Dingin Dan Datar

Dara menghentikan langkahnya ketika melewati kamar Ken dan mendapati pintu kamarnya sedikit terbuka. Dara menghampiri pintu itu dan mengintip ke dalam untuk melihat apa yang tengah Ken lakukan.

Dari tempatnya berdiri. Dara melihat Ken yang sedang duduk di lantai sambil menghisap sebatang rokok yang diapit oleh dua jarinya, serta sebotol alkohol yang tinggal setengah. Pemuda itu terlihat sangat kacau.

Rambut coklat terangnya yang sedikit beranikan. Seluruh kancing kemeja putihnya yang terbuka hingga terlihat singlet yang menjadi lapisan dalam kemejanya.

Dara tidak tau apa yang sedang Ken pikirkan. Sampai dia terlihat sekacau dan seberantakan itu. Ragu-ragu Dara mendorong pintu kamar Ken dan menghampiri pemuda itu.

"Keluarlah, aku sedang tidak ingin menerima tamu di kamarku." Pinta Ken tanpa menatap lawan bicaranya.

Dara mendesah berat. "Berhentilah bersikap seperti anak kecil, Ken! Sebaiknya kau segera mandi. Bibi Jia meminta kita semua segera berkumpul untuk makan malam." Ucap Dara.

Karena sudah tidak memiliki lagi urusan dengan pemuda itu. Dara pun memutuskan untuk beranjak dari sana. Dia juga harus segera mandi. Dara tidak ingin membuat Jia dan Kai menunggu lama.

Tapi sepertinya Ken tidak ingin membiarkan Dara pergi begitu saja. Pemuda itu bangkit dari duduknya lalu menarik Dara dan membanting tubuh gadis di atas tempat tidurnya.

"Ken, apa yang kau lakukan?" Kaget Dara atas tindakkan Ken.

Dengan emosi yang masih mengebu-gebu. Ken mel*mat bibir Dara dengan kasar dan frontal. Kedua tangan Dara di cengkram oleh Ken dengan sangat kuat. Ken mencoba meluapkan kekesapannya pada gadis itu melalui ciuman tersebut.

Dara yang merasa terancam, sebisa mungkin mencoba melepaskan diri dari Ken. Tapi tidak bisa. Cengkraman Ken pada pergelangan tangannya terlalu kuat.

Tapi dia tidak kehabisan akal. Dara menggigit bibir Ken agar bisa lepas darinya, dan berhasil. Darah segar tampak pada sudut bibirnya.

"Kau semakin keterlaluan, Ken!!" Teriak Dara penuh emosi. Dara berlari meninggalkan kamar Ken sambil menyeka air matanya.

"Aarrrkkhhh!!" Ken menggeram sambil meninju tembok di samping kanannya.

Cinta begitu rumit, Ken yang tidak pernah merasakan yang namanya jatuh cinta, sekali jatuh cinta pada orang yang salah. Bagaimana tidak salah, karena yang Ken cintai adalah calon kakak iparnya sendiri.

-

Kai tersenyum melihat kedatangan Dara. Kai bangkit dari duduknya kemudian menyambut Dara untuk duduk disampingnya, dan Dara tidak menolaknya. Kai adalah calon suaminya, jadi bagaimana mungkin Dara menolaknya.

"Sayang, bagaimana hari-harimu selama di sini? Bibi harap kau menikmatinya." Ucap Jia dengan senyum lembut tersungging dibibir penuhnya.

"Aku menikmatinya, Bibi. Meskipun terkadang ada beberapa hal yang membuatku kesal. Tapi selebihnya oke." Jawabnya. Jia tersenyum dam mengangguk.

Kai mengangkat wajahnya. Dia mencari Ken karena sang adik belum juga menampakkan batang hidungnya. "Ma, dimana Ken? Kenapa belum turun sampai sekarang?"

"Mungkin dia masih ada dikamarnya, seperti kau tidak mengenali adikmu saja. Dia kan memang suka terlambat ikut makan malam."

"Kalau begitu Mama akan melihatnya dulu." Kai menatap sang ibu dan kemudian mengangguk.

Jia meninggalkan meja makan dan pergi ke kamar Ken. Ini sudah waktunya makan malam tapi Ken belum juga turun dan bergabung bersamanya, Kai dan Dara.

.

.

.

Ken yang sedang memagut diri di depan cermin lantas menoleh melihat kedatangan sang ibu. Tidak terdengar suara decitan pintu di buka karena pintu kamar Ken memang tidak tertutup sepenuhnya.

Jia menghampiri Ken sambil memperhatikan penampilannya. Kemeja putih pres body tanpa lengan, celana panjang hitam terlihat membalut tubuh putra bungsunya.

