"Sayang, apa kamu bahagia bersamaku?" tanya Sean setelah menghabiskan makan siangnya.
Sangat bahagia. Bahkan gue cemburu dengan mantan istrinya yang super perfect itu.
"Iya, Om. Kenapa bertanya begitu?"
"Enggak! Aku takut tiba-tiba kamu meninggalkanku," Sean memegang erat kedua tangan Callista. Sean merasa takut kejadian masa lalunya terulang.
Malah sebaliknya, Om. Gue yang paling ketakutan. Melihat perjuangan mantan istrimu yang ingin rujuk. Ambyar rasanya!
Selepas makan siang romantis versi Sean, Callista menghadap ke manager restoran.
"Selamat siang, Pak," ucap Callista ketika berada di ruangan manager.
"Silakan duduk, Callista. Ada apa?" tanya manager restoran.
Callista menyerahkan amplop coklat berisi surat pengunduran dirinya.
"Maaf, Pak. Ini surat pengunduran diri saya," jawab Callista.
"Kenapa mengundurkan diri? Kerjamu bagus. Bahkan aku telah merekomendasikan untuk naik jabatan menjadi waitress."
Sebenarnya ini sesuatu yang bagus buat gue. Tetapi cita-cita gue jadi pengangguran yang nggak kehabisan duit.
Callista tersenyum sendiri memikirkan cita-cita anehnya. Bukannya doi malas bekerja guys, hanya berusaha meningkatkan kehidupan yang lebih layak.
"Maaf, Pak. Sebenarnya saya sangat tertarik dengan jabatan itu, tetapi saya sudah memutuskan untuk mengundurkan diri," Callista tidak ingin terbuai dengan iming-iming manager restoran XX. Dia akan lebih terbuai dengan rayuan suaminya. Uhuy!
"Baiklah Callista, aku tidak bisa menahan keputusanmu terlalu lama. Mengenai gaji yang masih tersisa akan dibayarkan ke rekeningmu."
"Terima kasih, Pak. Saya permisi," Callista undur diri.
Callista menemui suaminya yang sedang menunggu di parkiran restoran.
"Bagaimana, sayang? Sudah beres?"
"Sudah, Om. Oh ya, boleh aku izin untuk pergi ke suatu tempat?" Callista ingin menginap di rumah sahabatnya.
"Memangnya kamu mau kemana, sayang?"
"Aku mau menginap dirumah Kayana, sahabatku...."
Hemm, padahal rencananya malam ini aku mau menggempurnya habis-habisan.
"Menginapnya besok saja, sayang," Sean berusaha menawar.
"Malam ini, Om. Please!" Callista memohon. Bukannya dia tidak mau pulang bersama suaminya, tetapi dia sangat rindu dengan sahabatnya.
Baiklah. Mungkin dia jenuh berada di apartemen terus-menerus.
"Baiklah, sayang! Oh ya, buket bunga dan lainnya masih berada di kantor?"
"Masih ada di dalam, Om. Aku lupa membawanya," Sebelum pergi ke restoran, Callista terlalu fokus mengurus surat resign nya sehingga melupakan semua pemberian suaminya.
"Tidak mengapa. Nanti biar aku minta Vigor mengantarnya ke apartemen. Aku balik dulu, sayang. Bersenang-senanglah," pamit Sean mengecup kening istrinya. "I love you."
Sean selalu mengucapkan kata romantis, tetapi tidak dengan Callista. Dia masih kaku untuk membalas semua perlakuan manis suaminya.
Tidak mengapa sayang. Suatu hari kamu pasti akan membalas semua kasih sayangku.
Sean langsung pulang ke apartemen. Callista menunggu Kayana di depan restoran XX.
Jam pulang karyawan telah tiba. Satu persatu karyawan keluar, termasuk Kayana. Callista yang melihatnya dari jauh, melambaikan tangan memanggilnya.
"Kay...," teriak Callista.
Kayana yang melihat kehadiran sahabatnya membuatnya terlihat sangat bahagia.
"Lo nunggu gue, Call?"
"Iyalah. Gue mau nginap dirumah elo. Boleh?"
"Tentu, Call. Lo datang kemari sama siapa?"
"Sama suami gue. Tapi doi udah pulang duluan. Gue juga dah pamit kalau mau nginep dirumah lo," Callista sangat bersyukur suaminya mengizinkan.
Kayana langsung pulang mengendarai motornya. Dia membonceng Callista. Sesampainya dirumah, Kayana mempersilakan sahabatnya masuk.
"Yuk masuk, Call. Gue kira setelah elo nikah gak bakal lagi nginep di rumah jelek gue," Kayana memelas.
"Hais, nggak gitu juga kali. Gue tetep sohib lo. Gak bakal gue lupa," Callista langsung merebahkan dirinya di ranjang. Kebiasaan Callista jika bermain ke rumah Kayana langsung saja ke kamar. Menurutnya, kamar adalah tempat ternyaman untuk melakukan apapun.
