Pertikaian Ken Dan Kai

"Hhhmm..."

Dara terus mengeram ketika bibir sialan Ken yang sexy terus mengecup punggung polosnya yang tak tertutupi sehelai benang pun. Ken terus mengecup punggung itu mulai dari atas sampai bawah, kiri dan kanan bergantian.

Entah apa yang sebenarnya tengah Ken pikirkan. Tapi dia begitu menikmatinya ketika kulit polos itu muncul bintik-bintik kecil karena merinding.

"Ahhh, Ken hentikan. Ahhh...cukup, Ken." Rancau Dara memohon.

Ken memiringkan kepalanya untuk menatap sisi wajah Dara. "Kenapa, Sayang? Aku pikir kau menikmatinya. Bukankah ini sangat menyenangkan?" Bisik Ken tepat di telinga kanan Dara.

"Menyenangkan dengkul mu?! Lihatlah, aku merinding. Menyingkirlah, Ken. Aku kedinginan." Rengek Dara memohon.

Alih-alih menyingkir dan membiarkan Dara pergi. Ken malah memeluk tubuh gadis itu semakin erat dan kembali mel*mat bibir ranum tipisnya yang selalu menggoda di matanya.

Lum*tan bibir Ken dan sentuhan jarinya membuat Dara berkali-kali mengeluarkan Geraman kenikmatan dari bibirnya. Dan Ken mengakhiri pergulatan bibirnya dengan sebuah kecapan.

"Kenapa kau setegang ini? Apa kau takut jika aku akan melakukan tindakan yang tidak-tidak padamu?" Tanya Ken sambil mengunci sepasang mutiara Hazel Dara.

Ken menangkup wajah Dara. "Dengarkan aku, Dara. Aku akui, jika aku ini memang brengsek. Tapi sebrengsek-brengseknya aku. Aku tidak mungkin perasaan apalagi menghancurkan masa depan gadis yang aku cintai."

"Aku memang akan melakukannya, tapi tidak sekarang. Setelah kita menikah dan kau sendiri yang ingin memberikannya padaku, baru aku akan melakukannya." Ujar Ken panjang lebar.

Penuturan Ken membuat kedua mata Dara langsung berkaca-kaca. Setulus inilah pemuda ini mencintainya?

Dara menurunkan tangan Ken dari wajahnya dan balik ******* bibirnya, pemuda itu sedikit terkejut dengan apa yang Dara lakukan. Namun detik berikutnya sudut bibirnya tertarik ke atas. Dengan senang hati Ken pun membalas ciuman Dara.

Ken mengakhiri ciuman Dara sambil mengurai senyum lebar. "Sudah terlalu lama kau berendam. Kau bisa sakit." Ken mengangkat tubuh Dara dan membawanya keluar dari bathub.

"Aku keluar dulu, sebaiknya segera pakai pakaianmu." Ken mencium kening Dara dan meninggalkannya begitu saja.

-

Suasana di meja makan begitu tenang. Tak ada seorang pun yang bicara dan hanya terdengar suara sendok dan piring yang saling bersentuhan. Dan di tengah keheningan itu, tiba-tiba ponsel milik Kai berdering.

Tanpa berkata satu patah kata pun. Kai bangkit dari kursinya dan melenggang keluar untuk menerima panggilan tersebut. Tanpa melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Tentu saja Ken tau siapa yang menghubungi kakaknya tersebut.

Tak berselang lama Kai kembali dan langsung menghampiri Ken. "Ken, dimana dompetku yang di titipkan oleh klienku padamu?" Tanya Kai to the poin.

Ken memicingkan matanya. "Klien? Aku rasa bukan klietmu yang menitipkan dompet itu padaku, tapi mantan partner~" Ken menggantung ucapannya.

Pemuda itu menyeringai melihat wajah Kai yang tiba-tiba menegang. Sepertinya dia takut jika rahasianya akan terbongkar. "Kenapa kau terlihat tegang, Kai? Memangnya kau berpikir siapa partner yang aku maksud?" Ucap Ken seolah ingin memojokkan Kai.

"Ken, aku sedang tidak ingin debat denganmu, jadi kembalikan dompet itu padaku sekarang juga!" Pinta Kai menuntut.

"Sabar, Kai. Dompet itu ada di mobilku, aku tidak sengaja meninggalkannya di sana. Nanti pasti akan aku kembalikan padamu. Oya, satu lagi, seorang gadis kecil bernama Sellena menitip salam padamu, kata ibunya dia ingin sekali bertemu denganmu,"

Tangan Kai terkepal kuat. Kedua matanya menatap Ken dengan tatapan menusuk. "Ken, sebaiknya kau tutup mulutmu itu jika tidak ingin aku sampai merobeknya!!" Geram Kai dengan nada rendah namun berbahaya.

"Kau pucat, Kai. Apa kau sedang menyembunyikan sebuah bangkai yang takut tercium oleh orang lain? Tapi percayalah, serapat apapun kau menyembunyikan bangkai, cepat atau lambat bangkai itu akan tercium juga!!"

"KEN!!"

Buagg!!

Kai menarik pakaian Ken dan melayangkan pukulan keras pada wajah tampannya. Membuat pelipis kanannya robek dan mengeluarkan darah. Dan apa yang Kai lakukan tentu saja mengejutkan Jia dan Dara.

Buagg!!

Ken menarik pakaian Kai dan balas memukul wajahnya. Saking kerasnya pelukan itu sampai membuat pria bermata hitam itu tersungkur di lantai. Jia yang marah langsung menghentikan kedua putranya.

"Ken, Kai, cukup!!" Bentak Jia penuh emosi. Ibu dua anak itu menatap mereka berdua bergantian.