Jia tersenyum, dia selalu menyukai style yang Ken kenakan. Apapun yang melekat ditubuh Ken, dimata Jia selalu bagus dan sempurna. Dan jujur saja, Ken memang lebih tampan dengan style lengan terbuka seperti ini.

"Lihatlah, anak Mama sangat tampan, pasti diluar sana semakin banyak gadis yang menginginkanmu, Ken."

Ken menepis tangan Jia dari wajahnya. "Itu semua percuma saja, Ma. Untuk apa memiliki wajah tampan jika wajah ini tidak bisa membuat gadis yang aku cintai balas mencintaiku." Jawab Ken sambil menatap dalam biner mata Jia.

Jia memicingkan matanya. "Kenapa kamu bisa berpikir seperti itu, Ken? Bukankah Amanda sangat mencintaimu?"

"Memangnya siapa yang membicarakannya, Ma!!" Ken menyela cepat. "Aku mencintai orang kain, parahnya lagi yang aku cintai justru sudah memiliki kekasih dan mereka telah bertunangan."

"Baru bertunangan saja kan? Masih belum menikah, itu artinya kau masih memiliki kesempatan untuk mendapatkan hatinya. Bertunangan bukan berarti harus menikah."

"Bertunangan baru menjadi calon, dan calon ada dua jenis, calon jadi dan calon gagal. Jika kau dan gadis itu memang ditakdirkan berjodoh, pasti ada jalan untuk kalian bisa bersatu." Ujar Jia panjang lebar.

Ken terdiam mendengar kata-kata sang Ibu. Haruskah Ken mengatakan dengan terus terang jika gadis itu adalah Dara? Tapi masih terlalu dini apalagi Dara tidak menyukainya sama sekali. Lalu apa arti dari perjuangannya, jika yang dia perjuangkan tidak mencintainya?!

Mungkin Ken harus lebih bersabar lagi. Menunggu sampai Dara membuka sendiri hatinya. Dan saat hati Dara telah terbuka untuknya. Maka pada saat itu Ken akan langsung menggenggamnya. Tidak akan Ken biarkan Dara lepas dari pelukannya.

"Apa yang kau pikirkan, Ken?" Tanya Jia melihat kediaman sang putra.

Ken menggeleng. "Tidak ada, Ma. Mama kemari untuk memanggilku makan malam bukan? Kalau begitu ayo turun, yang lain pasti sudah menunggu kita." Ken beranjak dari hadapan Jia dan pergi begitu saja.

Jia menatap punggung Ken yang semakin menjauh dengan tatapan tak terbaca. Entah apa yang Jia pikirkan saat ini. Yang jelas, sebagai seorang ibu, Jia mengerti apa yang Ken rasakan.

.

.

.

Dara mengangkat wajahnya saat melihat kedatangan Ken. Pemuda itu sedang menuruni tangga dengan kedua tangan tersembunyi di dalam saku celananya.

Sorot matanya dingin dan ekspresinya datar, termasuk ketika dia sedang menatapnya.

Melihat sorot dingin Ken, entah kenapa membuat Dara merasa tidak nyaman. Dan aura wajahnya semakin suram melihat Dara dan Kai yang duduk bersebelahan.

Tiba-tiba Dara berdiri membuat Kai kebingungan dan bertanya-tanya. "Dara, kau mau kemana?" Tanya Kai.

"Sebaiknya aku duduk di samping Bibi Jia saja." Jawabnya tersenyum.

Dara dan Ken saling bertukar pandang. Mereka menatap dengan tatapan yang sulit di jelaskan. Kemudian mereka melanjutkan langkah masing-masing dan duduk di kursi yang berbeda.

Sementara itu....

Jia yang sedang menuruni tangga tanpa sengaja melihat tatapan terluka putranya ketika menatap mata Dara. Dan Jia berharap itu semua tidak seperti yang dia pikirkan.

Jia tersenyum dan kemudian bergabung bersama ketiga anak muda itu. "Dara, Sayang. Kau harus makan yang banyak. Bibi tidak mau jika kau sampai kurusan dan kemudian mendapatkan protes dari Ayahmu!!" Ucap Jia sedikit bercanda.

Dara menatap ibu dua anak itu dengan senyum lembutnya. "Tentu saja Bibi." Kai tersenyum melihat pemandangan di depannya itu. Sedangkan Ken tetap memasang ekspresi sama, dingin dan datar.

-

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Yati Rosmiyati

Yati Rosmiyati

gak sabar nunggu dara cemburu 🤭

2022-07-10

0

mama yuhu

mama yuhu

expresi seperti itu yg akan membuat dara luluh

2022-06-29

1

mama yuhu

mama yuhu

baper akuuuu ☺☺

2022-06-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!