Seorang pria baru saja meninggalkan bandara internasional negara K. Pria itu menghentikan langkahnya setibanya di luar bandara. Sebelah tangannya terangkat keatas untuk melepas kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya.
"Akhirnya, aku tiba di tanah kelahiran-ku." Ucapnya senang.
Senyum di bibirnya mengembang lebar kala pandangannya menyapu. Banyak sekali yang berubah dari kota kelahirannya tersebut. Banyak sekali yang berubah, dan kota S semakin maju dan berkembang.
"Paman, tolong antarkan saya ke alamat ini." Pria itu menunjukkan sebuah alamat pada seorang supir Taxi yang akan mengantarkan dirinya.
Pria setengah baya itu lantas mengangguk."Baik, Tuan." Jawabnya lalu mempersilahkan penumpangnya itu untuk masuk.
Selama perjalanan menuju tempat tinggalnya. Pria tampan itu tak habis-habisnya di buat terkagum-kagum oleh berbagai hal yang bisa tertangkap oleh sepasang iris matanya. Benar-benar banyak sekali yang berubah pada kota ini.
Dia ingat sekali. Jika dulu tidak sebanyak sekarang gedung-gedung pencakar langit yang ada di kota S ini. Dan sekarang hampir di setiap sudut adalah bangun-bangunan megah yang teramat sangat tinggi.
Lampu lalu lintas berubah merah. Mengadakan semua kendaraan yang berjalan satu arah dengannya harus berhenti. Lagi-lagi pandangan pria itu menyapu.
Sejauh ini tak ada yang menarik perhatiannya, sampai sepasang mata hazel-nya menangkap sebuah pemandangannya yang membuat kelopak matanya membelalak, ketika tanpa sengaja dia melihat dua orang, pria dan wanita keluar dari salah satu pusat perbelanjaan ternama dan terbesar di kota ini.
"BAJINGAN ITU?! BERANI-BERANINYA DIA!!" pekiknya dengan nada meninggi.
"Kita rubah tujuan, segera ikuti mobil hitam itu." Pinta si pria pada sopir Taxi yang dia tumpangi. Dan sopir itu hanya mengangguk mengiyakan. Karena yang terpenting baginya adalah bayaran yang akan didapatkannya nanti.
Taxi itu terus mengikuti kemana mobil hitam itu melaju. Dan ternyata berhenti disebuah Hotel yang tak jauh dari pusat perbelanjaan tadi.
Dua penumpangnya terlihat keluar dan masuk ke hotel tersebut. Si pria merangkul si wanita dengan sangat mesra, tak jarang dia mencium pipi dan bibirnya. Parahnya lagi mereka berdua melakukannya di depan banyak orang tanpa sungkan.
"Papi, kau harus bertanggung jawab untuk kekacauan yang kau ciptakan ini!!"
-
Ken menghentikan mobilnya di sebuah restoran mewah yang berada di pusat kota. Ia dan Dara terlihat berjalan beriringan memasuki tempat tersebut. Pria itu memilih ruang VIP dengan alasan privasi.
"Kau ingin pesan apa?" Tanya Ken sambil membolak-balik buku menu di depannya.
Dara menggeleng. "Aku tidak tau. Samakan saja denganmu." Jawabnya yang kemudian di balas anggukan oleh Ken.
Setelah cukup lama memilih, pilihan pemuda itu jatuh pada Italian Food. Seperti gnocchi, fettucini dan tiramisu sebagai makanan penutup. Tak ketinggalan minuman dingin juga.
Setelah makan mereka tiba. Ken dan Dara menyantap makan siangnya dengan tenang dan tanpa suara. Hanya terdengar dentingan sendok dan piring yang saling bersentuhan. Sesekali Ken menatap gadis di depannya sambil mengurai senyum lebar.
"Kenapa kau tersenyum seperti itu? Apa ada yang aneh di wajahku?" Tanya Dara memastikan. Ken mengangguk. "Apa itu?"
"Kau terlalu cantik."
Dara langsung tertawa begitu mendengar jawaban Ken. Menurutnya jawaban pemuda itu sangatlah tidak masuk akal. "Konyol!!" Ucapnya lalu kembali pada makanannya. "Ken, berhenti menatapku dan segera habiskan makananmu. Kita harus segera pulang, oke!!"
Ken mengacak rambut Dara dan mencubit gemas pipinya. "Baiklah." Dan selanjutnya mereka menghabiskan makan siangnya dengan tenang.
Melihat Ken yang tenang dan tidak banyak tingkah membuat Dara merasa aneh. Bagaimana tidak, biasanya kekasih gelapnya itu selalu mengambil keuntungan darinya, tapi hari ini tidak. Pemuda itu sedang dalam mode Goodboy.
Tapi hal itu menguntungkan dirinya juga, kebetulan gadis itu memang sedang malas untuk berciuman dan lain sebagainya. Tapi Dara juga tidak akan menolak jika kekasihnya itu memang ingin menciumnya.
.
.
.
Usai makan siang. Mereka tidak langsung pulang. Ken memutuskan untuk mengajak Dara jalan-jalan menikmati suasana kota, kebetulan cuaca hari ini juga sangat mendukung, ke Bukit angin mungkin tidak ada salahnya. Begitulah yang pemuda itu pikirkan.
"Ken, ini bukan jalan pulang. Sebenarnya kita mau kemana?" Tanya Dara penasaran. Pemuda itu menoleh dan hanya tersenyum.
