Semilir angin musim semi menyapanya dengan lembut, seakan-akan tidak ingin menganggu tidur lelapnya.
Beberapa kelopak bunga berserta daunnya ikut terbang terbawa angin, menghiasi kanvas biru yang ada diatas sana sambil ditemani oleh cahaya mentari yang begitu hangat.
Kelopak mata Dara tergerak, merasa janggal dengan semilir angin musim semi yang terus-menerus menyapanya, tidak ingin membangunkannya, tapi ingin membuatnya bangun dengan lembut.
"Eh, di mana ini?" Ucap Dara keheranan. Gadis itu memperhatikan sekelilingnya. Dia berada di sebuah gubuk yang dikelilingi hamparan kuning Canola yang begitu indah.
Dara bangkit dari berbaringnya dan mendapati sesuatu jatuh di pangkuannya. Itu adalah jaket milik Ken.
Kemudian Dara membawa jaket kulit itu keluar gubuk dan dia mendapati seorang pemuda berdiri dalam posisi memunggungi. Tidak terlihat seperti apa ekspresinya, hanya punggung tegap di balik tank top putih ketatnya.
"Kenapa kau tidak membangunkan ku?" Suara bak lonceng yang berkaur di dalam telinganya mengalihkan perhatian Ken. Sontak pemuda itu menoleh dan mendapati Dara berdiri sambil memandangnya.
Ken beranjak dari tempatnya berdiri kemudian menghampiri Dara. "Kau sudah bangun?" Alih-alih menjawab. Ken malah balik bertanya. Tubuh Dara tertarik ke depan dan gadis itu jatuh di dalam pelukan Ken.
"Apa yang kau lakukan? Lepaskan!!" Dara terus meronta mencoba melepaskan diri dari Ken. Tapi pemuda itu tak menghiraukannya."Ken, apa kau tuli? Aku bilang lepaskan!!" Pinta Dara menuntut.
"Tentu, tapi setelah aku mendapatkan apa yang kuinginkan." Ken mengangkat dagu Dara lalu mencium lembut bibir ranum tipisnya. Mel*natnya dan sedikit memagutnya, memberikan kecupan-kecupan kecil pada bibir atas dan bawahnya.
Meskipun awalnya menolak dan berusaha melepaskan diri dari Ken. Tapi akhirnya Dara pun menyerah. Gadis itu mulai mengikuti permainan bibir Ken dengan mengangkat kedua tangannya dan mengalungkan pada leher pria itu.
Sadar Dara membalas ciumannya. Ken mengangkat tubuh gadis itu dan membawanya masuk ke dalam gubuk kecil tersebut. Ken membaringkan tubuh Dara dengan perlahan tanpa melepaskan tautan bibirnya.
Bibir Ken terus mel*mat bibir Dara, begitu lembut namun menuntut. "Aaahhh." Suara ******* keluar dari sela-sela bibir Dara ketika Ken menurunkan ciumannya menuju leher jenjangnya.
Jari-jari mereka saling bertautan. puzzle yang telah menemukan bagiannya yang hilang, ketika mata hazel itu berpadu dengan mata abu-abu itu dan yang bisa Dara lihat dalam mata Ken hanya cinta, cinta, cinta, kasih sayang dan ketulusan.
"Aku akan menunggu sampai kau bisa membuka hatimu untukku," ucap Ken sesaat setelah mengakhiri ciumannya.
"Kenapa Ken? Kenapa kau harus jatuh cinta padaku, jelas sekali jika aku adalah calon kakak ipar-mu. Apa alasannya, Ken?" Tanya Dara meminta penjelasan.
"Cinta tidak membutuhkan alasan, Dara. Dan aku tidak memiliki alasan untuk mencintaimu, aku mencintaimu karena kau adalah Hellena Sandara, gadis luar biasa yang berhasil membuatku jatuh cinta sejak pertama kali menatap matanya."
"Tapi itu tidak mungkin, Ken. Aku dan kakakmu telah bertunangan, dan aku tidak mungkin membatalkan pertunangan itu begitu saja. Itu akan merusak nama baik keluargaku juga keluargamu. Sebaiknya lupakan aku, dan berhenti mencintaiku."
Ken menghentikan langkah Dara dengan memeluknya dari belakang. Kedua tangannya melingkari perut rata gadis cantik itu.
"Aku tidak memaksamu untuk mencintaiku, tapi jangan melarang ku untuk mencintaimu. Sekali saja. Jika kau bisa mencintaiku dengan satu degup jantungmu, maka aku akan mencintaimu dengan ribuan degup jantungku."
Dara menutup matanya. Setitik kristal bening jatuh dari pelupuk matanya. Sepanjang dia hidup. Belum ada orang yang mencintainya seperti Ken. Meskipun Dara belum lama mengenal pemuda itu. Nanun dia bisa merasakan cinta, kasih sayang dan ketulusan Ken padanya.
"Jika menurutmu aku bukanlah yang terbaik untukmu, maka izinkan aku untuk berusaha menjadi seperti yang kamu mau." Bisik Ken sambil sesekali mengecup leher jenjang Dara.
Dara melepaskan pelukan Ken. Kemudian dia berbalik, posisinya dan Ken saling berhadapan. Tanpa mengatakan apa-apa Dara menjatuhkan dirinya dalam pelukan Ken.
"Jujur saja, Dara. Aku adalah orang yang tidak mengerti apa itu cinta. Sampai akhirnya kau datang dan segala hal tentangmu memenuhi benakku. Cintaimu mengajariku melihat dengan cara memejamkan mata dan mengerti tanpa harus menjelaskan dengan kata-kata."
