujar Zean setengah mengejek.

Jerga hanya diam dengan raut kesal. Mereka bertiga pun menaiki mobil Zean.

"Lho Alpha tidak naik mobil sendiri?" tanya Zean.

"Aku lupa ternyata melesat datang kemari," jawab Daniel membuat Jerga terpana.

"Woah, lari alpha sangat cepat sekali,"

"Tidak juga," ujar Daniel.

'Aku terbang Jer,' imbuhnya membatin.

Gegara mau buat kontrak, udah nulis sinop sama 3 bab awa mahal hilang filenya gak kesimpen:) jadi males nulis jadinya. Patah hati author terjadi pada saat-saat seperti itu:(

Buat ngehibur jangan lupa vote, komentarnya, bantu share juga agar semakin banyak orang membaca cerita ini.

Salam hangat

Resa Novia.

Terpopuler

Comments

mochamad ribut

mochamad ribut

up

2022-07-11

0

Vemas Ardian

Vemas Ardian

oiyha bru inget kan daniel punya sayap yah thor buat episode daniel pakek sayapny weh 🤣🤣🤣

2021-12-23

1

💎hart👑

💎hart👑

👍👍👍

2021-12-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!