Amarah Ken

Ken melirik kebelakang melalui ekor matanya saat dia mendengar derap langkah kaki seseorang yang datang. Seorang gadis berparas jelita berjalan menghampirinya.

"Mau apa kau kemari? Aku pikir kau bersenang-senang dengan calon suamimu itu!!" Nada bicaranya dingin dan menusuk.

Dara mendesah berat. "Jangan mulai, Ken. Aku kemari hanya ingin melihat luka ditanganmu!!" Jawab Dara lalu menarik tangan kiri Ken yang terluka.

Dara melepaskan kain tipis yang dia pakai untuk melilit lehernya lalu mengingatkan pada telapak tangan Ken yang terluka. Gadis itu mengangkat wajahnya, seketika bertemu pandang dengan sepasang mutiara milik Ken.

"Sebaiknya jangan bertindak gila lagi, aku keluar dulu." Ucap Dara dan berlalu.

Baru saja satu langkah, namun langkah Dara kembali terhenti saat Ken menarik lengannya lalu menghimpit tubuh Dara pada tembok. Membuat gadis itu kaget setengah mati.

"Ken, apa yang kau lakukan? Lepaskan aku, ini tempat umum!!"

"Kau pikir aku peduli. Berani sekali kau menyulut api di depanku, Nona Jung?! Apa kau tidak sadar konsekuensi apa yang akan kau terima karena berani memancing emosiku?!"

Dara mengangkat wajahnya dan membalas tatapan tajam Ken yang penuh intimidasi."Jangan konyol, Ken!! Memangnya apa yang sudah aku lakukan padamu? Kau bukan kekasihku apalagi suamiku, jadi berhenti mempersulit hidupku!!"

"Kau adalah milikku, Nona!! Dan hanya padaku kau boleh bersikap manja, manis dan hangat. Dan aku tidak akan segan-segan menguliti dan menghabisi siapapun yang berani mengambilmu dariku, bahkan itu Kai sekalipun!!"

Dara mendorong tubuh Ken lalu menampar keras wajahnya. "Kau brandalan, kau gila, kau brengsek, kau psycho, dan aku tidak mau berurusan lagi dengan orang sepertimu!!" Dara hendak pergi dari sana. Tapi lagi-lagi Ken mencegahnya.

Ken menarik tengkuk Dara dan mel*mat kasar bibir ranumnya. Ken berusaha meluapkan semua rasa kesal, emosi dan amarahnya pada Dara melalui ciuman tersebut.

"Kau adalah milikku, dan seterusnya akan begitu. Aku selalu mendapatkan apa yang aku inginkan. Dan aku tidak segan-segan menyingkirkan siapa pun yang berani menghalangi jalanku, ingat itu!!" Ken meninggalkan Dara begitu saja.

Gadis itu berteriak dan memaki Ken dengan berbagai sumpah serapahnya. Tapi Ken acuh dan pura-pura tuli. Tidak peduli dengan teriakan dan makian Dara yang jelas ditujukan pada dirinya.

"Ken Lu, kau sangat menyebalkan!!"

-

Sang Surya telah merangkak turun meninggalkan singgasananya. Sinarnya yang berwarna kekuningan perlahan turun menuju peristirahatannya. Matahari di ujung cakrawala bersiap untuk menenggelamkan diri.

Karang raksasa kota S terbentang di ujung utara pesisir, di mana matahari meleleh bersama garis horizon. Dunia terbalutkan lapisan warna jingga yang mempesona, mengagumkan.

Semilir angin menerpa paras jelita seorang gadis yang sedang duduk di tepi jendela kamarnya. Rambut coklat panjangnya yang terurai bergerak lembut dalam untaian mahkota sepanjang pinggang. .

Goresan pensil miliknya terukir lincah di atas lembar kertas saat gadis itu menggambar setangkai bunga mawar.

Senja hadir, kemuning sinarnya menerobos ke dalam sebuah kamar bernuansa putih dan biru laut tengah sibuk melukis sesuatu di kanvas kesayangan miliknya.

Gadis itu menghentikan gerakan tangan saat kesekian kalinya angin kembali berhembus.

Dara memandang ke luar jendela, sorot matanya tertuju pada dua tupai yang berdiri di atas pohon sakura yang berada tepat di samping jendela kamarnya.

Lihatlah.. Kedua tupai itu tengah berusaha membuka satu biji kenari bersama-sama. Teduh hazel bola mata Dara terpaku, menjadikan kedua binatang itu sebagai pusat pandangan dimana pikirannya terbang ke tempat lain.

"Apa yang kau lihat?" seorang gadis lain tiba-tiba saja masuk ke dalam kamar tanpa mengetuk pintu.