"Kalian ini apa-apaan?! Kenapa kalian malah bertengkar?! Dan kau Ken, kenapa kau memancing emosi kakakmu?! Memangnya siapa Sellena? Apa hubungannya dia dengan Kai? Kenapa dia harus menitip salam pada kakakmu dan ingin bertemu dengannya?"

Ken menatap Jia dingin. "Salah jika Mama bertanya padaku, sebaiknya tanyakan langsung pada putramu itu. Aku sudah selesai, aku duluan." Ken meninggalkan meja makan dan pergi ke kamarnya yang berada di lantai dua.

"Aku juga sudah selesai, Ma." Kai juga meninggalkan meja makan dan berjalan meninggalkan rumah. Menyisahkan Jia dan Dara.

Jia menatap Dara yang juga menatap padanya. Sungguh betapa dia merasa tidak enak pada calon menantunya itu atas sikap dan perilaku kedua putranya. "Dara, mewakili Ken dan Kai, Bibi ingin meminta maaf padamu. Seharusnya hal semacam ini tidak terjadi." Ujarnya.

Dara menggeleng. "Tidak apa-apa, Bibi. Aku bisa mengerti kok. Bibi tidak perlu minta maaf." Ucapnya.

"Dara, Ken terluka. Bisakah kau membantu dia mengobati luka di pelipisnya? Bibi takut jika lukanya dalam, kau kan calon dokter jadi lebih paham dari pada Bibi." Ujar Jia yang kemudian di balas anggukan oleh Dara.

"Baiklah, Bibi." Jawabnya dan pergi begitu saja.

.

.

.

Cklekk..

Dara membuka pintu kamar Ken dan mendapati pemuda itu tengah duduk di lantai dengan punggung bersandar pada tempat tidurnya. Tisu yang penuh noda darah berserakan di mana-mana.

Gadis itu menutup kembali pintu kamar Ken lalu berjalan menghampirinya. "Aaahh," Dara memekik kaget ketika Ken menarik lengannya hingga dia jatuh di pangkuan pemuda itu.

"Ken, kenapa kau suka sekali membuat jantungku hampir melompat keluar?!" Keluh Dara kesal.

"Aku sedang kesal setengah mati. Dan aku butuh sesuatu untuk meredakannya!!" Ucap Ken lalu meraup dan mel*mat bibir Aster.

Dara bisa merasakan emosi dan kekesalan Ken dalam ciuman tersebut. Tak kehabisan akal, Dara menangkup wajah Ken dan mulai mel*mat bibir pemuda itu untuk meredam emosinya yang meluap-luap.

Dan berhasil. Tidak sampai satu menit. Emosi Ken berhasil Dara redakan. "Aku tidak tau apa masalahmu dan Kai, tapi sekarang lukamu harus di obati terlebih dulu." Ucap Dara lalu duduk di depan Ken.

Setelah membersihkan darah di sekitar lukanya, kemudian Dara menutup luka itu dengan perban dan plaster. Noda darah menyembul dipermukaan perban yang menutup lukanya.

"Sudah selesai." Ucap Dara sambil mengurai senyum lebar.

Ken menarik lengan Dara lalu membawa gadis itu ke dalam pelukannya. "Dara, aku tidak akan membiarkanmu menikah dengan Kai. Kai bukanlah pria yang baik, kau terlalu baik untuk bajingan seperti dia. Dan bagaimana pun caranya aku akan membatalkan pernikahan kalian berdua." Tuturnya.

Dara mengangkat kedua tangannya dan membalas pelukan Ken. "Ken, siapa sebenarnya Sellena, kenapa aku merasa jika gadis kecil itu ada hubungannya dengan Kai?" Perempuan itu melonggarkan pelukannya dan menatap Ken yang juga menatap padanya.

"Sebenarnya aku tidak ingin memberitahumu siapa Sellena dan apa hubungannya dengan Kai, tapi aku tidak ingin merahasiakan apapun darimu. Sellena, adalah putri Kai dengan matan kekasihnya!!"

Meskipun sekilas. Ken melihat keterkejutan di wajah Dara. Gadis cantik itu langsung terdiam seperti sedang berpikir.

Kemudian Dara mengangkat wajahnya dan menatap Ken dengan serius.

"Lalu apa yang harus aku lakukan, Ken? Aku tidak ingin menikah dengan pria seperti dia. Bantu aku keluar dari masalah ini."

"Kau tenang saja, aku pasti akan membawamu keluar dari masalah ini. Aku sudah memiliki cara untuk mengatasinya, dan untuk sekarang kita ikuti saja permainannya."

"Aku mempercayaimu, Ken. Dan aku hanya bisa mengandalkanmu." Ucap Dara tersenyum.

Ken mengangkat dagu Dara lalu mencium singkat bibirnya. "Sebaiknya kau keluar. Mama bisa curiga jika kau terlalu lama di sini." Ucapnya yang kemudian di balas anggukan oleh Dara.

"Baiklah, aku keluar dulu. Sebaiknya kau istirahat saja." Ucap Dara tersenyum, gadis itu beranjak dari duduknya dan meninggalkan Ken begitu saja.

-

Bersambung.

Visual Dara, yang tidak suka sebaiknya abaikan saja 🤗🤗

Terpopuler

Comments

Ny. thv

Ny. thv

aster 🤣🤣

2022-11-19

0

mama yuhu

mama yuhu

tekan terus mentalnya kai😏😏😏

2022-06-29

1

Bundanya Robby

Bundanya Robby

asyek semangat Ken....lebih baik jujur ada apa dengan kai..biar mulus jalan mu

2022-06-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!