Awal Pertemuan

Pagi yang cerah di awal bulan, di musim semi. Seorang gadis berparas ayu nan jelita, terlihat menarik sebuah koper besar di sebuah bandar udara bersekala international.

Gadis cantik itu menyapukan pandangannya kesegala penjuru arah. Mata hazelnya memindai semua orang yang ada di sana. Dia seperti sedang mencari seseorang.

"Hellena Sandara.."

Merasa namanya disebut. Sontak saja Dara berbalik dan mendapati sosok tampan bertubuh tinggi kekar berjalan menghampirinya. Kedua mata Dara memicing, menatap pria itu penuh tanya.

"Kau, siapa?!"

"Ken, aku adalah orang yang datang untuk menjemputmu."

"Oh, jadi kau adalah supir yang dikirimkan oleh keluarga Lu untuk menjemputku?"

Mata Ken sontak membelalak. "Supir? Kau pikir aku ini supir?"

Dara mengangguk. "Tentu saja, karena Bibi Jia mengatakan seseorang akan menjemputku. Lalu siapa jika bukan supir?"

"Kenapa kau bisa bisa berpikir jika aku adalah seorang supir?" Ken menghampiri Dara sambil menyeringai tajam.

"Kau, kenapa mendekat?" Dara melangkah mundur ketika melihat Ken semakin mendekat.

Ken mengangkat dagu Dara dan mengunci manik matanya. "Kau salah besar Nona, aku bukanlah supir, tapi aku Tuan Muda dalam keluarga Lu!! Dan jika bukan karena Mama yang memaksaku, aku tidak mungkin ada di sini."

Dara segera mendorong tubuh Ken menjauh, mereka berdua kini menjadi pusat perhatian, namun Ken tidak peduli. "Jangan terlalu dekat, lihatlah orang-orang di sekitar kita. Mereka bisa salah paham." Ujar Dara sedikit panik.

"Kau pikir aku peduli? Toh itu bukan urusanku, karena urusanku denga mu, Nona kecil."

Kedua mata Dara lantas membelalak saat merasakan sesuatu yang lembut dan basah menyentuh serta menyapu permukaan bibirnya. Disusul dengan lum*tan lum*tan dan pagutan kecil namun penuh penekanan.

Dara yang merasa terancam segera mendorong tubuh Ken, namun pemuda itu terlalu kuat. Tangan Dara terkepal kuat rasanya dia ingin sekali berteriak, namun tidak bisa. Suaranya tertahan di tenggorokannya.

"Sial, bajingan ini benar-benar keterlaluan!! Beraninya dia mengambil ciuman pertamaku!!" jerit Dara membatin.

Melihat wajah Dara yang memerah, akhirnya Ken pun mengakhiri ciumannya. Pria itu menyeringai puas. "Bibirmu sangat manis, dan mulai hari ini bibirmu milikku!!"

Mata Dara sontak membelalak. "Apa-apaan kau ini?! Seenaknya saja mengatakan jika bibirku adalah milikmu!! Jangan bermimpi!!" teriak Dara penuh emosi.

"Aaahh," Dara memekik saat Ken tiba-tiba saja menarik lengannya dan memeluk pinggangnya."Yakk!! Apa yang kau lakukan?! Lepaskan aku!!"

"Kau adalah milikku sekarang,"

Dara mendorong tubuh Ken hingga pelukannya terlepas."Sembarangan, aku bukan milikmu, tapi aku adalah tunangan putra tertua keluarga Lu!!"

"Dan aku akan merebutmu dari kakakku, dan jangan panggil aku Ken Lu jika tidak bisa mendapatkan hatimu!!"

"Terus saja bermimpi!!" ucap Dara dan pergi begitu saja. Ken tersenyum lebar. Dengan langkah pasti, Ken mengikuti langkah Dara yang sudah semakin menjauh.

-

Mereka tiba di kediaman keluarga Lu. Kedatangan Dara langsung disambut oleh Nyonya Lu dan putra sulung yang merupakan tunangan Dara 'Kai Lu' Kai menghampiri Dara lalu memeluknya.

"Aku senang kau datang dengan selamat. Maaf, Dara, karena aku tidak bisa menjemputmu di bandara."

"Tidak apa-apa,"

"Ekhem, bukannya sangat tidak etis berpelukan di depan banyak orang." Seru Ken yang sontak mendapatkan delikan tajam dari Dara.

"Bajingan ini, jelas-jelas kau tadi mencium ku di depan umum, bisa-bisanya dia mencibir kami berdua yang hanya sekedar berpelukan!!" Umpat Dara membatin.