Lamunan Dara pun seketika buyar, sesaat ia menoleh ke arah belakang, tampak seorang gadis bersedekap sambil berjalan menuju ranjang miliknya, parasnya cantik, ia memiliki rambut hitam dikucir kuda.

"Aku ingin mendengar ketukan, Rania Lee." ucap Dara, ia kembali memusatkan perhatiannya pada buku sketsa.

"Knok... Knok... apa ada orang di dalam? oh... ada seorang gadis sedang melamun." Rania kemudian terkekeh lalu merebahkan tubuhnya di atas ranjang berlapis spray putih.

Rania mulai menatap langit-langit kamar hingga kemudian ia berbalik dan memandang punggung Dara yang tertutup dress putihnya.

"Aku perhatikan calon adik ipar mu itu pergi dengan keadaan marah. Apa di dalan toilet kalian bertengkar?"

Gerakan tangan Dara terhenti. Lalu dia menoleh pada sahabat pendeknya itu. "Apa maksudmu bertanya seperti itu? Dia marah tau tidak, itu tidak ada hubungannya denganku." Ucapnya dingin.

"Aku rasa yang mulai katarak itu kau, Nona Jung!! Pemuda setampan itu kau bilang jelek? Jelas dia sangat tampan, bahkan menurutku dia lebih tampan dari calon suamimu itu."

...

Kali ini Dara memilih diam dan tidak merespon ucapan Rania. Dia kembali fokus pada lukisanannya. Dan entah apa yang dia pikirkan, sampai-sampai sketsa wajah Ken-lah yang saat ini menghiasi kanvas putih itu.

"Ahhh!! Apa-apaan ini!!" Tiba-tiba Dara berteriak dan melemparkan kertas putih itu ke lantai. Dan teriakan Dara yang tiba-tiba tentu saja mengejutkan Rania.

"Yak!! Kenapa berteriak? Apa kau ingin membuatku terkena serangan jantung eo?!" Rania mengusap dadanya. "Eh, apa ini?"

Rania mengambil kanvas itu dan mulai tersenyum jahil."Wah, teryata dia yang ada di dalam benakmu." Ucapnya sambil menatap Dara penuh arti.

Dara mengambil lukisan itu dari tangan Rania lalu menyimpannya di dalam lacinya. "Kau menyebalkan!!" Dara menyambar tasnya yang ada di atas tempat tidur dan pergi begitu saja.

"Yakk!! Kenapa aku ditinggalkan?! Dara, tunggu!!"

-

"Ken, kau sudah pulang?" Tegur Nyonya Lu saat melihat kedatangan putra bungsunya itu.

"Hn." Hanya kata ambigu yang keluar dari bibirnya.

Jia memiringkan kepalanya dan menatap sang putra dengan pandangan heran. Melihat dari raut wajahnya, sepertinya Ken dalam suasana hati yang buruk. Tapi Jia tidak tau apa penyebabnya.

Ibu dua anak itu menghampiri Ken yang sedang duduk bersantai di sofa ruang keluarga. Jia kemudian duduk di samping sang putra.

"Cerita sama Mama, kenapa kau terlihat tidak senang hm? Apa ada yang mengganggu dan mengganjal di hatimu?" Tanya Jia.

Ken menggeleng. "Tidak ada, mungkin itu hanya perasaan Mama saja. Aku lelah Ma, dan ingin istirahat." Ken beranjak dari duduknya dan pergi begitu saja.

Jia mendesah berat. Inilah yang tidak dia suka dari Ken. Selalu memendam sesuatu sendirian dan tidak pernah mau bercerita padanya. Bagaimana pun, Jia tidak akan memaksa jika Ken tidak mau bercerita.

"Bibi Jia," Jia sontak menoleh setelah mendengar seseorang memanggil namanya. Wanita itu tersenyum hangat melihat siapa yang datang.

"Sayang, kau sudah pulang? Bibi pikir malam ini kau menginap di rumah lamamu, ternyata tidak."

"Bibi tau sendiri bukan jika aku ini penakut. Jadi mana mungkin aku bisa tidur sendirian di sana."

Jia terkekeh. Ya, calon menantunya ini memang sangat penakut. "Bibi paham, Sayang. Ya sudah, sebaiknya kau mandi dulu dan setelah ini kita makan malam sama-sama." Ucap Jia yang kemudian di balas anggukan oleh Dara.

"Baik Bibi."

-

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Nana Niez

Nana Niez

gemes sm mama nya,, knp loss aja

2024-06-04

0

AR QiLa Wibowo

AR QiLa Wibowo

qok gemez sm ken😋

2022-05-11

0

v_cupid

v_cupid

ceritanya keren lho.. i love it👍👍

2022-05-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!