Hamparan langit malam terbentang dengan gemerlap bintang yang memancarkan cahayanya dari atas sana. Semilir angin malam menerpa seluruh makhluk hidup. Dingin. Sepi. Sunyi. Semua nampak terasa hampa dan tak berarti.
Seorang gadis berparas ayu berdiri termenung di balkon kamarnya. Menikmati langit malam bertabur bintang.
Angin malam yang terasa lebih dingin, menerpa, menyapa wajah cantiknya. Kelopak mata itu tertutup perlahan, membiarkan semilir angin malam membelai kulit terbukanya.
Malam ini begitu sunyi dan hening. Suasananya damai dan menenangkan. Hanya terdengar suara desau angin malam, dan gesekan antara dedaunan yang sebagian besar sudah kering lalu jatuh berserakan di tanah kecoklatan.
"Ekhem!!"
"Omo!!" Namun ketenangan yang Dara rasanya harus terusik oleh kedatangan seorang tamu tak diundang. Sosok tampan yang saat ini tengah berdiri diambang pintu balkon sambil melipat kedua tangannya.
"Apa tidak ada sambutan untukku?" Pria itu menyeringai, dengan tenang Ken melangkah menghampiri Dara yang terpaku menatap kemunculannya.
Ken mengangkat dagu Dara lalu mencium bibirnya. Dara yang terkejut hanya bisa berkedip dua kali sambil mencoba mencatat di otaknya apa yang sedang terjadi.
Bibir yang tertanam di bibirnya tak lain adalah bibir Ken. Sibrengsek tampan yang sudah mengambil ciuman pertamanya, dan dengan seenak jidat mengklaim dirinya sebagai miliknya.
Dara pun segera tersadar. Dengan sekuat tenaga Dara mendorong paksa Ken menjauh dengan kebingungan dan amarah dalam dirinya. "Kau..apa yang kau lakukan di sini?!" Ucap Dara sambil menunjuk Ken tepat di depan mukanya.
"Tentu saja mengunjungi calon pengantinku." Jawabnya santai.
"Calon pengantin apa? Jangan sembarangan kau, Ken Lu!!" Dara mengeluarkan geraman frustasi. "Aku ini calon istri kakakmu, bukan calon istrimu!" Ucapnya menegaskan.
"Aku tau,"
"Lantas?!"
"Aku akan merebutmu darinya."
"Dasar gila. Keluarlah, aku lelah dan ingin segera tidur. Lagipula akan sangat berbahaya jika ada yang melihatmu di sini!!" Dara mendorong tubuh Ken dan melewatinya begitu saja.
Tapi sepertinya Ken tak tinggal diam dan membiarkan Dara pergi begitu saja. Ken menari tangan Dara lalu mengunci gadis itu ditembok. Seringai tampak tersungging di bibirnya.
"Kau tenang saja, Sayang. Karena hanya ada kita berdua di rumah ini. Mama sedang pergi ke luar kota bersama Kai, dan mereka baru kembali tiga hari lagi. Kebetulan Mama menitipkanmu padaku."
"APA?! MEREKA PERGI?" Pekik Dara dengan suara meninggi. "Lalu kenapa Bibi Jia tidak mengatakan apa-apa tadi? Kenapa dia pergi tanpa memberitahuku?"
"Karena acaranya mendadak. Dan waktunya tidak akan terburu jika memberitahumu. Itulah kenapa Mama meminta supaya aku yang menyampaikannya padamu."
Sekali lagi Ken mengangkat dagu Dara lalu mengecup bibirnya. Kali ini lebih panjang dan lebih lama dengan diiringi lum*tan dan pagutan.
Dara yang merasa terancam berusaha mendorong tubuh Ken namun tak berhasil. Tubuh Ken terlalu kuat untuk dirinya. Dan Dara pun hanya bisa pasrah sambil terus mengumpat di dalam hatinya. Menghujani Ken dengan berbagai sumpah serapahnya.
Dara mengangkat kaki kanannya dan berusaha untuk menendang barang kebanggan milik Ken.
Tapi tidak berhasil. Karena Ken lebih dulu menahan kaki Dara dengan sebelah tangannya. Ken memegang kaki Dara dan melingkarkan pada pinggangnya.
Ken terus mel*mat dan memagut bibir Dara, atas dan bawah bergantian. Sebelah tangannya yang berada di tengkuk Dara, menakan lebih dalam dan semakin memperdalam ciumannya.
"Ken!! Bajingan ini, sampai kapan dia akan mencium ku?! Sial, jika begini terus lama-lama aku bisa mati kehabisan napas!!" Jerit Dara membatin.
Seakan tau apa yang Dara butuhkan. Ken pun mengakhiri ciumannya dan mengunci manik matanya. Dengan seksual Ken menjilat sisa liur Dara di sudut bibirnya, manis.
"KETERLALUAN!!" bentak Dara penuh emosi."Kau bajingan, kau benar-benar Iblis Ken Lu!!" Teriak Dara kesal.
Ken menghiraukan teriakan dan makian Dara. Pria itu mengangkat tubuh Dara bridal style dan membawanya keluar dari kamar itu. "Yak! Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku, brengsek!! Kau akan membawaku kemana?" Teriak Dara sambil terus memukul dada Ken dengan brutal.
"Ke kamar cinta. Malam ini aku ingin kau tidur di kamarku. Dan aku tidak suka penolakan!!"
Sontak kedua mata Dara membelalak sempurna."APA?! Kau gila ya? Aku tidak mau, turunkan aku Ken dan biarkan aku tidur di kamarku sendiri!!" Dara terus saja meronta dalam gendongan Ken.
"Stt, berhentilah berteriak, Sayang. Kau nanti bisa kehabisan suara."