Eh, saran gue yang tempo hari bagaimana? Apa doi berhasil?
"Call, boleh nanya sesuatu yang privasi banget?" Kayana masih punya hati. Dia tidak akan langsung menanyakan hal yang sangat sensitif itu.
"Mau tanya apa, Kay?"
"Udah berhasil ML?" tanya Kayana malu-malu.
Duh, kenapa gue jadi malu kek gini ya?Tinggal jawab sudah atau belum aja susahnya minta ampun.
Callista tersenyum.
"Ayolah Call. Gue penasaran...," Kayana ikut merebahkan dirinya disamping Callista.
"He em," jawab Callista singkat.
"Wah..., berarti lo udah nggak..., uhuk! Cihuy berhasil..., gue turut senang dengarnya. Berarti Novel Online yang banyak gue baca tu mujarab hasilnya," Kayana tertawa puas.
"Eh, ceritain dong gimana rasanya?" Jiwa kepo Kayana meronta-ronta.
Callista menutup kedua wajahnya. Dia teringat malam pertama bersama suaminya yang sangat romantis itu. Dia diperlakukan dengan sangat lembut dan penuh kasih sayang.
Callista merasakan sesuatu yang sangat berbeda yang tidak pernah dia rasakan. Belaian, kecupan, dan ah..., semuanya.
Surga dunia.
"Call, lo kenapa gak jawab? Lo malu cerita sama gue?"
"Eh, enggak Kay! Gue malu kalau suruh cerita. Intinya surga dunia gitu deh...," Callista tidak mampu menceritakan kejadian malam itu. Kejadian yang sangat membahagiakan.
"Yaudah. Ga apa-apa. Eh, rasanya gimana Call?" Kayana ternyata masih belum puas dengan jawaban sahabatnya.
"Rasanya gimana? Ya gitu deh," Callista tersipu malu.
"Bukan, maksudnya Duda Vs Pria lajang gitu. Apa ada perbedaan?" Pertanyaan ngawur yang dilontarkan Kayana membuat Callista tertawa.
"Eh, lo ngetawain gue!" Kayana menimpuknya menggunakan bantal.
"Ya mana gue tau, Kay. Suami gue duda. Jelas doi lebih berpengalaman lah dibanding pria lajang yang belum bersertifikat," jawab Callista asal.
Bener juga kata Callista. Duda lebih menggoda karena doi sudah berpengalaman. Uh, jadi pingin dapet suami duda.
"Eros apa kabar, Call?"
Eh, bahkan gue udah lupa sama doi. Mantan brengs*k, sih!
"Kapan hari doi nggak mau putus, Kay! Dia malah sempat ribut sama suami gue. Akhirnya gue disuruh milih. Doi atau suami gue. Ya jelas gue milih suami lah. Secara doi aja berengs*k gitu," Callista membeberkan detail masalah yang belum Kayana ketahui.
"Wah, bener-bener keren, Call!"
"Eh, keren gimana maksud lo?" Callista kepo. Posisinya berubah dari rebahan menjadi duduk di ranjang.
"Yah keren lah, Call. Bahkan elo milih duda dari pada pria lajang. Berarti tu Om duda the best banget yak," Kayana memberikan pendapatnya.
Keduanya tertawa.
"Menurut lo, Duda versus Pria lajang skornya berapa?" Pertanyaan Kayana sudah melantur kemana-mana.
"Lo penasaran? Mandi dulu yuk, dah malam nih. Ntar gue jawab semuanya," usul Callista.
Biasanya setiba dirumah Kayana, dua orang sahabat ini selalu disiplin melakukan rutinitas harian. Tumben untuk kali ini, mereka ingin melanjutkan obrolan yang tertunda dan rasa penasaran yang terlampau tinggi.
Sekitar satu jam menunda obrolan konyol, mereka kembali lagi ke kamar. Kayana membawakan makan malam dan beberapa cemilan.
"Makan dulu, Call. Seadanya, yak."
Setelah makan malam, kedua sahabat kembali melanjutkan obrolan mereka.
"100% versus entahlah...," Callista memberikan skor tertinggi kepada suaminya.
"Woah. Keren Call. Jadi skor Duda menurut lo lebih tinggi, yak?" Kayana cekikikan.
"Iya, 100% versus pria lajang model Eros Kalandra itu...," Callista masih kesal jika mengingat pengkhianatan mantan kekasihnya.
Kayana menertawakan sahabatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Hartin Marlin ahmad
duda lebih berpengalaman dan menggoda 🤗🤗🤗
2022-07-06
1
vhii🍉
dlu di jodohin ama duda lum punya anak lumayan ganteng sih,tapi kan dlu itu kek ngeri gitu alhasil kabur dari rumah wkwkwk😭🤣🤣nenek ku ampe ngamuk sma orang tua ku🤣
2022-05-24
1
Art
menurut aku ceritanya lumayan bagus, hanya kurang menantang.
2022-05-13
1