"Kau bodoh, Ken. Kau sangat-sangat bodoh. Bagaimana bisa kau jatuh cinta pada orang yang telah bertunangan." Ujar Dara sambil mengeratkan pelukannya.
"Dari pada bodoh, aku lebih pantas di sebut gila, Nona. Dan apakah pelukanmu ini berarti kau sudah menerimaku sebagai orang yang mencintaimu?"
Dara melonggarkan pelukannya lalu mendorong Ken. "Jangan bermimpi, apalagi menunggu bintang jatuh. Sudahlah aku kau pulang." Dara beranjak dari hadapan Ken. Pemuda itu terkekeh geli melihat tingkah gadis itu.
Ken menarik lengan Dara lalu mencium bibirnya. Mel*mat bibir ranum itu dengan lembut dan penuh perasaan, atas dan bawah bergantian. Tidak ada lagi penolakan dari Dara, gadis itu bahkan membalas ciuman Ken.
Namun ciuman kali ini lebih singkat dari ciuman mereka sebelumnya. "Kau gila, Ken! Kenapa kau suka sekali mengambil keuntungan dariku?!"
"Siapa suruh kau memiliki bibir yang manis. Kakak ipar ku, candu ku."
Dara mendecih sebal. "Dasar menyebalkan, sudahlah, ayo pulang, kita sudah pergi terlalu lama." Dara meninggalkan Ken dan berjalan mendahuluinya.
Ken tersenyum tipis. Dengan segera dia menyusul Dara yang sudah berjalan mendahuluinya.
"Dara, tunggu aku!!"
-
Kai memunguti semua pakaiannya yang berserakan di lantai. Dia dan Anna baru saja berhubungan badan. Mereka masih berada di Apartemen milik wanita yang telah memberinya seorang putri itu.
"Kau sudah mau pergi?" Tanya Anna yang masih berbaring dengan selimut yang menutupi tubuh polosnya.
Kai menghampiri Anna lalu mencium bibirnya."Besok aku akan menemui mu lagi. Aku bisa terkena masalah jika sampai tidak pulang malam ini."
"Bukankah kau masih bisa mencari alasan? Atau kau memang merindukan calon istrimu itu?"
Kai menekan tengkuk Anna dan kembali mel*mat bibirnya. "Tentu saja tidak, aku pulang bukan untuk dia. Tapi untuk Mama. Aku tidak ingin Mama sampai curiga apalagi mencium gelagat aneh dariku. Aku meminta pengertian darimu."
Anna menangkap wajah Kai lalu balas menciumnya."Baiklah, aku akan mengerti kali ini. Ya sudah. Kau pergilah." Pinta Anna pada matan kekasihnya itu.
Selepas kepergian Kau. Di ruangan itu hanya tersisa Anna. Anna kemudian bangkit dan memunguti semua pakaiannya yang berserakan di lantai. Dia masih memiliki alasan yang harus di selesaikan. Itulah kenapa dia harus segera bersiap-siap.
-
CKITT!!
Ken mengerem mendadak saat segerombolan pria bersenjata menghadang laju kendaraannya. Ken tidak merasa heran apalagi terkejut, mengingat jika jalan yang dilaluinya itu merupakan kawasan rawan kejahatan.
"Ken, sepertinya mereka akan merampok dan membegal kita." Ucap Dara sambil menunjuk orang-orang itu.
Ken sontak menoleh dan menatap Dara tak percaya."Kau tidak takut?" Tanya pemuda itu memastikan.
Dara menggeleng. "Takut, untuk apa jika hanya kecoa-kecoa seperti mereka." Ucapnya."Dan bisakah kita keluar sekarang untuk menyelesaikan anjing-anjing bodoh itu?"
Ken menyeringai licik. "Tentu saja, Nona." Jawabnya. Keduanya kemudian turun dan menghampiri orang-orang itu.
Tanpa banyak basa-basi Ken dan Dara melayangkan serangannya pada para perampok itu yang jumlahnya lebih dari 5 orang. Dara menghadapi 3 orang, sedangkan Ken 4 orang.
Satu orang berhasil Dara tumbangkan dan tersisa dua orang lagi. Sementara Ken berhasil menumbangkan dua orang. Sesekali Ken melihat kearah Dara. Memastikan jika gadis itu bisa mengatasi lawan-lawannya.
Tersisa satu orang lagi, namun dia melarikan diri, begitu pula dengan dua orang yang berkelahi dengan Dara. Sepertinya mereka sudah mencari mangsa yang salah.
"Kau tidak apa-apa?" Tanya Ken memastikan. Dara menggeleng. Meyakinkan pada Ken jika dirinya baik-baik saja tanpa sedikit pun luka.
"Tidak perlu cemas, aku tidak apa-apa. Lagipula penjahat kelas teri seperti mereka bukanlah lawan yang sulit untuk dihadapi." Ucapnya.
Ken tersenyum bangga. "Kau menang gadis yang luar biasa. Ya sudah, ayo pulang." Dara mengangguk. Keduanya berjalan beriringan menghampiri mobil Ken yang diparkirkan tak jauh dari lokasi perkelahian.
-
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Eno Naina
aku engga suka Thor
tapi aku juga engga bisa Diam
ganti Thor
2022-07-17
0
mama yuhu
cocok lah kalian berdua 😁😁👍🏽
2022-06-29
1
mama yuhu
akhirnya ada balasan dr dara ☺☺😍😍👍🏽
2022-06-29
1