"Kau akan tau setelah kita tiba, jadi duduk saja dengan tenang, oke." Jawab Ken.
Tapi bukan itu jawaban yang Dara inginkan dari pemuda tersebut. Ia sungguh penasaran kemana kekasih gelapnya itu akan membawanya. Meskipun sangat-sangat penasaran, gadis itu memilih untuk diam.
Perjalanan mereka hanya di warnai keheningan, tak sepatah kara pun keluar dari bibir Dara maupun Ken. Bukan karena mereka tidak ingin berbincang, tapi karena sang gadis yang sedang tertidur pulas.
.
.
.
Ken baru membangunkan Dara setibanya mereka di tempat tujuan. Gadis itu tampak sedikit linglung karena nyawanya belum terkumpul sepenuhnya.
"Kita ada di mana?" Tanya Dara penasaran.
Alih-alih menjawab pertanyaan gadisnya, Ken melah mencium bibir ranum tipisnya. "Kita sudah tiba, Sayang. Dan lihatlah di sekelilingmu." Ucap Ken setelah melepaskan bibirnya.
Dara menyapukan pandangannya. Sebuah bangunan megah yang memiliki dua lantai, sebuah taman yang di penuhi bunga-bunga cantik yang mengelilingi bangunan berlantai dua tersebut.
Di bagian depan juga ada sebuah air mancur yang dikelilingi bunga-bunga cantik berbagai warna. "Ken, sebenarnya kita ada di mana? Dan rumah siapa ini?" Tanya Dara kebingungan.
Ken turun dari mobilnya diikuti oleh Dara. Kemudian gadis itu berdiri disamping pemuda bermarga Lu tersebut.
"Rumah masa depan kita. Aku membelinya satu Minggu yang lalu, aku tau kau sangat menyukai bunga dan ketenangan, itulah kenapa aku langsung membeli rumah ini ketika pemiliknya menjualnya." Jawab Ken menuturkan.
"Ken?" Dara menatap pemuda itu dengan mata berkaca-kaca. Antara tak percaya dan terharu, semua perasaan itu bercampur menjadi satu.
"Apa kau senang dengan rumah ini?" Tanya Ken.
Dara menghadap Ken dan menatapnya dengan serius. "Bahkan kita belum menikah, kenapa kau harus menyiapkan rumah ini untuk masa depan kita? Bagaimana jika kita berdua tidak berjodoh?"
"Kau milikku, Dara. Kau terlahir dari tulang rusukku, dan kau hanya ditakdirkan untuk menjadi milikku!! Aku tidak peduli seterjal apa jalan yang harus aku lalui untuk bisa mendapatkan-mu, aku pasti akan memperjuangkanmu. Karena aku sungguh-sungguh mencintaimu." Ujar Ken panjang lebar.
Dara menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan Ken, dan mendekap tubuh pemuda itu dengan erat. "Kalau begitu aku akan berjuang bersamamu, jika bersama-sama pasti kita bisa lebih kuat. Dan aku percaya pada kekuatan cinta kita. Cinta kita pasti yang akan menjadi pemenangnya." Tutur Dara.
Ken melonggarkan pelukannya lalu meraup bibir Dara ke dalam sebuah ciuman panjang. Bukan ciuman yang dilandasi oleh nafsu. Melainkan sebuah ciuman yang datang dari hatinya. Ciuman yang membuktikan seberapa besar cinta yang dia miliki untuk gadis itu.
"I Love You, Hellena Sandara."
"I Love You To, Ken Lu."
-
"Kai!!"
Jia tak dapat menyembunyikan keterkejutannya saat tanpa sengaja dia melihat putra sulungnya bersama seorang perempuan asing berpakaian super minim. Mereka memasuki sebuah Hotel sambil bergandengan tangan.
Ibu dua anak itu menghentikan mobil yang ditumpanginya di hotel yang Kai datangi, lalu menyusulnya ke dalam. Jia ingin mencari tau apa yang Kai lakukan di sana.
"Aku akan membayar berapapun asal kalian mau menunjukkan CCTV kamar 503." Jia mengeluarkan sebuah cek kosong yang kemudian dia berikan pada manager hotel. Tulis berapapun nominalnya, aku akan memberikan uang itu pada kalian!!"
Meskipun melanggar aturan dan ketentuan, namun uang tetap yang paling berkuasa. Dan akhirnya sang manager hotel itu pun menyetujui untuk menunjukkan CCTV di kamar 503 pada Jia.
Jia diarahkan menuju sebuah ruangan oleh manager hotel tersebut. Setelah menunjukkan video yang wanita itu inginkan, manager itu meninggalkannya sendiri di ruangan tersebut.
Kedua mata Jia membelalak melihat apa yang Kai lakukan dengan wanita itu di dalam kamar yang dia sewa. Ternyata mereka sedang bercocok tanam.
Tangan Jia terkepal kuat. Amarah terlihat jelas dari sorot mata. Wajah yang biasanya selalu terlihat tenang itu kini menyiratkan sebuah amarah yang sangat besar.
"Anak kurang ajar!! Kai, Mama tidak akan memaafkan-mu!!"
-
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Bundanya Jamal
tolong mama jngan kasih dara sma kai , kasih sama ken aja aku setuju👍👍👍
2023-10-07
1
ink_Reshanty46 esha
Ini pasti devan
2022-07-09
0
mama yuhu
hajar mama jia
2022-06-29
1