"Itu karena aku terlalu bersemangat, setelah tiga tahun akhirnya aku bisa bertemu lagi dengan Dara." Ucap Kai sembari tersenyum lebar.

Diam-diam Dara memutar jengah matanya. Jika bukan karena orang tuanya. Dia juga tidak akan sudi bertunangan dengan Kai. Jika boleh jujur, Kai bukanlah tipe idelnya. Dia terlalu lembut dan penakut sebagai seorang pria.

"Sudah-sudah, ayo masuk. Dara pasti lelah setelah melakukan perjalan panjang dan melelahkan." Ucapnya.

Jia merangkul calon menantunya itu masuk ke dalam. Ken dan Kai berjalan mengekor di belakang mereka berdua.

.

.

.

"Bibi, aku turut berduka atas kepergian Paman Lu. Maaf, saat Paman Lu tiada aku dan Papa tidak bisa datang." Ucap Dara penuh sesal.

Di sini mereka sekarang. Mereka tengah berkumpul di ruang keluarga. Dara menolak untuk istirahat di kamar tamu yang sudah disiapkan untuknya. Dan Jia tidak memaksanya.

Jia meraih tangan Dara dan menggenggamnya. Ibu dua anak itu menggeleng sembari tersenyum tipis. "Tidak apa-apa, Sayang. Tidak perlu minta maaf. Bibi bisa mengerti." Ucapnya dengan senyum yang sama.

Melihat senyum hangat Jia membuat perasaan Dara menghangat. Dia menemukan sosok ibu yang begitu dirindukan dalam diri Jia. Dara kehilangan sang ibu saat melahirkannya, dan sejak kecil dia dirawat oleh ayah serta kakak-kakaknya.

"Oya, Dara. Bagaimana perjalananmu? Apakah menyenangkan?"

Dara mengangguk. "Ya, dan Dara senang ada di sini. Sejak remaja ini pertama kalinya Dara menginjakkan kaki di kota S. Dan ternyata sudah banyak yang berubah dengan kota ini."

"Bibi harap Ken tidak menyusahkan mu selama perjalanan dari bandara sampai ke rumah. Anak nakal ini sering kali membuat keributan dan masalah."

"Kau tenang saja, Ma. Tidak mungkin aku membuat Kakak ipar berada dalam kesulitan," ucap Ken seraya mengunci sepasang hazel milik Dara.

Dara mengumpat dalam hati. Rasanya dia ingin sekali menimpuk wajah Ken dengan kotoran ayam biar dia tau rasa. 'Dasar bajingan, lihat saja nanti bagaimana aku akan membunuhmu!!" Teriak Dara membatin.

"Ma, sebaiknya biarkan Dara istirahat. Dia terlihat lelah." Ucap Kai yang segera dibalas anggukan oleh Jia.

"Kau benar, Kai. Ya sudah, sebaiknya antarkan Dara ke kamarnya. Biarkan dia istirahat. Mama akan menyiapkan makan malam."

"Biarkan Ken saja, Ma. Aku hampir terlambat datang di acara lelang."

Sontak saja kedua mata Dara membelalak. Ken?! Kenapa harus dia yang mengantarkannya ke kamar? Dan melihat seringai Ken membuat Dara langsung saja was-was.

"Kakak ipar, ayo aku antar kau beristirahat. Kebetulan kamar itu berdekatan." Kedua mata Dara semakin membelalak setelah mengetahui jika kamarnya dan Ken ternyata berdekatan.

"Bibi Jia, em..apakah tidak ada kamar yang lain? Misalnya kamar di samping kamar Bibi atau mungkin kamar di lantai satu ini? Siapa tau kamar tamu di lantai satu letaknya berdekatan dengan taman atau hal yang menarik lainnya."

Jia tersenyum. "Justru kamar itu ada di lantai dua, Sayang. Kebetulan kamarnya berdekatan dengan kamar Ken. Jadi jika ada apa-apa, kau bisa langsung meminta bantuan darinya."

Dara meringis ngilu. "Begitu ya, baiklah kalau begitu," dan Dara hanya bisa pasrah. Dan dia tidak tau bagaimana nasibnya setelah ini. Semoga Ken tidak melakukan kegilaan lagi padanya.

-

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Nana Niez

Nana Niez

ini tunangan nya g care dri awal,, jdi kl dia SMP suka adeknya ya maklum aja

2024-06-04

1

Ummu Aqila

Ummu Aqila

bagusss

2024-03-11

0

Novianti Ratnasari

Novianti Ratnasari

Kei kaya nya terlalu sibuk. sampai sesuatu pun harus Ken dech.

2022-07-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!