Meskipun banyak pelayan yang melihatnya. Namun tak ada satupun dari mereka ada yang berani menegur apalagi melaporkan perbuatan Ken pada Kai dan Jia. Mereka tidak ingin dikuliti hidup-hidup oleh tuan mudanya itu.
"Ken, kau sudah tidak waras ya? Lihatlah, banyak orang memperhatikan kita." Ucap Dara mulai panik.
"Aku tidak peduli. Lagipula apa yang bisa mereka lakukan? Melapor? Sama saja ingin bunuh diri." Wajah pemuda itu berubah suram, aura hitam begitu menguar disekelilingnya membuat Dara bergidik ngeri.
Gadis itu menutup rapat-rapat mulutnya, padahal dia sudah siap menyembur Ken dengan kata-kata yang sudah dia siapkan. Tapi semuanya tertelan begitu saja. Ken terlihat begitu mengerikan dan menyeramkan.
"Kenapa ekspresimu seperti itu? Apa kau takut padaku?"
"Ya, aku memang sangat takut padamu. Kau sangat menyeramkan!!"
"Kau terlalu berlebihan, Nona. Tenanglah, lagipula aku tidak akan memakanmu apalagi menelanmu hidup-hidup. Aku hanya ingin tidur bersamamu di kamarku. Tidak kurang, tidak lebih.
"Dasar kau Tuan Muda pemaksa!!" Alih-alih merasa kesal. Ken malah tersenyum geli. Dimatanya Dara begitu menggemaskan.
"Dan Tuan Muda pemaksa ini sekarang memintamu untuk tidur. Tidurlah, ini sudah hampir larut malam." Kemudian Ken membawa Dara ke dalam pelukannya. Mendekap tubuh ramping gadis itu dengan erat.
Sejujurnya Dara gugup setengah mati, pasalnya ini adalah pertama kalinya dia tidur satu ranjang dengan lawan jenisnya.
Jantungnya kini berdebar kencang, gugup sekaligus cemas. Dara sungguh merasa bodoh, bagaimana bisa Dara membiarkan dirinya terjebak dalam situasi semacam ini, dengan seorang pria brengsek bernama Ken Lu.
-
Cit cit cit
Suara burung gereja berkicau nyaring menyambut datangnya sang penguasa hari, menandakan bahwa pagi telah datang. Dara masih terlelap nyaman dalam tidurnya di atas kasur yang empuk dan lembut.
Disampingnya sosok tampan yang sudah bangun sejak setengah jam yang lalu tengah memandangnya tanpa jenuh.
Ken mengangkat sebelah tangannya. Jari-jarinya kemudian menyusuri wajah ayu Dara mulai dari kening, mata, hidung, pipi, dagu, dan terakhir bibirnya. Dan apa yang Ken lakukan sedikit mengusir tidur nyenyaknya.
Dara menyenatak tangan Ken dari wajahnya seraya bergumam kesal. "Kakak, berhentilah menggangguku dan biarkan aku tidur!!" Alis Ken saling bertautan. 'Kakak?' sepertinya Dara berpikir jika yang mengganggu tidurnya adalah Devan, kakak kandungnya.
"Kakak, sudah aku bilang, jangan menggangguku dan biarkan aku ti~" Dara menggantung kalimatnya saat matanya terbuka dan mendapati Ken berbaring disampingnya.
Sontak saja kedua mata Dara membelalak sempurna."YAKK!! APA YANG KAU LAKUKAN DI KASURKU?!" pekiknya terkejut.
Ken mengangkat sebelah alisnya. "Kasur mu? Perhatikan lagi dengan baik Nona, di mana saat ini kau berada."
Kemudian Dara menyapukan pandangannya. Kedua matanya kembali membelalak saat dia menyadari dimana dia kini berada. "Omo!! Bagaimana bisa aku tidur di sini?" Kaget Dara yang sepertinya melupakan apa yang semalam terjadi.
"Tunggu, apakah semalam kita benar-benar tidur satu ranjang di sini?"
"Hem."
"Di ranjang ini?"
Ken mengangguk. "Bahkan aku memelukmu sepanjang malam."
Dara segera melompat turun dari tempat tidur Ken."Kau gila, Ken. Kau benar-benar gila, dasar bajingan, kau menyebalkan, aku semakin membencimu!!" Setelah meluapkan semua kekesalannya pada Ken. Kemudian Dara berbalik dan hendak meninggalkan kamar Ken.
"Aaahh.." tapi sayangnya Ken tidak membiarkannya begitu saja. Ken menarik lengan Dara lalu membanting tubuhnya ke atas tempat tidur dengan posisi Ken mengungkung tubuh mungilnya. "Ken, apa yang kau lakukan? Menyingkir dari atas tubuhku!!"
"Tidak, sebelum aku mendapatkan sarapan pembuka ku terlebih dulu." Ken menangkap wajah Dara lalu mencium bibirnya.
Dan lagi-lagi Dara tidak memiliki kemampuan untuk melepaskan diri dari Ken. Kedua tangannya di cengkram kuat oleh pemuda itu dan kakinya berada dalam kunciannya. Yang bisa Dara lakukan hanyalah pasrah, menerima ciuman sepihak Ken. Karena nyatanya tak ada balasan dari Dara.
"Ken Lu, benar-benar Iblis gila, bajingan ini sungguh-sungguh keterlaluan!!"
-
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
mama yuhu
apa yg membuat ken sebrutal itu terhadap dara?
apakah kau pernah merebut pacarmu ken?
2022-06-29
1
Susi Lawati
kaya nya seru nich... mudah mudahan selanjutnya tetap seru... semangat
2022-06-26
0
Marlida Yusuf
kalau memang dicalonkan pada kakaknya ya pergi ajalah takut keterusan
2022-06-16
0